Penebusan Dosa Istri Kedua

Penebusan Dosa Istri Kedua

By:  Saydh5  In-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
26Mga Kabanata
176views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
Leave your review on App

Dzurriya siuman dari koma dengan ujung pistol menempel ke arah dahinya. Di depannya berdiri Eshan, lelaki asing beraut wajah begitu dingin. Ia tidak tahu apa yang membuat Eshan sangat ingin menyakitinya. Sampai akhirnya ia tahu, kalau dirinya adalah penyebab Alexa, istri Eshan kecelakaan dan kehilangan bayinya. "Menikahlah dengan suamiku, dan lahirkan bayi untuk kami! Kau harus menderita seumur hidup untuk membayar dosamu!"

view more
Penebusan Dosa Istri Kedua Novels Online Free PDF Download

Pinakabagong kabanata

Magandang libro sa parehong oras

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments
Walang Komento
26 Kabanata
BAB 1
Dzurriya terbangun dengan ujung pistol menempel ke arah perban di atas dahinya. Matanya yang berkernyit menahan nyeri kepala yang sangat hebat, langsung membelalak kaget. “S-siapa kamu—” Suara Dzurriya tertahan kala melihat seorang lelaki asing dengan setelan jas hitam lengkap yang sama sekali belum pernah ia temui. Raut wajahnya terlihat sangat tenang, tapi dingin juga kejam. “Apakah tidurmu nyenyak?” suara rendah lelaki itu membuat tubuhnya yang terasa ngilu dan perih di beberapa tempat seketika berkeringat dan kaku. Dzurriya tak berani bergerak. Bahkan napasnya seakan tertahan di antara kedua bibirnya yang bergetar lirih. Mata lelaki itu menatap tajam ke arah Dzurriya di balik kacamata rectangle berlensa putih tanpa frame. Mulutnya tak bergeming. Telunjuk tangan kanannya yang terlihat sigap sedang mencengkram pelatuk, siap menembaknya kapan saja. Tapi bukan itu yang paling membuat jantungnya berdegup kencang ketakutan. Saat ini, ia dipenuhi banyak pertanyaan yang membuatnya
Magbasa pa
BAB 2
Suara itu begitu berat dan parau sehingga gaungnya memenuhi lobi ini. Dari mana lelaki ini sadar dengan penyamarannya? Bukankah ia sudah berusaha sedemikian rupa. Dzurriya tahu kalau ia harus segera melarikan diri, tapi apa ini? Kakinya yang lemah seperti terpaku di tanah. Tak kuasa bergerak dan bertahan. Eshan, lelaki yang sebelumnya menodongkan pistol ke kepalanya, langsung mengangkat tubuh Dzurriya dan memanggulnya di pundak sebelah kanan tanpa menghiraukan siapapun. Entah akan dibawa ke mana Dzurriya sekarang. “Turunkan aku!” pekik Dzurriya. Brak! “Ah!” Dzurriya memekik ketika Eshan menendang pintu gudang yang ada di depannya. Sepanjang perjalanan menuju tempat ini, Dzurriya berkali-kali memberontak. Namun, karena tubuhnya masih lemah dan juga lelaki itu sangat kuat, Eshan sama sekali tidak terpengaruh. “Astaghfirullah!” Dzurriya mengernyit dan matanya terpejam bersamaan. Sekarang keduanya berada di tempat yang gelap dengan bau apek yang menyengat. Tanpa siapapun selain
Magbasa pa
BAB 3
“Sekarang kau bertanya apa kesalahanmu, Jahanam kau!” umpat wanita itu hampir saja menamparnya. Namun, Eshan tiba-tiba memeluknya. “Sabar, Alexa…. Jangan mengotori tanganmu dengan menamparnya.” Dzurriya masih bingung dan tak percaya dengan apa yang barusan di dengarnya. “K-kau pasti berbohong… aku bukan pembunuh…. Aku bukan pembunuh!” pekiknya histeris. “Ya, kau pembunuh! Kau sudah membunuh bayiku. Kalau kau tidak muncul di jalan itu, aku tidak akan mengalami kecelakaan!” teriak histeris wanita bernama Alexa itu berang. Mata Dzurriya membulat. Kata-kata wanita itu memunculkan sekelebat bayangan yang membuat kepalanya berdenyut sangat nyeri. Dalam bayangan itu terlihat sebuah cahaya terang dari sebuah mobil yang melaju cepat ke arahnya dan… “Argh!” Dzurriya berteriak sambil memegangi kepalanya yang nyeri. Namun, bukan kata-kata menenangkan diri atau obat, ia justru merasakan rahangnya dicengkram kuat oleh tangan besar Eshan, “Hentikan akting burukmu ini!” “Belum puas kau membun
