Share

BAB 6

Author: Saydh5
last update Last Updated: 2024-05-03 16:53:41

Eshan mendekatkan telinganya ke arah hidung wanita itu untuk mengecek napasnya. ‘Syukurlah… wanita ini masih bernapas.’

Entahlah, mungkin Eshan panik karena tidak mau melihat ada orang mati di rumah ini. Eshan benci orang lemah, dan wanita ini selalu menunjukkan hal itu di depannya.

‘Sial! Kenapa wanita ini terlihat begitu rapuh?’

Dzurriya tampak pucat, dengan bulir keringat yang tersisa di dahinya. Eshan juga melihat ruam-ruam muncul di permukaan kulit Dzurriya. 

“Apa ini….”

Eshan bolak-balik tangan mungil itu, kemudian menyisingkan lengan bajunya untuk melihat keadaan kulitnya yang lain. Ia juga melihat ke arah sisi-sisi pipi wanita itu, kemudian menyentuhkan punggung tangannya ke leher wanita itu. Ia tersentak kaget, badan Dzurriya begitu panas. 

Eshan dengan cepat memencet tombol di atas meja kecil di samping tempat tidurnya untuk memanggil Tikno. Ia juga mengambil ponselnya dan menghubungi Ryan berkali-kali. Sebagai sepupu dan dokter pribadi keluarganya, harusnya lelaki itu merespons dengan cepat.

“Ayo angkat! Dokter sialan! Untuk apa kau punya telepon kalau tak berfungsi?!” gerutu Eshan sambil terus berusaha menghubungi Ryan, tapi tidak diangkat sama sekali.

Matanya terus mengawasi Dzurriya yang terus menggigil. Niat awalnya, Eshan hanya ingin membahagiakan Alexa dengan menikahi Dzurriya. Wanita itu jadi mudah emosi sejak kecelakaan waktu itu.

Alexa akan bahagia jika balas dendamnya terpenuhi, makanya Eshan menyanggupi rencana itu. Ia berusaha sekuat mungkin untuk membenci Dzurriya. Namun anehnya, wanita yang terlihat lemah dan pasrah itu, selalu berhasil menarik perhatiannya.

Bagaimana ia pasrah saja memakai baju bekas, bagaimana ia diam-diam kelaparan, bagaimana ia yang mengendap mencari makanan tengah malam, sampai saat ini… ketika dirinya demam dengan kulit penuh ruam begini.

‘Wanita merepotkan! Kenapa kau selalu mengganggu kehidupan damaiku?!’

“Kau ini bodoh atau apa? Kenapa mau saja diminta ini dan itu?” gerutu Eshan sambil mengusap keringat yang terus mengalir di dahi wanita itu.

***

Dzurriya merasakan tubuhnya yang menggigil itu perlahan terasa ringan. Ia sudah bisa merasakan kehangatan menyentuh pipinya. Ia tersenyum, masih dengan mata terpejam.

Perasaan ini sangat nyaman.

Dzurriya merasakan sesuatu menyentuh dahinya, bersamaan dengan sayup-sayup suara dua orang lelaki yang berbincang di dekatnya. Ia mencoba untuk membuka mata, tapi rasanya masih terlalu berat.

“Jaga dia baik-baik, bukannya kau ingin menggunakan rahimnya?” ucap seorang lelaki yang terdengar familiar. 

Kemudian, lelaki yang satunya mendengus. “Dia saja yang lemah.”

Dzurriya membuka matanya pelan-pelan. Langit-langit kamar itu tak asing, sepertinya ini masih di kamar Alexa, tapi… kenapa ia bisa rebahan di kasur besar ini? 

Dzurriya refleks duduk dengan cepat. Namun, seorang lelaki langsung memperingatkannya. “Kau tidak boleh bangun dulu, Nona.”

Dzurriya menoleh. “D-dokter Ryan?”

Ryan tersenyum. Di sebelah dokter itu, berdiri Eshan. Ia memandang lelaki itu dalam-dalam, dan tatapan mereka pun bertemu selama beberapa detik. Sebelum akhirnya Eshan yang lebih dulu memutuskan kontak itu.

‘Seingatku, tadi aku masih memandikan Snow di kamar mandi? Kenapa aku bisa di kasur? ‘Apa dia yang menggendongku?’ gumam Dzurriya dalam hati.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Dokter Ryan mengalihkan perhatiannya. 

Dzurriya hanya mengejapkan matanya sebentar, mulutnya masih terasa begitu kering. “I-itu….”

“Apa kau mau minum?” Ryan menyodorkan segelas air kepada Dzurriya.

