Home / Romansa / Pengorbanan istri sang presdir tampan / BAB - 04 Yang penting nyenengin istri

Share

BAB - 04 Yang penting nyenengin istri

Author: shart96
last update Last Updated: 2023-07-26 19:46:40

Guyuran hujan sedari siang tidak menunjukkan akan tanda-tanda mengakhiri masanya maupun mereda, justru semakin lama hujan semakin kian deras turunnya, membuat semua orang tidak dapat melakukan banyak aktivitas di luar rumah, sama halnya yang di alami Mizan dan Zahra saat ini.

Dua orang yang awalnya berniat ingin melakukan camping untuk menghabiskan waktu bersama setelah sekian lama karena Mizan yang selalu sibuk, kini mereka berdua hanya sedang menatap ke arah jendela di ruang tamu dengan tidak semangat. Awalnya Zahra begitu semangat setelah diberitahu bahwa sang suami akan mengajaknya camping, namun apa mau dikata kita sudah berencana namun belum tentu dapat terlaksana dengan baik.

"Hujannya malah semakin deras mana udah sore bagaimana ini mas? kita tidak jadi camping iya?" Zahra menghelan nafas kecewa, karena angan-angan membuat moment indah bersama sang suami di pantai kini hanya tinggal wacana karena terkendala cuaca.

Hujan yang semakin deras dan suhu yang semakin dingin membuat Mizan tidak dapat membuat keputusan apa pun saat ini, karena meskipun memaksakan untuk tetap pergi camping sesuai rencana, tidak tahu kendala apa yang akan terjadi selama di perjalan nanti, dan dia tidak mau mengambil resiko tersebut.

Melihat sang istri yang terlihat murung, Mizan berusaha menghiburnya dan tiba-tiba terlintas satu ide di pikirannya. Meski mungkin idenya terlihat sedikit kekanak-kanakan, dan jauh dari sifatnya yang tegas dan berwibawa, dia mengesampingkan hal itu demi sang istri bahagia dan tidak murung lagi.

"Sayang aku punya ide," ucap Mizan bersemangat menatap sang istri.

"Ide apa itu mas?" Zahra penasaran mengalihkan pandangannya kepada sang suami yang sebelumnya fokus menatap rintik hujan di depan jendela.

"Kita berkemahnya di rumah saja bagaimana? tadinya aku ingin mengajak berkemah di rooftop, tapi hujan semakin deras sudah di pastikan disana akan tergenang air dan tidak bisa di gunakan untuk camping, jadi kita lakukan saja di dalam rumah bagaimana?" ucap Mizan memberitahukan pendapatnya yang terlintas di pikirannya saat ini,

"Berkemah di rumah? di ruangan ini maksudnya?" Zahra menatap kearah sekitar untuk memastikan.

"Iya bagaimana?" Mizan menganggukkan kepalanya seraya menanti jawaban sang istri.

"Tapi nanti ada yang melihat kita bagaimana mas?"

Bukan ide yang buruk sebenarnya, bahkan dia tidak memikirkan hal itu sebelumnya, namun bila nanti ada yang melihat apa tidak canggung nantinya, mengingat orang yang bekerja dirumah mansion ini bukan hanya satu atau dua orang pekerja.

"Itu masalah gampang nanti aku urus masalah itu, aku suruh semua orang libur hari ini dan tidak boleh ada yang masuk kesini sampai besok siang bagaimana?" sahut Mizan dengan santai.

"Eum... sepertinya tidak terlalu buruk Mas, ayo kita lakukan kebetulan semua barang belum kita bawa ke dalam mobil kan?" Zahra pun kini nampak antusias.

"Iya sudah kalau begitu ayo kita mulai membuat tenda," Sahut Mizan mulai mempersiapkan tenda dan sebelumnya memberitahu kepada kepala asisten agar tidak ada satu orang pun di mansion tersebut sampai besok siang terkecuali penjaga yang harus tetap berjaga.

Setelah sepakat mereka akan melakukan kemah di dalam rumah. Mizan di bantu Zahra mulai memindahkan kursi dan mejanya ke pinggir karena bagian tengah akan dibuat tenda.

"Mas ini kita menggunakan apa sebagai penahan tenda?" tanya Zahra karena seingatnya bila di luar setiap sudutnya di paku ke dalam tanah sebagai penyangga.

