Guyuran hujan sedari siang tidak menunjukkan akan tanda-tanda mengakhiri masanya maupun mereda, justru semakin lama hujan semakin kian deras turunnya, membuat semua orang tidak dapat melakukan banyak aktivitas di luar rumah, sama halnya yang di alami Mizan dan Zahra saat ini.
Dua orang yang awalnya berniat ingin melakukan camping untuk menghabiskan waktu bersama setelah sekian lama karena Mizan yang selalu sibuk, kini mereka berdua hanya sedang menatap ke arah jendela di ruang tamu dengan tidak semangat. Awalnya Zahra begitu semangat setelah diberitahu bahwa sang suami akan mengajaknya camping, namun apa mau dikata kita sudah berencana namun belum tentu dapat terlaksana dengan baik. "Hujannya malah semakin deras mana udah sore bagaimana ini mas? kita tidak jadi camping iya?" Zahra menghelan nafas kecewa, karena angan-angan membuat moment indah bersama sang suami di pantai kini hanya tinggal wacana karena terkendala cuaca. Hujan yang semakin deras dan suhu yang semakin dingin membuat Mizan tidak dapat membuat keputusan apa pun saat ini, karena meskipun memaksakan untuk tetap pergi camping sesuai rencana, tidak tahu kendala apa yang akan terjadi selama di perjalan nanti, dan dia tidak mau mengambil resiko tersebut. Melihat sang istri yang terlihat murung, Mizan berusaha menghiburnya dan tiba-tiba terlintas satu ide di pikirannya. Meski mungkin idenya terlihat sedikit kekanak-kanakan, dan jauh dari sifatnya yang tegas dan berwibawa, dia mengesampingkan hal itu demi sang istri bahagia dan tidak murung lagi. "Sayang aku punya ide," ucap Mizan bersemangat menatap sang istri. "Ide apa itu mas?" Zahra penasaran mengalihkan pandangannya kepada sang suami yang sebelumnya fokus menatap rintik hujan di depan jendela. "Kita berkemahnya di rumah saja bagaimana? tadinya aku ingin mengajak berkemah di rooftop, tapi hujan semakin deras sudah di pastikan disana akan tergenang air dan tidak bisa di gunakan untuk camping, jadi kita lakukan saja di dalam rumah bagaimana?" ucap Mizan memberitahukan pendapatnya yang terlintas di pikirannya saat ini, "Berkemah di rumah? di ruangan ini maksudnya?" Zahra menatap kearah sekitar untuk memastikan. "Iya bagaimana?" Mizan menganggukkan kepalanya seraya menanti jawaban sang istri. "Tapi nanti ada yang melihat kita bagaimana mas?" Bukan ide yang buruk sebenarnya, bahkan dia tidak memikirkan hal itu sebelumnya, namun bila nanti ada yang melihat apa tidak canggung nantinya, mengingat orang yang bekerja dirumah mansion ini bukan hanya satu atau dua orang pekerja. "Itu masalah gampang nanti aku urus masalah itu, aku suruh semua orang libur hari ini dan tidak boleh ada yang masuk kesini sampai besok siang bagaimana?" sahut Mizan dengan santai. "Eum... sepertinya tidak terlalu buruk Mas, ayo kita lakukan kebetulan semua barang belum kita bawa ke dalam mobil kan?" Zahra pun kini nampak antusias. "Iya sudah kalau begitu ayo kita mulai membuat tenda," Sahut Mizan mulai mempersiapkan tenda dan sebelumnya memberitahu kepada kepala asisten agar tidak ada satu orang pun di mansion tersebut sampai besok siang terkecuali penjaga yang harus tetap berjaga. Setelah sepakat mereka akan melakukan kemah di dalam rumah. Mizan di bantu Zahra mulai memindahkan kursi dan mejanya ke pinggir karena bagian tengah akan dibuat tenda. "Mas ini kita menggunakan apa sebagai penahan tenda?" tanya Zahra karena seingatnya bila