Berpeluh keringat, kedua tubuh manusia yang terbuka tanpa sehelai benang yang menutupinya. Keduanya sibuk menahan rasa berat di kepala dengan manik yang saling memicing seakan berusaha mengingat sesuatu namun tidak bisa. Renata, anak dari seorang Harisson, salah seorang pengusaha kaya ternama itu terbaring dengan tubuh polosnya memunggungi seorang pria.
Masih samar dalam ingatannya tentang apa yang baru saja dilakukannya semalam. Lalu kini dia belum menyadari jika ada seorang pria yang berada di atas ranjang yang sama dengannya. Dia masih terus memijat kepalanya yang terasa berdenyut.
“Ah! Sakitnya kepalaku.” Renata mengeluh sakit sambil memijat pelipisnya dan sebuah suara lain menyahut.
“Sama.”
Sahutan suara itu seketika membuat gadis berkulit putih mulus itu terperanjat. Dia terbelalak dan dengan cepat meraih bantal untuk menutupi tubuh polosnya. Semua itu beriringan dengan suara jeritan.
“A ...!” jerit Renata memecah keheningan. “Siapa kau?” imbuhnya lagi sambil menendang si lelaki hingga terjatuh ke lantai dan meringis kesakitan.
“Kau itu yang si ....”
Kalimat itu menggantung bersamaan dengan mata yang juga tak kalah terbelalak. Alex Salim, dia terkejut bukan main lalu melihat penampakan dirinya sendiri dan melihat penampakan wanita yang sibuk meraih selimut untuk menutupi tubuhnya. Renata, atau yang sering dipanggil Nona Rena, saat ini berpenampilan polos di hadapannya.
“Nona?”
“Alex?”
Keduanya saling bertanya dan terheran, lalu sebuah siraman anggur merah tepat di wajah Renata dapatkan. Cairan berasa manis dan pahit itu membuat Renata menatap ke arah asal dan melihat tunangannya, Justin. Justin Hasibuan, dia lelaki yang baru semalam resmi menjadi tunangan Renata dan akan melangsungkan pernikahan dua bulan lagi, kini justru mendulang kecewa.
“Justin?” gumam Renata menyebut nama sang tunangan.
Tatapan mata Justin menyasar pada Alex yang masih berusaha meraih kesadarannya. Pikirannya kacau dan dia bahkan merasakan lemas di sekujur tubuh. Sebuah pukulan langsung dia dapatkan dari Justin tanpa ampun.
“Dasar Brengsek kau!” teriak Justin sebelum menghantam wajah Alex berkali-kali.
“Justin! Jangan!” teriak Rena yang berusaha untuk menghentikan tindak kekerasan tersebut.
“Apa, jangan katamu?” Justin sesaat berhenti setelah dia melihat Alex tak berdaya namun masih bernafas meski kembang-kempis.
Seorang gadis berlari masuk dan dia tampak tergesa-gesa, dengan nafas yang tidak beraturan. Dia Derina, anak dari istri kedua tuan Harisson yang dibesarkan oleh istri pertamanya setelah istri kedua meninggal dunia. Derina diasuh oleh Rima Harisson sejak balita.
“Kak, kalian sebenarnya apa yang kalian lakukan? Apa hubungan kalian?” tanyanya yang terkesan menyudutkan dan Rena sama sekali belum menyadari itu. “Ayo aku bantu pakai bajumu.” Dia bahkan membantu memakaikan baju Renata yang masih pusing namun dengan senyum licik yang tidak disadari siapapun.
Tuan Harisson masuk setelah kegaduhan di dalam lumayan mereda. Rupanya sedari tadi dia mendengarkan dari luar kegaduhan tersebut. Ini seperti sudah tertata rapi dan memakai konsep yang hebat. Semuanya begitu rapi namun Rena dan Alex belum menyadarinya. Entah siapa dalang dari semua ini.
“Ayah?” gumam Rena menatap sang ayah dengan raut takut.
“Memalukan! Kau semalam baru saja bertunangan dengan Justin lalu semalam juga kau menerobos masuk ke kamar Alex?” sentak tuan Harisson dengan tatapan menyalang penuh kemarahan.
Renata semakin bingung dibuatnya. Keadaan seperti apa sebenarnya yang sudah dia lalui semalam bersama Alex? Mengapa dia sampai polos begitu? Ada begitu banyak tanya di kepalanya namun dia sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa.
“Ayah aku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi.” Masih dengan lugu dan lembut Renata berusaha menjelaskan semuanya.
“Kau pikir aku ini orang bodoh Rena? Kau dan Alex. Ini sudah tidak bisa dimaafkan! Ayah tidak pernah mendidik anak ayah untuk menjadi wanita begundal begini! Mulai hari ini ayah tidak sudi mengakuimu sebagai anak ayah lagi! Kau sudah menentang peraturan dasar keluarga kita!”