"Eumm kita pakai batal di kursi, koper, dan benda apa saja yang berat sebagai penahan tiangnya," saran Mizan.

"Baiklah sekalian akan aku bawa bantal dari kamar dan kamar tamu," sahut Zahra kini berlari ke arah kamar.

"Ini jatuhnya kaya rumah-rumahan anak kecil iya," Mizan terkekeh padahal itu idenya sendiri.

"Tidak masalah, yang penting bikin happy istri, dapet pahala juga kan menyenangkan istri itu."sambungnya terkekeh kembali melihat ke arah sekitar yang nampak tenda sudah jadi tinggal menyiapkan di dalam tenda dan mempersiapkan makanan dan snack.

"Ini mas," Zahra kembali dengan beberapa bantal yang dibawanya.

Saat hendak sampai Zahra tersandung karena membawa beberapa bantal sekaligus, hingga menutupi penglihatannya saat berjalan. Mizan yang melihat sang istri tersandung reflek mendekat ke arah sang istri yang kebetulan jarak mereka tidak terlalu jauh, untungnya tidak sampai terjatuh saat menuruni tangga.

BRUUKKK

"Sayang kamu nggak kenapa-kenapa kan?" tanya Mizan memastikan keadaan seraya membantu sang istri bangun.

"Ng...nggak kenapa-kenapa mas, tapi itu tendanya jadi roboh gimana dong," sahut Zahra yang memperhatikan sekitar dan melihat ternyata tenda telah yang mereka pasang dengan susah payah telah roboh karena ulahnya yang tiba-tiba tersandung.

"Nggak masalah itu bisa di betulin lagi nanti, yang penting kamu nggak kenapa-kenapa. lagian kenapa sih maruk banget bawa bantalnya banyak banget kaya barusan," Mizan menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.

"Iya tadinya biar cepet aja, menghemat waktu ceritanya biar cepet selesai semuanya, eh malah kaya gini," Zahra tertawa mengingat apa yang baru saja terjadi karena ulahnya.

"Baiklah syukur kalau kamu nggak kenapa-kenapa, ayo kita bangun lagi tendanya iya," Mizan bangun lalu membantu sang istri berdiri dan bersiap memasang kembali tendanya.

"Iya udah, tapi mas nggak kenapa kenapa kan? tadi Zahra denger keras banget loh pas kita jatoh," tanya Zahra memperhatikan Mizan.

"Nggak apa-apa kok kan udah ada obatnya gampang itu,"

"Iya udah kalau gitu Zahra ambil dulu salep pereda nyerinya," Zahra hendak pergi untuk mengambil obat P3K yang berada di dapur, namun segera di tahan oleh Mizan dengan cepat.

"Kenapa mas?"

"Udah nggak usah, nggak sakit kok paling cuma merah-merah doang,"

"Beneran nggak kenapa-kenapa?"

"Iya yakin nggak kenapa-kenapa,"

Zahra tidak semudah itu percaya dengan perkataan Mizan, karena dia tahu betul tubuhnya menghantam cukup keras. Zahra pun tidak menuruti perkataan sang suami kini tetap pada awal tujuannya ya itu mengambil kota P3K di dapur.

"Mas tiduran dulu di sofa!"

"Mau ngapain?"

"Udah nurut aja!" mau tidak mau Mizan mengikuti perintah Zahra yang memintanya berbaring di sofa.

"Mana tadi yang sakit?"

"Sebelah sini," Mizan menunjuk kearah pinggangnya dan segera Zahra mengolesinya dengan salep.

Setelah selesai mereka kembali mendirikan tenda, lalu mereka berdua menyiapkan bahan makanan yang akan di masak, dengan cekatan Zahra mulai memotong dan mengiris bumbu dan bahan makanannya.

"Air nya sudah mendidih sayang, terus yang pertama dimasukin apa?"

"Masukin aja dulu kentangnya!" perintah Zahra lalu mengikuti step by step membuat sup pedas.

"Wah wangi banget kayanya udah matang nih," Zahra mengambil sendok lalu mencicipinya, setelah dirasa pas dia pun mematikan kompor portablenya.

