Share

Pengagum Rahasia
Pengagum Rahasia
Penulis: Murguaa

1. Ketakutan

"Hah... Hah... Tidak!"

Rara terbangun dengan napas tersengal-sengal, ia seperti habis lari marathon padahal dirinya hanya bermimpi buruk. 

Gadis itu masih berbaring dengan mata melotot, keringat membasahi pipinya dan ia merasakan badannya sedikit pegal.

"Cuma mimpi..." gumamnya sembari perlahan bangun.

Rara masih duduk di atas kasurnya, “Aduh, pegal sekali. Kenapa aku mendadak pegal linu begini?”

Rara sedikit bergeser sambil memijat punggungnya yang pegal, namun tiba-tiba ia merasa aneh. Ada suara lain, selain suara pergerakan tubuhnya.

Gadis itu takut, haruskah ia mengintip ke bawah ranjangnya atau tidak peduli? Rara menyeret pelan tubuhnya dan menurunkan kakinya satu persatu sebelum menyentuh lantai.

Ia terdiam lagi, “Sepertinya, tidak ada,” setelah bergumam akhirnya Rara beranjak dengan tenang.

Rara melihat wajahnya di cermin, ada bercak keunguan pada lehernya yang membuat dia panik. Ia tidak merasa pernah terluka di bagian sana, Rara menghela napasnya dengan pasrah, ia harus menutupinya dengan make up atau itu akan menjadi pertanyaan banyak orang.

“Sial, kenapa ini bisa lebam?” Rara menggerutu sendiri, “Aku tidak melakukan apapun demi Tuhan!”

Sebelum melangkah ke kamar mandi, Rara mendengar sebuah suara di dalam kamarnya. Ia terdiam, tubuhnya seketika menegang. 

Ia mendengarkan sekali lagi, memastikan dirinya tidak berhalusinasi, tapi tidak ada suara apapun setelahnya. Ia pun memutuskan untuk segera mandi.

"Sialan, lebamnya ada dimana-mana.." Rara melihat seluruh bagian atas tubuhnya di penuhi luka lebam yang sebelumnya tidak ada. 

Rara tidak tahu ada sebuah pergerakan di bawah ranjangnya tanpa suara, gadis itu masih mengobati tubuhnya di kamar mandi. Seorang pria baru saja keluar dari bawah ranjang Rara dan segera pergi tanpa meninggalkan jejak.

Begitu telah siap untuk bekerja, Rara melihat rak sepatunya dalam keadaan cukup berantakan.

"Perasaan aku sudah merapikan ini berulang kali?"

Rara mengunci ekstra apartemennya, agar dirinya merasa tenang selama bekerja nanti. Baru beberapa langkah Rara berjalan, Rian, CEO-nya sudah menelpon sehingga Rara harus terburu-buru.

“Halo Pak, Bu Karin sedang melakukan perjalanan ke—.”

“Saya tidak mau tahu soal Karin! Pokoknya kau cepat ke kantor sekarang!”

Rara menghela napasnya kembali, ini akan menjadi hari yang panjang untuknya. Ketika tiba di basement, Rara melihat seorang pria berdiri tak jauh dari mobilnya. Rara berusaha untuk tidak melihatnya, baginya tatapan pria itu sudah cukup menakutkan.

"Fokus Rara, fokus!"

Berulang kali gadis itu mengatur napasnya hingga akhirnya ia berhasil melajukan mobilnya dengan tenang. Ia melihat melalui kaca spion, pria itu masih mematung di tempat yang sama dan memperhatikannya.

Rara Xaviela adalah seorang gadis mandiri, dia benar-benar sendirian di kota ini. Tidak ada orang tua ataupun kerabat dekat, merantau bukanlah hal yang mudah tapi ia harus melakukan nya karena kala itu dirinya di hadapkan dua pilihan, menikah muda atau pergi.

Rara heran, memangnya ini zaman apa? Perjodohan masih eksis di zaman sekarang? Ia tidak akan pernah mau untuk melakukannya. Saat ini Rara bekerja di sebuah perusahaan besar yang sedang berkembang pesat, ia memegang jabatan sebagai asisten manajer.

“Rara, cepat!”