di luar setiap sudutnya di paku ke dalam tanah sebagai penyangga. "Eumm kita pakai batal di kursi, koper, dan benda apa saja yang berat sebagai penahan tiangnya," saran Mizan. "Baiklah sekalian akan aku bawa bantal dari kamar dan kamar tamu," sahut Zahra kini berlari ke arah kamar. "Ini jatuhnya kaya rumah-rumahan anak kecil iya," Mizan terkekeh padahal itu idenya sendiri. "Tidak masalah, yang penting bikin happy istri, dapet pahala juga kan menyenangkan istri itu."sambungnya terkekeh kembali melihat ke arah sekitar yang nampak tenda sudah jadi tinggal menyiapkan di dalam tenda dan mempersiapkan makanan dan snack. "Ini mas," Zahra kembali dengan beberapa bantal yang dibawanya. Saat hendak sampai Zahra tersandung karena membawa beberapa bantal sekaligus, hingga menutupi penglihatannya saat berjalan. Mizan yang melihat sang istri tersandung reflek mendekat ke arah sang istri yang kebetulan jarak mereka tidak terlalu jauh, untungnya tidak sampai terjatuh saat menuruni tangga. BRUUKKK "Sayang kamu nggak kenapa-kenapa kan?" tanya Mizan memastikan keadaan seraya membantu sang istri bangun. "Ng...nggak kenapa-kenapa mas, tapi itu tendanya jadi roboh gimana dong," sahut Zahra yang memperhatikan sekitar dan melihat ternyata tenda telah yang mereka pasang dengan susah payah telah roboh karena ulahnya yang tiba-tiba tersandung. "Nggak masalah itu bisa di betulin lagi nanti, yang penting kamu nggak kenapa-kenapa. lagian kenapa sih maruk banget bawa bantalnya banyak banget kaya barusan," Mizan menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. "Iya tadinya biar cepet aja, menghemat waktu ceritanya biar cepet selesai semuanya, eh malah kaya gini," Zahra tertawa mengingat apa yang baru saja terjadi karena ulahnya. "Baiklah syukur kalau kamu nggak kenapa-kenapa, ayo kita bangun lagi tendanya iya," Mizan bangun lalu membantu sang istri berdiri dan bersiap memasang kembali tendanya. "Iya udah, tapi mas nggak kenapa kenapa kan? tadi Zahra denger keras banget loh pas kita jatoh," tanya Zahra memperhatikan Mizan. "Nggak apa-apa kok kan udah ada obatnya gampang itu," "Iya udah kalau gitu Zahra ambil dulu salep pereda nyeriny,." Zahra hendak pergi untuk mengambil obat P3K yang berada di dapur, namun segera di tahan oleh Mizan dengan cepat. "Kenapa mas?" "Udah nggak usah, nggak sakit kok paling cuma merah-merah doang," "Beneran nggak kenapa-kenapa?" "Iya yakin nggak kenapa-kenapa," Zahra tidak semudah itu percaya dengan perkataan Mizan, karena dia tahu betul tubuhnya menghantam cukup keras. Zahra pun tidak menuruti perkataan sang suami kini tetap pada awal tujuannya ya itu mengambil kota P3K di dapur. "Mas tiduran dulu di sofa!" "Mau ngapain?" "Udah nurut aja!" mau tidak mau Mizan mengikuti perintah Zahra yang memintanya berbaring di sofa. "Mana tadi yang sakit?" "Sebelah sini," Mizan menunjuk kearah pinggangnya dan segera Zahra mengolesinya dengan salep. Setelah selesai mereka kembali mendirikan tenda, lalu mereka berdua menyiapkan bahan makanan yang akan di masak, dengan cekatan Zahra mulai memotong dan mengiris bumbu dan bahan makanannya. "Air nya sudah mendidih sayang, terus yang pertama dimasukin apa?" "Masukin aja dulu kentangnya!" perintah Zahra lalu mengikuti step by step membuat sup pedas. "Wah wangi banget kayanya udah matang nih," Zahra mengambil sendok lalu mencicipinya, setelah dirasa pas dia pun mematikan kompor