Mizan lalu mematikan lampu rumah lalu menyalakan senter untuk menerangi acara makan malam mereka dan menyalakan lampu berbentuk bulat yang terlihat seperti ras bintang malam hari melengkapi acara camping bukan pada tempatnya tersebut.

"Makanannya enak baru pertama aku mencobanya,"

"Benarkah? aku juga baru pertama kali membuatnya, itu pun lihat dari youtube,"

"Iya namanya juga masak sepenuh hati pasti akan selalu enak," puji Mizan karena memang kenyataannya seperti itu.

"Iya syukurlah kalau suka jadi tidak terbuang percuma,"

Mereka pun melanjutkan acara makan malam tersebut, dan setelahnya masuk ke dalam tenda melakukan beberapa aktivitas seperti di perkemahan pada umumnya seperti bercerita dan bernyanyi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengorbanan istri sang presdir tampan   BAB - 32

    Zahra reflek berdiri setengah, mendorong kursinya ke belakang punggung pria itu. Dia kehilangan keseimbangan, jatuh ke lantai, pisaunya terlempar.“Tali saya sekarang sedikit longgar! Mbak, dorong lagi!”Dengan tenaga sisa, Zahra dorong kursinya sekali lagi sampai kursi Mira miring dan tali di tangannya cukup longgar buat dia lepas.Begitu bebas, Mira langsung mengambil pisau dan potong tali Zahra.Dari speaker yang masih menyala samar, suara pria itu mendesis:“Berani sekali kalian...”Lampu kembali menyala mendadak, ruangan disorot putih terang. Zahra dan Mira refleks tutup mata sejenak, lalu sadar di dinding sebelah kanan, ada pintu besi kecil terbuka sedikit.“Itu dia... keluar lewat situ!”ucap Mira mencoba mengatur nafasnya.“Ayo mbak jangan pikir dua kali, kita harus keluar sekarang juga!”sahut Zahra.Mereka berdua mencoba untuk berlari secepat mungkin melewati lorong gelap, langkah kaki menggema dengan nafas memburu. Di belakang, suara pelaku terdengar lagi, makin dekat, makin b

  • Pengorbanan istri sang presdir tampan   BAB - 31

    Kabut tipis menyelimuti halaman kantor polisi sektor timur, di ruang kecil penuh map dan papan investigasi, Inspektur Rian berdiri menatap dua foto. Mira - karyawan perusahaan konstruksi, dan Zahra - pemilik butik di pusat kota. Di meja, dua ponsel korban tergeletak dalam kantong plastik bening, basah oleh sisa hujan semalam. “Dua perempuan, dua tempat berbeda. Namun hilang di malam yang sama,dan dua-duanya mendapatkan pesan dari nomor tidak dikenal.”ucap Rian seraya nyeruput kopi yang sudah dingin “Nomornya sudah bisa kita lacak, pak. Namun sinyalnya hanya muncul selama enam detik lalu mati, seperti sengaja dimatikan.”sahut Dewi penyidik muda. “Sebenarnya enam detik sudah cukup untuk menarik perhatian mereka, sepertinya orang ini ingin menunjukan bahwa pelaku melihat mereka.” Dewi menempelkan peta kota ke papan, dua titik merah muncul satu di dekat gedung perkantoran, dan satu lagi di area butik Zahra. Rian menatap lama, dua titik itu dihubungkan garis tipis dan di tengah-te

  • Pengorbanan istri sang presdir tampan   BAB - 30

    Waktu sudah jam sebelas siang saat Zahra melihat jam di ponselnya, dia langsung bersiap-siap untuk berganti pakaian setelah selesai menata makanannya di dalam box makanan. Zahra kali ini pergi menggunakan supir untuk ke kantor Mizan, karena sang suami masih belum mengizinkannya membawa mobil sendiri. Zahra hanya bisa mengikuti saja yang di minta Mizan toh dirinya juga memang merasa belum mampu membawa mobil sendiri saat ini. Di kantor Mira sudah melihat jam menunjukkan setengah dua belas lebih, dirinya membawa berkas yang akan diserahkan kepada Mizan. Sebelumnya Mizan meminta berkas kerja sama untuk client baru, dan sengaja Mira memberikannya sekarang karena momennya pas “It’s showtime.” gumam Mira bangkit dari tempat duduknya. Mira mengetuk pintu ruang kerja Mizan, setelah dipersilahkan masuk dia masuk dan menutup pintu perlahan. ‘Iya ada apa Mira?” “Ini saya ingin memberikan berkas sampel yang akan diberikan kepada client, saya sudah revisi ulang jika ada yang kurang akan saya