Renata mendekati sang ayah yang tengah direndam murka. Bukan toleransi yang dia dapatkan, melainkan sebuah tamparan.
“Jangan kau dekati ayah lagi, untuk pernikahan dengan keluarga Hasibuan tetap akan berlangsung tetapi bukan kau!” tunjuknya pada Renata. “Derina, Rina yang akan melanjutkan dan menggantikan posisimu!”
“Ayah! Tapi aku mencintai Justin!” pekik Renata yang merasa keadilan telah runtuh di bawah kakinya.
Justin yang semula diam dengan kedua tangan mengepal itu pun menatap tajam Renata. “Cinta macam apa dengan bentuk pengkhianatan seperti ini Rena? Aku sama sekali tidak bisa memaafkan apa yang telah kau perbuat!”
Justin melenggang keluar membawa kemarahan dan rasa kecewanya disusul dengan Rina yang langsung mengekor di belakang Justin berlagak ingin menenangkan calon kakak iparnya yang terancam gagal itu.
“Papa kecewa dengan kelakuanmu ini Renata. Jangan pernah kamu menginjakkan kakimu di rumah Harisson lagi! Untuk masalah ini ayah akan anggap tidak pernah melihatnya dan tidak pernah punya anak bernama Renata.”
Bersimpuh langsung Renata menangis memeluk kaki sang ayah. Dia yang masih tidak tahu sumber masalahnya itu pun meminta maaf. “Maafkan Rena Ayah, maaf. Rena sama sekali tidak melakukan hal itu Ayah.”
Tangan tuan Harisson mengepal dan rahangnya mengeras. “Hentikan rengekanmu itu. Aku tidak mau melakukan kekerasan. Singkirkan tangan kotormu dari kakiku. Kembalilah jika kamu bisa membuktikan kamu ini benar-benar bersih dan tidak terjamah oleh pengawal sialan itu.”
"Ayah, maafkan Rena. Rena bahkan tidak mengingat apa-apa tentang kejadian semalam," ucap Renata sambil menangis tergugu dan bersimpuh di lantai menatap kepergian anggota keluarganya.
Sama sekali tidak ada yang menoleh untuk Renata saat itu, ibunya dan adiknya pun hanya bisa diam melihat kejadian itu tanpa banyak bicara. Tanpa membela ataupun menasehatinya.
“Kamu?”Pertanyaan dan sorot mata terkejut Rena pendarkan. Justin yang menariknya menarik senyuman. Pria yang jauh di dalam lubuk hatinya masih sangat mencintai Renata itu rupanya tak bisa pergi begitu saja dari bayang-bayang manisnya masa lalu mereka.“Iya, ini aku Rena. Aku ingin bicara denganmu.”“Bicara apa lagi Justin, semuanya sudah selesai di antara kita.” Renata menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Dia sama sekali tidak terlihat tegang. Dia terlihat santai menyikapi Justin.Hanya saja, pria di sebelahnya itu sedang berpacu kencang jantungnya, ingatan akan hubungan mereka yang begitu indah kembali. Seperti semuanya kompak bersorak dan membuatnya merasakan ledakan kebahagiaan.Justin mengira, Renata akan membalas cintanya. Dia mengira Renata akan kembali dalam pelukannya. Sayangnya ....“Rena, aku ingin minta maaf tentang malam itu. Seharusnya aku tidak percaya begitu saja pada Derina. Seharusnya aku mencari tahu lebih banyak kebenarannya.”Renata tersenyum, dia lalu meno
“Apa sudah mengering Dude?” tanya Alex kepada sahabatnya yang baru saja memeriksa dan melepaskan perban di perut Renata setelah 3 bulan pasca melahirkan.“Sudah, baik sekali. Hanya tinggal rajin mengoleskan salep ya. Tapi meski begitu tetap harus diperhatikan untuk gerak dan juga angkat-angkat barangnya. Jangan terlalu memaksakan Rena,” kata Dude memberikan nasehatnya.Renata mengangguk pelan, dia duduk bersandar di headboard sementara Alex yang menggendong baby Ryuga. Ayah satu anak itu begitu perhatian kepada istri dan buah hatinya.“Dengarkan itu Sayang, jangan suka memaksakan. Kamu itu suka sekali membantah kalau diperingatkan.” Alex menimpali.“Siapa yang keras kepala, aku hanya merasa aku bisa ya sudah aku kerjakan. Ke sinikan Ryu, aku rasa dia haus.” Renata mengulurkan tangannya meminta Ryuga dari sang suami.“Baiklah, ikut ibumu ya. Ayah akan bicara dengan Dokter.” Alex memberikan Ryuga setelah sebelumnya mencium hangat kening buah hatinya.Alex dan Dude keluar meninggalkan k