Magbasa pa
BAB 4
Belum sempat Dzurriya menanggapi ajakan menikah yang dingin itu, Eshan sudah mengulurkan selembar kertas ke hadapannya. “Tanda tangan di sini!” “A-Apa ini?” tanya Dzurriya memberanikan diri. “Kau bisa baca, kan?” ucap Eshan dingin. Dzurriya membaca baris pertama surat yang disodorkan Eshan. Matanya membulat kala melihat tulisan ‘Pernikahan Kontrak’ di sana. Tangannya gemetar, antara takut dan marah. “Aku tidak mau! Allah mengharamkan bagi kami nikah kontrak, lebih baik aku mati—” “Mati itu terlalu mudah bagi pendosa sepertimu,” potong Eshan sambil mencengkram dagu Dzurriya. “Aku akan membuatmu merasakan kesakitan yang dalam sebelum kau mati.” Eshan melepaskan dagunya dengan kasar, membuat air mata yang sedari tadi Dzurriya tahan kembali menetes. Dengan gemetar, Dzurriya mengambil pulpen yang diletakkan Eshan di atas meja. Pandangannya memburam, tapi ia berusaha membaca pasal demi pasal yang ada di kertas putih tersebut. ‘Pihak kedua setuju menjadi istri pihak pertama selama
Magbasa pa
BAB 5
Selesai berberes kemarin, Dzurriya langsung ketiduran tanpa mandi atau berganti pakaian. Ia juga melewatkan makan malam ataupun minum setetes air pun. Alhasil, ia benar-benar kelaparan sekarang. Ia baru bangun keesokan pagi ketika jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Tenggorokannya yang kering, membuatnya berniat ingin mengambil air minum di dapur. Namun, karena masih canggung dan belum hafal seluk-beluk rumah besar ini, ia hampir saja tersesat. Ia bertemu beberapa pelayan di perjalanan, dan bertanya kepada mereka. Namun, setelah bertanya, bukannya mendapat senyuman ramah, Dzurriya malah mendengar sayup-sayup bisikan mereka yang mengejek Dzurriya. “Kasihan, ya….” ucap salah satu pelayan. “Kok, Tuan bisa ya, bawa wanita dekil itu ke sini. Mana dijadiin madu Bu Alexa lagi,” sahut yang lainnya. Dzurriya langsung bisa menebak apa yang dibicarakan pelayan-pelayan itu di belakang sana. Ditiliknya baju yang dipakainya bersih-bersih kemarin dan belum sempat diganti. Berdebu dan bernoda
Magbasa pa
BAB 6
“Kami belum berani melakukan prosedur HSG untuk melihat kondisi rahim Ibu Dzurriya, karena beliau lupa kapan terakhir menstruasi. Bulan depan, dua atau sampai tujuh hari pasca beliau menstruasi, kembalilah kesini untuk melakukan pemeriksaan.” Itu adalah yang diucapkan dokter kandungan setelah sesi konsultasi berakhir. Untuk melihat kondisi rahim Dzurriya, Alexa meminta pemeriksaan dengan menggunakan sinar Rontgen atau HSG. Namun, karena Dzurriya amnesia, ia tidak bisa menjawab beberapa pertanyaan dokter dengan baik. Suasana ruangan itu pun mendadak jadi dingin. Dzurriya juga melihat alis Alexa yang menyatu karena marah, berbeda dengan Eshan yang hanya diam dengan tatapan tajam. Tatapan Alexa yang tadinya tertuju kepada sang dokter, langsung mendelik ke arah Dzurriya “Kamu sengaja, kan?!” Napas wanita itu terdengar terengah-engah. Matanya memerah, dan otot-otot mukanya tertarik. Dzurriya hanya menunduk, menghindari tatapan menusuk Alexa itu. Tak ada kata yang berani ia ucapkan, ata
Magbasa pa
BAB 7