Rian Zyandru adalah CEO pemilik Zyandru Corp, perusahaan tempat Rara bekerja. Pria temperamental yang sehari-harinya hanya terus memarahi Rara dan menguras habis semua kesalahan yang di lakukan gadis itu walau tidak sengaja sekalipun.

Kali ini ia kesal dengan Rara yang mulai memberikan laporan padanya, padahal ia sudah mendapat pesan dari Karin kalau tugas mereka itu sudah selesai.

“Kenapa kau lamban sekali, Ra? Cepat masuk kedalam ruang rapat itu dan jelaskan pada mereka sekarang hasil laporan mu dengan Karin!” Rian lagi-lagi membentak Rara yang baru saja tiba di kantor.

Rara mengangguk pelan, “Baik, Pak.” Gadis itu dengan sabar masuk ke dalam ruang rapat dan hanya membawa laporan itu. Ia meninggalkan ponselnya di atas mejanya.

Rian yang masih kesal, tanpa sengaja melihat pesan masuk dari Karin pada ponsel Rara. Pria itu sudah menahan untuk tidak membukanya tetapi ia penasaran. Raut wajah Rara tadi terlihat sangat murung, Rian juga menyadari nya tapi itu pasti ada alasannya.

Ponsel Rara yang tidak terkunci bisa Rian buka dengan mudahnya, ia kemudian melihat sebuah status yang di buat Karin, wanita itu sedang berlibur di sebuah pantai. Rian lebih tercengang ketika membaca pesan yang Karin kirim.

Wanita itu mengancam Rara, jika Rara melaporkannya, maka Karin akan membuat Rara berhenti bekerja. Isi semua pesan dari Karin, hampir seluruhnya adalah ancaman terhadap Rara.

“Rara… kenapa dia diam ketika ada yang menindasnya seperti ini?” gumam Rian.

Pria itu kemudian kembali ke ruangannya, ia menunggu Rara menyelesaikan rapatnya di sana. Sebelum memecat Karin, ia ingin mendengar dari Rara secara langsung apa saja yang sudah di lakukan Karin selama ini.

Rara menyelesaikan rapat yang memang seharusnya di pimpin olehnya jika saja dia tidak terlambat beberapa menit tadi. Ia melihat dengan jelas kalau Rian sudah menunggunya dengan wajah masam.     

“Kali ini, aku salah apa lagi?” Rara merengek dengan sengsara. Melihat wajah bengis Rian saja sudah membuatnya ingin pulang.

Rara memasuki ruangan Rian kemudian duduk di depan meja pria itu. CEO killer yang bisa membuat Rara kebas kapan saja. Kalau sudah ceramah saja, Rian bisa bertahan setengah sampai satu jam lamanya.

“Bisa-bisa nya kau tidak kompeten dalam mengatasi masalah internal di kantor, apa kau selalu hidup seperti itu?” Rian langsung menyerangnya dengan pertanyaan.

Rara bahkan belum menjawabnya, tapi Rian sudah melayangkan tatapan kesal padanya dan bicara lagi. “Kau membantu Karin melalaikan pekerjaannya?”

“Tidak, aku tidak melakukan hal seperti itu!” akhirnya Rara berseru membela dirinya. Ia sedikit muak dengan tatapan tajam Rian dan tuduhan tak berdasar yang di lontarkan CEO nya itu.

“Karin selama ini tidak pernah bekerja dengan benar, kau yang melakukan semua pekerjaannya dan kau menyembunyikan hal itu dari ku. Apa aku salah?” pertanyaan Rian membuat Rara tercengang. Dari mana bosnya tau soal Karin?

Rara sekarang merasa tegang, habislah dia jika Karin tau kalau kelakuan buruknya sudah terdengar sampai ke telinga CEO mereka.

“Tapi, Pak—,” ucapan Rara tersendat karena bingung harus menjawab apa.

“Jika kau membelanya, maka kau yang akan di pecat.” Rian memotong ucapannya, “Tapi jika kau jujur maka kau selamat.” Tatapan Rian yang sengit membuat Rara tidak memiliki pilihan lain selain jujur.

Dirinya takut jika Karin akan melakukan hal buruk padanya tapi saat ini aura Rian lebih menakutkan dari apapun baginya. Tatapannya yang tajam dan sengit seolah bisa menyerap seluruh nyali Rara dalam sepersekian detik saja.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status