portablenya. Mizan lalu mematikan lampu rumah lalu menyalakan senter untuk menerangi acara makan malam mereka dan menyalakan lampu berbentuk bulat yang terlihat seperti ras bintang malam hari melengkapi acara camping bukan pada tempatnya tersebut. "Makanannya enak baru pertama aku mencobanya," "Benarkah? aku juga baru pertama kali membuatnya, itu pun lihat dari youtube," "Iya namanya juga masak sepenuh hati pasti akan selalu enak," puji Mizan karena memang kenyataannya seperti itu. "Iya syukurlah kalau suka jadi tidak terbuang percuma," Mereka pun melanjutkan acara makan malam tersebut, dan setelahnya masuk ke dalam tenda melakukan beberapa aktivitas seperti di perkemahan pada umumnya seperti bercerita dan bernyanyi.Struktur pemerintahanMataram memiliki struktur pemerintahan yang dipimpin oleh seorang susuhunan/sultan. Dalam konsep kenegaraan Jawa raja-raja Mataram disebutkan dengan konsep Keagungbinatharaan atau diungkapkan sebagai "gung binathara, bahu dhendha nyakrawati" (kekuasaan yang agung, memelihara hukum di muka bumi). Raja dikatakan "wenang wisesa ing sanagari" (memegang kuasa di negara). Dia harus "wicaksana" (bijaksana), bersifat "budi bawa leksana, ambeg adil para marta" (meluap budi luhur-mulia dan bersifat adil terhadap sesama), tugasnya "anjaga tata titi tentreming praja" (menjaga keteratutan dan ketenteraman negeri), agar tercipta suasana "karta tuwin raharja" (aman dan sejahtera).[18]Amiril muminina sayyidina panatagami kyatira ning rat wus sineksen saking Ngarab, winenang among dirja ning ratPemimpin para mukmin tuan penata agama kemasyhurannya di jagad sudah disaksikan dari negeri Arab, diberi wewenang memomong keselamatan duniaSerat Sastra Gending karya Sultan AgungKemas
Zaman Megalitikum – Proses perkembangan peradaban manusia memakan waktu yang tidak sebentar. Sebelum akhirnya kita menikmati hidup di masa sekarang, di mana kita dapat dengan mudah menggunakan berbagai macam benda sesuai dengan kemauan dan kebutuhan, proses di balik penemuan benda tersebut dapat ditarik ke ribuan tahun yang lalu.Grameds perlu tahu bahwa benda-benda yang kita pakai di masa sekarang, amat berbeda dengan benda-benda di masa lampau. Ini dikarenakan teknologi pada masa lampau belum secanggih di masa sekarang, sehingga orang-orang zaman dahulu harus menggunakan apa yang ada di sekitar mereka sebelum perlahan bisa menemukan teknologi untuk membuat benda baru dan lebih modern.Dapat dikatakan bahwa peradaban manusia dimulai dari zaman batu, di mana orang-orang di masa itu masih menggunakan batu untuk kegiatan keseharian. Pada zaman batu, salah satu benda yang cukup populer adalah megalit atau batu besar, membuat zaman ini disebut juga sebagai “Zaman Megalitikum”.Pengertian
Stasiun Bandung (BD), juga dikenal sebagai Stasiun Hall, adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Jalan Stasiun Timur (selatan) dan Jalan Kebon Kawung (pintu utara), di Kebonjeruk, Andir, tepatnya di perbatasan antara Pasirkaliki, Cicendo dan Kebonjeruk, Andir, Kota Bandung, Jawa Barat. Stasiun yang terletak pada ketinggian +709 meter bagian dari pengelolaan Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi II Bandung dan KAI Commuter Wilayah II Bandung dengan jarak 174 km sebelah timur dari Jakarta Kota. Stasiun ini pada awalnya hanya terdapat satu buah bangunan stasiun; tetapi setelah dilakukan perbaikan oleh Pemerintah Kota Bandung, stasiun ini sekarang terbagi menjadi dua bagian dan tetap di dalam satu kawasan yaitu, sisi utara stasiun Bandung hanya melayani keberangkatan kereta api antarkota dari berbagai kelas, sedangkan sisi selatan stasiun melayani keberangkatan kereta api lokal dan komuter.Stasiun Bandung merupakan stasiun ujung dari tiga jalur kereta api, yakni
Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa yang berdiri pada perempat akhir abad ke-15 di Demak. Demak sebelumnya merupakan kadipaten yang tunduk pada Majapahit yang telah melemah saat itu untuk beberapa tahun sebelum melepaskan diri. Berdasarkan cerita tradisional Jawa, kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah, yang merupakan keluarga dinasti Majapahit.[5][6]Demak memainkan peran penting dalam mengakhiri pemerintahan Majapahit dan penyebaran Islam di Jawa.[7] Sepanjang setengah awal abad ke-16, Demak berada pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Trenggana. Pada masanya, ia melakukan penaklukkan ke pelabuhan-pelabuhan utama di Pulau Jawa hingga ke pedalaman yang mungkin belum tersentuh Islam.[8] Salah satu pelabuhan yang ditaklukkan Demak adalah Sunda Kelapa, yang pada waktu itu berada dalam kekuasaan Kerajaan Sunda. Hubungan aliansinya dengan Imperium Portugal sejak 1511 menjadi ancaman bagi Demak. Pada 1527, pasukan dari Demak dan Cirebon yang
Syiar Islam ke Banten dan pendirian kesultanan BantenPada masa awal kedatangannya ke Cirebon, Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) bersama dengan Pangeran Walangsungsang sempat melakukan syiar Islam di wilayah Banten yang pada masa itu disebut sebagai Wahanten, Syarif Hidayatullah dalam syiarnya menjelaskan bahwa arti jihad (perang) tidak hanya dimaksudkan perang melawan musuh-musuh saja namun juga perang melawan hawa nafsu, penjelasan inilah yang kemudian menarik hati masyarakat Wahanten dan pucuk umum [37](penguasa) Wahanten Pasisir. Pada masa itu di wilayah Wahanten terdapat dua penguasa yaitu Sang Surosowan (anak dari prabu Jaya Dewata atau Silih Wangi) yang menjadi pucuk umum (penguasa) untuk wilayah Wahanten Pasisir dan Arya Suranggana yang menjadi pucuk umum untuk wilayah Wahanten Girang.[38]Di wilayah Wahanten Pasisir Syarif Hidayatullah bertemu dengan Nyai Kawung anten (putri dari Sang Surosowan), keduanya kemudian menikah dan dikaruniai dua orang anak yaitu Ratu W
Letak Geografis, Astronomis dan Negara di Benua AsiaBenua Asia menurut letak astronomisnya berada pada 11° LS – 77° LU dan 26°BT – 169° BB. Sementara itu, letak geografis dari Benua Asia berada di antara dua benua serta dua samudera, oleh karena itu letak geografis Benua Asia dinilai sangat strategis.Secara geografis, Benua Asia berbatasan langsung dengan Benua Eropa dan Samudra Pasifik, sementara di sebelah selatan ada batasan dengan Benua Australia dan Samudera Hindia. Berikut batasan-batasan Benua Asia dari sebelah barat hingga utara.Sebelah barat: Benua Asia berbatasan langsung dengan Benua Eropa yang dibatasi oleh Pegunungan Ural, Laut Merah, Laut Ural, Laut Kaspia, Laut Tengah, Terusan Suez dan Laut Marm.Sebelah timur: Benua Asia berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik dan Selat Bering.Sebelah utara: Benua Asia berbatasan langsung dengan Samudra Arktik.Sebagai benua terbesar di dunia, ada sekitar 48 negara yang berada di wilayah Benua Asia yang membentang dari barat hi