“Argh!” Seketika mata Dzurriya terpejam, suaranya melengking histeris. Namun yang mengherankan, kenapa ia tidak merasakan sakit atau semacamnya? Dibukanya matanya perlahan. Eshan masih berdiri dengan tatapan yang sama, auranya begitu mengerikan. Ditambah bau asap pistol yang melontar tanpa peluru. “Seumur hidup, aku tidak pernah melihat Alexa begitu kesakitan,” Ehsan berucap sambil menurunkan ujung pistol itu. “Dan, aku juga tidak akan pernah membuatnya kesakitan.” Ketika Dzurriya merasa kalau Eshan sudah lebih tenang dan ia bisa kabur, tangan pria itu kembali bergerak untuk mengokang pistolnya kembali. Mata Dzurriya membulat. Dengan panik, ia beringsut mundur dalam posisi duduk. “A-Ampun, ampun, m-maafkan aku!” pekik Dzurriya, masih menyeret tubuhnya yang lemas. Namun nahas, saat ia mencoba berdiri, baju gamisnya yang panjang justru terinjak kakinya sendiri. Baju itu robek sampai bagian betisnya terlihat. Melihat peluangnya terbatas, Dzurriya segera meraih kaki suaminya terse
Magbasa pa
BAB 8
Ia bisa merasakan aroma musk itu semakin pekat menusuk hidungnya, desah napasnya pun menyemilir di atas permukaan kulit pipinya. Seketika, bulu kuduk di sekujur tubuhnya bergetar. Apalagi sekarang jemari tangan kekar itu tengah terulur perlahan di bawah bahunya, sambil menjumput untaian kerudungnya dan menyilangkannya di pundak dengan lembut. Tak sampai disitu, ia merasakan tangan tersebut membelai kepalanya turun dan menyanggah punggungnya. Kemudian, pipi lelaki itu beberapa saat bergesekan dengan pipinya. Bahkan, ia bisa merasakan degup jantungnya yang beradu dengan detak jantung sang suami. “Bukankah sudah kubilang?” suara rendah lelaki itu menyapu lembut telinga Dzurriya. Sontak wanita itu pun bertambah merinding.“A-apa?” cicit Dzurriya.“Kalau butuh sesuatu, panggil pelayan.” Tangan Eshan yang terulur di belakang punggung Dzurriya itupun memencet sebuah tombol di samping kulkas dua kali, sampai terdengar seperti suara bel.“Aku tidak mau melihat mayat di rumah ini,” lanjut lel
Magbasa pa
BAB 9
“Aku mencintaimu, Sayang….” suara serak Eshan bagai tamparan untuk Dzurriya. Itu bukan ungkapan cinta untuknya, melainkan untuk Alexa, sang istri pertama. Dzurriya mematung di tempatnya kala melihat pergumulan Eshan dan Alexa di sofa. Posisi Eshan duduk membelakangi pintu, jadi tidak menyadari kehadiran Dzurriya. Namun berbeda dengan Alexa, yang duduk di pangkuan lelaki itu sambil mencumbunya. Tatapan Dzurriya yang bergetar, bertemu dengan Alexa. Dzurriya bisa melihat senyum tipis wanita itu, sebelum mencium Eshan lebih dalam dari sebelumnya. Tangannya terulur di belakang leher lelaki itu, sambil badannya digerakkan dengan sensual. Dzurriya memalingkan wajah. ‘Ya Allah… kenapa ujianmu semakin hari, semakin berat….’ Ia baru merasakan kebahagiaan semalam, setelah Eshan menyebutnya sebagai ‘istri’. Namun, ia kembali ditampar kenyataan bahwa status itu tidak lebih dari perjanjian di atas kertas. Dzurriya hanya istri kedua dalam status kontrak. Ia tidak berhak atas cinta dan kebahagi
Magbasa pa
BAB 10
Pada waktu yang sama, di ruang kerja Eshan. “Ah! Brengsek! Kenapa aku gak bisa fokus?!” gerutu Eshan sambil menutup laptopnya dengan keras. Ia pun melempar tubuhnya ke sandaran kursi sambil mendesah panjang. Dadanya terasa berdenyut-denyut tak karuan tanpa sebab. Bola matanya yang sedari tadi menatap langit-langit ruangan pun terpejam, memikirkan apa sebenarnya yang sedang dirasakan dan dipikirkannya. ‘Apa ini? Kenapa aku kepikiran wanita sialan itu?’ Sejak meninggalkan kamarnya, pikiran Eshan jadi tidak tenang. Ia kepikiran, apa yang Alexa lakukan kepada wanita itu. Apakah Alexa kembali tantrum seperti waktu itu– “Gak! Aku gak mengkhawatirkan dia! Aku hanya takut barangku dicuri saja. Apalagi dia sekarang sendirian di kamarku.” Eshan memijat pelipisnya beberapa saat, tapi kepalanya tidak berhenti berdenyut. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk beranjak dari kursinya. Ia harus memastikan dengan matanya sendiri kalau wanita itu tidak berulah. Sampai di depan kamarnya, suasana terasa
Magbasa pa
DMCA.com Protection Status