“Iya, kamu memang anak kandung dari tuan Andreas.” Nyonya Rima mengakui hal itu di meja makan saat dirinya dan keluarga barunya duduk di sana.Randy, dia mengatur nafasnya, berusaha untuk tidak menggebrak meja. Kepalanya terasa mendidih. Desirannya terasa sampai ke ubun-ubun.Kedua tangannya mengepal di atas meja, dengan rahang yang mengeras, dia menahan amarah. Menatap dua orang yang duduk di hadapannya sambil berpegangan tangan dan sesekali bertukar pandang dengan romantis.“Jadi aku ini anak hasil perselingkuhan?” tanya Randy dengan tatapan nyalang.“Tidak sepenuhnya seperti itu, Harrison juga berselingkuh, dia bahkan sampai mempunyai Derina Randy. Dan kita terlantar gara-gara itu. Lalu apa salah kalau ibu mencari kebahagiaan ibu?” tanya nyonya Rima tanpa rasa bersalah sama sekali.“Ibu juga manusia Randy, selama ini ibu hanya terbuka tentang sikap Harisson kepada kakakmu. Tapi, kakakmu juga tidak tahu kalau kamu adalah darah daging suamiku ini,” kata nyonya Rima sambil menatap waj
Laut yang begitu tenang adalah suatu pertanda badai besar akan datang. Begitupun dengan kehidupan, semuanya mempunyai gelombangnya, semuanya mempunyai rintangannya.Di Aulin Company.Alex terdiam membaca caption pada sebuah postingan. Dahinya mengerut berkali-kali. Otaknya menegang, seperti mencerna dengan begitu sulit setiap apa yang dibaca.Alex ingat betul bagaimana ketika dirinya mendatangi Lyra dengan tujuan ingin memperbaiki hubungan mereka. Lyra, justru sedang bersama dengan pria yang usianya lebih tua darinya. Dia menganggap Alex seperti angin lalu, bahkan setelah keributan terjadi pun matanya seolah enggan untuk melirik walau hanya sedetik.“Biarkan, dia mau mati atau apa paun itu sama sekali bukan urusanku. Aku sudah selesai dengannya. Jangan pernah kamu hadirkan lagi dia di dalam hidupku Frans!” tegas Alex memperingatkan.Dia berbalik menghadap ke jendela luar. Tatapan penuh kemarahan yang berpendar membuatnya gusar. Kedua tangannya saling bertaut namun rahangnya gemeretak.
“Kalian pulanglah, aku dan istriku akan menginap di hotel,” kata Alex kepada Lily dan Frans.Lily yang duduk di kursi dalam ruangan Frans itu terkejut. Dia sama sekali tidak berani tidur di rumah itu sendirian, Randy tidak mesti pulang ke rumah itu setelah hubungannya dengan nyonya Rima membaik. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah barunya.Sementara di rumah itu selain Lily tidak ada lagi asisten yang lain. Tidur di rumah besar itu sendirian, sama seperti uji nyali. Lily tidak berani melakukannya terlebih hanya berdua saja dengan baby Ryu.“Tuan, mana aku berani,” aku Lily dengan raut takut. Belum apa-apa dia sudah ketakutan.Rumah baru Alex memang sangatlah besar. Tiga kali lipat dari apartemennya. Pembelian rumah baru itu dilakukannya supaya tidak diungkit lagi oleh saudara tiri mendiang ayahnya, tuan Harry Fernando, orang yang selalu saja mencari celah untuk bisa menguasai peninggalan tuan August.“Frans, kamu temani dia.”Frans langsung menunjuk hidungnya dengan ekspresi
Aulin CompanyAlex membuka laci meja kerjanya, dia menggeledah satu persatu. Dia lupa tadi Renata mengatakan supaya dia mencarinya di meja kerjanya. Renata tidak menyebutkan tempat yang spesifik sementara di meja kerja itu ada beberapa laci dan juga banyak sekali tumpukan berkas.“Diselipkan di mana,” gumam Alex sambil terus mencari.Matanya tidak melihat ke sebuah kertas yang terselip di bagian bawah pot bunga di sudut mejanya. Selama mencari, jantungnya berdegup kencang karena begitu bahagia. Wanita yang dulu di dambakannya, kini secara terang-terangan membalas cintanya setelah begitu banyak badai mereka lalui bersama.“Mungkin itu hanya sebuah klu!” seru Frans dari balik lemari, dia juga ditugaskan untuk mencari hadiah yang katanya Renata sembunyikan.“Mungkin saja, tolong segera cari Frans. Ini kali pertama ulang tahunku diperingati oleh wanita yang aku sayangi setelah sekian lama.”Frans mencibik dengan garis senyuman di bibirnya yang begitu tipis. Dia bukan merendahkan, dia hany