  • Pengorbanan istri sang presdir tampan   BAB - 29

    “Siap kak setelah ini aku langsung hubungi timnya, kita pergi sekarang balik ke butik kak?” “Iya kita balik ke butik sekarang, kerjaan belum.” Keduanya perlahan mulai berjalan keluar melewati beberapa puing yang belum sepenuhnya dibersihkan. “Kak Awas!”teriak Sindy. “Sial—!”ucap Zahra sedikit berteriak karena terkejut.Suara besi terdengar saling beradu. Lalu tubuhnya meluncur jatuh ke bawah, menghantam seng lantai bawah sebelum akhirnya terhempas ke tanah. Zahra tidak bahwa di sekitar sana sebuah lubang yang membuatnya terperosok dari lantai dua ke bawah.Pandangan Zahra mulai kabur, suara sirine jauh entah dari mana. Udara dingin menusuk paru-paru, mungkin Sindy yang buru-buru memanggil mobil ambulance.“Kak Zahra! Kak Zahraaa! kenapa tiba-tiba lari sendiri kaya gitu!”ucap Sindy panik.Dia langsung turun, lututnya gemetar, tapi tangannya nekat meraih wajah Zahra yang penuh darah tipis di pelipis.“Aku... aku nggak bisa gerakin tangan kanan Ndy.”ucap Zahra dengan suara lemah sambi

  • Pengorbanan istri sang presdir tampan   BAB - 28

    “Aku minta maaf kak, seharusnya aku lebih perhatian lagi sama kakak dan seharusnya tadi biar aku saja yang belanja sendiri, sekarang kakak jadi nggak enak badan kaya gini.” ucap Sindy merasa tidak enak. “Kenapa kamu minta maaf, kakak yang ngajak kamu buat belanja kok, kakak beneran nggak kenapa-kenapa mungkin karena faktor cuaca juga jadi sekarang kurang enak badan.” Zahra tersenyum seraya mengelus lengan Sindy agar tidak menyalahkan dirinya sendiri karena kondisinya saat ini. Dirinya juga bingung kepada tiba-tiba seperti itu, padahal saat belanja tadi di supermarket kondisinya dalam keadaan baik-baik saja. “Iya sih akhir-akhir ini cuaca lagi jelek banget, pagi cerah eh siang ke sore kadang hujan deras, kadang sebaliknya juga.”sahut Sindy yang memang merasakannya. Akhir-akhir ini juga sebenarnya dirinya merasa kurang enak badan karena cuaca yang gampang sekali berubah, namun dirinya langsung minum obat sehingga keesokan harinya sudah mendingan. “Nah itu kamu tahu, kan sekaran

  • Pengorbanan istri sang presdir tampan   BAB - 27

    Zahra pun meninggalkan Sindy di dapur menyelesaikan pekerjaannya, dan bergegas menuju kamar untuk istirahat sejenak lalu mulai mempersiapkan pakaian yang akan digunakan Mizan nanti selama bekerja diluar kantor. “Kenapa denganku? apa aku terlalu berlarut karena kepikiran besok Mas Mizan dan Mbak Mira.” gumam Zahra dalam hati saat berjalan menuju kamar.“Sudahlah jangan terlalu overthinking, ingat kondisi kamu sekarang malah semakin memburuk.Jangan terlalu banyak berpikir keras,” Zahra menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur.Di kamar lain, Mira sedang menyiapkan pakaian yang akan dikenakannya nanti selama beberapa hari ke depan diluar kota. Dengan wajah sumringah dia membayangkan beberapa rencananya nanti di luar kota akan berhasil.“Akhirnya waktu itu telah tiba, kali ini rencanaku tidak boleh gagal. besok aku harus bisa membuat fokus Mizan hanya kepadaku, langkah awal untuk menghancurkan keluarga kecil ini yang sudah membuat Ibuku menderita selama ini.”Keesokan hari mereka berkumpul

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status