"Cakar naga hitam!" Akara melakukan tebasan yang sama seperti sebelumnya, namun Bram Bidara malah menyeringai. "Hh!" Bram menurunkan lengannya, membuat pedang besarnya tepat di depan mukanya. Crangg!! Cakar naga hitam Akara digagalkan oleh pedang besar yang menghalangi leher Bram Bidara. Bugghh! Bram Bidara dengan cepat menendang perut Akara, hingga membuatnya terlempar beberapa meter jauhnya dan menabrak pohon. Brakk!! "Kau kira jurusmu akan berlaku lagi padaku!?" teriak Bram Bidara sambil berjalan ke arah Akara yang tersungkur, sambil menyeret pedang besarnya. "Akggh!" Akara meringis kesakitan, sambil bertumpu dengan kedua pedangnya untuk membantunya berdiri. "Hehe, terpaksa harus aku akhiri." Akara malah tertawa, dibarengi oleh kilatan listrik biru di tubuhnya. "Akgghhhh!" Bram Bidara tiba-tiba terbelalak, lalu tubuhnya lemas dan tersungkur. Brukk crang! Jatuhnya tubuh Bram Bidara diikuti oleh pedang besarnya. Kini darah tidak hanya keluar dari luka di lehernya saja, me
Sesampainya di rumah, Akara bergegas menuju kamar mandi, namun dicegat oleh adiknya saat melewati ruang makan. "Kak!" Alice melompat di depan Akara dan menunjuk ke arah alis kiri kakaknya. "Ahh iya?" Akara langsung mengusap bagian atas alisnya, tepat di luka sayatan akibat Lina. "Akara mandi dulu! Masih ada racun di bajumu, nanti adikmu kena lagi!" Seru mama Lia yang tengah memasak, lalu mama Rani mendekati Akara . "Ayo!" Mama Rani meraih pundak anaknya dan menuntunnya menuju kamar mandi. "Tunggu dulu!" Alice melebarkan kedua tangannya, menghalangi jalan kakaknya, lalu mengendus-endus. "Kakak mendekati cewek itu!? Masih ada baunya!" teriak Alice dengan kesal sambil menghentakkan kakinya. "Cantik tukang cemburu!" Mama Rani melepaskan pundak anaknya dan menarik tangan Alice, lalu mendekapnya dari belakang. "Akara, cepat mandi!" imbuhnya seraya mendekap Alice agar tidak mengejar kakaknya. Melihat kelakuan mamanya, Akara hanya bisa tertawa kecil. "Mama lepaskan! Kakk! Kakkk!!" Ali
Walau terbang dengan cepat dan jaraknya berjauhan, Lina menyadari keberadaan Avava. Dibuatnya kristal es berbentuk cermin untuk melihat ke belakang, namun tetap melesat terbang. Setelah memastikannya, ia kemudian membuat kristal es di depannya. Energi dingin di kedua tangannya muncul, ia arahkan ke depan agar pembentukan kristal es lebih cepat. Kristal yang hampir seukuran tubuhnya tidak dapat dilihat oleh Avav, namun hawa dingin yang dihasilkan menerpa kulitnya. Avav sontak panik dan menghentikan lajunya, namun gadis di depannya juga menyadari dan ikut berhenti. Kini mereka berdua tidak bergerak di udara dengan posisi Lina masih membelakangi. "Ada urusan apa sampai pelayan Raja Marbun Bidara mendatangiku secara langsung?" "Lina, master aura muda terkuat, jenius nomor satu dari 10 dunia Fana. Walau begitu, setidaknya perhatikan lawan bicaramu," ujar Avav dengan tenang, postur tubuhnya tegap berdiri dengan tangan kiri ia taruh di belakang. "Opi!" Lina masih berposisi membelakangi,
Akara menemukan tulang belulang yang sangat banyak di depan sebuah gua. Tulang dari manusia, juga berbagai jenis hewan lainnya. Udara yang keluar dari gua membuat tanaman di sekitar gua mengering dan mati. Bahkan, bau tak sedap sangat menyengat, ia harus menutupi hidungnya dan perlahan-lahan mendekati mulut gua, lalu memasukkan tangannya ke dalam kabut racun yang keluar dari gua. Seakan terbakar, tangannya melepuh saat menyentuh kabut racun. "Agggkk!" Dengan cepat Akara menarik tangannya dan mengaktifkan mata ularnya. Ia melihat ke dalam gua dan menemukan setangkai bunga yang memiliki suhu hangat. Bunga yang berada di lantai gua, mahkota bunga berada di bawah dan di tengahnya ada seperti jagung. Cetak! Ia jentikkan jarinya untuk membuat pelindung, sekaligus mengeluarkan sebutir pil. Setelah memakan pil anti racun, ia segera berjalan masuk ke dalam gua. "Bunga bangkai racun?" Akara langsung tersenyum saat melihat bunga bangkai di depannya. Akan tetapi, wajah gembiranya seketika be