Dzurriya mengulurkan tangannya untuk mengambil. Pada saat itulah ia melihat punggung tangannya yang kemerahan. Lantas, ia pun memeriksa tangannya yang lain, juga wajah dan lehernya yang tertutup kerudung.

Pantas saja dia merasa gatal dan panas sedari tadi.

Dzurriya akhirnya minum segelas air yang diserahkan Ryan, sambil melirik dua lelaki di depannya. Lalu, saat matanya kembali bertemu dengan Eshan, ia buru-buru mengalihkan pandangan. Ia takut kena marah lagi.

‘Apa Eshan akan mengancamku lagi karena pingsan?’

“Awasi dia, jangan sampai dia melakukan hal bodoh lagi,” ujar Eshan sambil beranjak dari tempatnya.

Dzurriya menegang. Benar kan dugaannya. Eshan pasti marah.

Berbeda dengan Dzurriya, Ryan malah terkekeh. “Kau tenang saja. Istrimu ada di bawah pengawasanku.”

Bisa Dzurriya dengar dengusan keras dari Eshan, sebelum lelaki itu menutup pintu.

“Hachi! Hachi!” Dzurriya tiba-tiba bersin-bersin kembali, dan Ryan dengan sigap segera mengambilkannya tissue. 

“Sudah kubilang, jangan dekat-dekat kucing, kamu tuh alergi kucing,” ucap Ryan sambil menyerahkan nampan berisi semangkuk bubur, dan dua butir obat. “Nah, minum obat ini agar ruamnya cepat hilang.”

Bukannya mengambil obat itu, Dzurriya malah menatap Ryan dengan dahi berkerut. “Kapan kamu bilang aku alergi kucing, Dok? Bukannya ini pertama kalinya….”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penebusan Dosa Istri Kedua   EPILOG

    “Jadi ini rumahnya?” ujar Eshan sembari menilik keluar jendela, menatap rumah bercat hijau tanpa pagar dengan halaman yang tidak cukup lebar. Tampak sebuah pohon mangga besar dan rindang yang tengah berbuah banyak berada di tepi samping halamannya, dengan beberapa macam bunga di tepi depannya, rumah milik orang tua Dzurriya itu sungguh terlihat sederhana, tapi menyejukkan mata yang memandang.Terlihat kemudian pintu mobilnya dibuka oleh pengawalnya, ia segera keluar dari mobilnya dan masih menatap rumah itu dalam-dalam.Rumah itu kelihatan sepi seperti rumahnya, tapi kenapa hatinya merasa adem, seperti ada aura yang berbeda di rumah itu.“Apa Saya mau ketukan pintu, Tuan?” tanya salah seorang pengawalnya.Eshan hanya menggelengkan kepala, aku akan melakukannya sendiri.Ia kemudian mulai berjalan ke arah teras rumah itu, saat tiba-tiba seorang anak perempuan berlari ke arahnya sambil memegang-megang jasnya seperti hendak bersembunyi “Jangan lari kau! Dasar anak nakal!”Eshan langsun

  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 169

    “Apa kamu bisa menjamin bahwa kalian akan baik-baik saja, jika tidak bersamaku?”Dzurriya terdiam mendengar ucapan suaminya tersebut.“Setidaknya mereka tidak akan tahu bahwa aku dan Angel adalah keluargamu?”“Sampai kapan?” tanya lelaki itu balik.Sekali lagi Dzurriya hanya terdiam. “Apa kamu bisa menjamin tidak akan ada yang mengejar kalian?” lanjutnya membuat Dzurriya semakin tercenung diam.“Jika kalian ada di sini, justru tempat yang menurutmu paling aman, bisa menjadi tempat yang paling berbahaya di dunia ini, apa kau sadar itu Dek?” Ucap lelaki itu terdengar masuk akal.“Aku ingin memberi kalian status, supaya tidak ada lagi orang yang berani menyentuh kalian Aku hanya ingin kebaikan itu untuk kalian, setidaknya dengan bersamaku, aku bisa memastikan bahwa kalian aman dan baik-baik saja,” jelas suaminya itu.Dzurriya menelan ludahnya mendengar ucapan suaminya tersebut.“Aku mencintaimu Dzurriya,” ucap lelaki itu sambil menatapnya dengan lembut.Dzurriya terkesiap diam dan mena