Cring!! Ujung kedua pedang milik Avav dan Lina saling menghantam, membuat hembusan energi dingin menyebar. Swasshh.. Saat mereka saling menahan pedangnya, tiba-tiba saja muncul portal teleportasi. Portal yang mirip seperti saat Frosenix muncul, namun kini yang muncul adalah Raja Marbun Bidara. Avav langsung melompat ke belakang, menjauhi Lina dan menunduk kepada rajanya. "Yang Mulia!" “Kerja bagus, biar aku saja yang mengakhirinya!” Wuttthh!! Raja Marbun Bidara mengeluarkan sayap perinya dengan sangat cepat hingga membuat hentakan energi yang sangat besar. Hentakan seperti gelombang kejut yang bahkan membuat semua orang di sana termasuk Frosenix limbung. Setelah itu, ia perlahan-lahan mendekati Lina, sembari mengeluarkan aura miliknya. Satu persatu aura bulan energi muncul, dibarengi tekanan intimidasi yang semakin lama semakin mencekam. Ranah Gambuh, 6 bulan energi 7 bintang dengan kekuatan yang begitu dahsyat, bahkan sampai mempengaruhi langit dan bumi di sekitarnya. Hutan
“Kembalikan anakku!” teriak Drake betina sambil membuat belasan jarum kristal di atasnya. Wosss! Belum sempat jarum kristal diluncurkan, kalajengking menyemburkan asap beracun dari ekornya. Saat pertempuran terjadi, Akara ternyata mengeluarkan telur Drake dan mencuil kelopak bunga bangkainya. Kemudian meminum dua butir pil, lalu mengeluarkan belati dan berusaha mencongkel satu sisik di kulit telur Drake. Hanya dengan satu congkelan, sisik terbuka, namun harus hati-hati agar tidak melukai kulit arinya. Setelah berhasil melepaskan sisik di telur drake tanpa melukai kulit arinya, ia kemudian memasukkan kembali bunga bangkai dan telur Drake ke dalam penyimpanan dimensinya. Setelah itu ia lemparkan cuilan bunga bangkai dan kulit telur ke arah pertempuran. Kemudian segera melompat ke arah lubang domain yang dibuka paksa oleh kalajengking. Wushh.. Ia keluar dari domain dibarengi asap racun dari kalajengking, masih terdengar juga hancurnya kristal drake akibat pertempuran. "Hehe terima
Disaat yang sama di lantai dua rumah Akara "Agkk!" Mama Rani yang tengah duduk di samping suaminya tiba-tiba mengerang kesakitan, memegangi dadanya dan membungkuk. "Sayang!?" "Rani!?" Ayah Al dan ketiga istri lainnya langsung panik dan mendekatinya. "Dia kembali." Mama Rani meraih tangan mama Serin, lalu melihat ke arahnya. "Reinkarnasi?" ujar wanita bertubuh mungil itu dengan ragu kepada mama Rani. "Violet, kumpulan pasukan, akan aku ambil kembali tubuhnya!" Ayah Al langsung berdiri, namun tangannya segera diraih oleh mama Rani. "Jangan." ucapnya lirih seraya menahan sakit. … Kekaisaran Gletser abadi, Kutub Utara Negeri yang berada di atas gletser es kutub dan memiliki waktu malam yang hampir sepanjang tahun. Ada sebuah istana yang sangat megah, seluruh bangunannya terbuat dari es dan berada di lereng gunung yang sangat tinggi. Di sekitar istana Gletser, ada badai salju yang tidak pernah berhenti. Badai itu dipenuhi oleh monster-monster kuat yang membuat istana es serasa di
Menyadari gelombang kejutnya sampai menghempaskan Opi dan Akara, ia segera menjentikkan jarinya, membuat pelindung pada mereka. Sett… Tiba-tiba Lina berada di depan Avav, menggenggam kepala pelayan itu dan melemparnya ke arah Marbun Bidara. Tubuhnya melesat sangat cepat, ia langsung mengaktifkan sayap peri untuk mengurangi kecepatan, namun hal itu sia-sia. Set… Lagi-lagi gadis itu pindah tempat dengan sangat cepat, hingga nampak seperti berteleport secara tiba-tiba, ia kini berada tepat di samping Raja Marbun Bidara yang jaraknya berkilo-kilometer darinya. Raja itu masih terlentang, berada di atas pepohonan yang hancur. Dengan cepat kepalanya digenggam, lalu dilempar ke arah pelayannya yang masih melesat di udara. Swushhh...Brakk.. "Agkk!" Keduanya saling terbentur sangat kuat, hingga keluar darah dari mulutnya. Lagi-lagi Lina berpindah di antara keduanya, menggenggam kepala mereka dan memutar tubuhnya. Wuss… Dilemparkannya lagi ke arah hutan di bawahnya, lalu ia tiba-tiba be