  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 168

    Dzurriya menatap keluar jendela mobil tersebut, kampungnya tampak tak berbeda jauh dengan setahun setengah yang lalu.Terlihat beberapa orang yang tengah bersantai di depan rumah tetangganya, memandang mobil yang dinaikinya itu dengan heran.Dzurriya tersenyum dalam-dalam menatap mereka, matanya tampak berkaca-kaca.“Akhirnya aku kembali Aba, Ummi,” gumam Dzurriya dalam hati setelah menghela nafas panjang, kemudian berbalik menatap Putri kecilnya lagi.“Sayang! akhirnya Bunda bisa membawamu pulang,” seru Dzurriya dengan senang, kemudian mengecup pipi mungil putrinya dengan gemas.Tiba-tiba ia mendengar suara berisik dari luar mobil tersebut.Ia segera menoleh ke arah jendela kembali tampak beberapa mobil mewah terparkir di depan rumah budenya yang terbilang sangat luas itu, yang tepat bersebelahan dengan rumahnya.‘Ada apa, kok banyak mobil? apa Mas Erwin sedang lamaran?” pikirnya bertanya-tanya, sampai lehernya menoleh mengikuti gerak mobil itu yang semakin menjauh dari pekarangan r

  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 167

    Dzurriya menatap jauh ke arah suaminya yang tengah duduk di taman rumah sakit itu dengan pandangannya yang kosong.Sudah sejam lelaki itu berada di sana dengan matanya yang sesekali berkaca-kaca.Lelaki itu tadi terlihat sangat bahagia mendapati Dzurriya berada di sampingnya tadi, namun tiba-tiba berubah murung saat mengetahui bahwa istri pertamanya telah tiada.‘Secinta itu kau padanya Mas,” pikir Dzurriya sembari menelan ludahnya.“Apa yang kau pikirkan?”Dzurriya tersentak kaget mendengar pertanyaan Ryan barusan, ia kemudian menoleh ke arah sepupu iparnya tersebut.“Kenapa kau tak menghampirinya saja? Sepertinya dia butuh teman bicara,” tanya lelaki itu lebih jauh.Dzurriya tersenyum ringan, kemudian berbalik menatap jauh ke arah suaminya.“Apa kau tahu apa yang ditanyakannya tadi padaku saat dia baru siuman?” tanyanya tanpa menoleh ke arah Ryan sedikitpun.“Apa dia bertanya kalau kau baik-baik saja?”Dzurriya tersenyum sambil menunduk ke bawah, mendengar jawaban Ryan tersebut, kem

  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 166

    “Mas!” teriak Dzurriya panik dengan mata yang nanar dan berkaca-kaca. Ia memeluk suaminya dalam perempuannya tersebut.Lelaki itu tampak berusaha tersenyum padanya, sambil berbicara dengan nada terbata-bata, “ S–sekarang kita sudah impas… A—aku sudah ti—dak berhutang lagi padamu.”“Tidak! ini belum cukup! kau harus membayarnya seumur hidupmu! kau dengar itu?” ujar Dzurriya di antara air matanya yang terus-menerus mengalir ketakutan.Eshan kembali terlihat tersenyum, sebelum akhirnya tubuhnya tiba-tiba tersentak hebat, dan dari dalam mulutnya memancar darah yang begitu banyak, hingga menciprat ke sebagian pakaian Dzurriya dan mukanya.Lelaki itu pingsan dan langsung menutup mata setelahnya, membuat Dzurriya menangis histeris dengan begitu panik. Ia berusaha menggoyang-goyang tubuh suaminya itu, namun tidak ada respon sekali.Dengan ketakutan ia mulai berteriak minta tolong.Tiba-tiba beberapa orang datang bersama dengan Alexa yang tadi lari begitu saja setelah menikam suaminya.Di

  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 165

    “Lepaskan dia!” Sayup-sayup terdengar teriakan begitu kera, setelah suara pintu yang terdengar digebrak dan dibanting tiba-tiba. Diikuti kemudian oleh suara langkah kaki yang berlari dan berderap begitu berat, tampak tubuh Alexa tertarik ke belakang. Dzurriya langsung terbatuk-batuk, nafasnya yang tertahan begitu lama langsung tersengal-sengal keluar. ‘Apa dia benar-benar sudah gila?’ pikir Dzurriya sembari memegang lehernya dan melirik ke arah istri pertama suaminya itu. “Kamu nggak pa-pa?” tanya suaminya yang tengah berdiri di hadapannya dengan wajah begitu khawatir, sambil memegang kedua lengan atasnya. “Sayang, aku bisa jelaskan,” sela Alexa yang baru saja bangkit dan menghampiri suaminya itu, terdengar begitu gupuh. Jakun Ehsan tampak naik turun mendengar ucapan wanita itu yang kelihatan terus berusaha berkilah, sedang giginya tampak mencengkeram dengan kuat sambil membuang muka ke atas. Lelaki itu tampak begitu kesal, namun sepertinya masih berusaha untuk menahannya. “T

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status