Home / Urban / Penguasa Yang Tak Terduga / 4. Kenyataan Pahit.

Share

4. Kenyataan Pahit.

Author: Yully Kawasa
last update Last Updated: 2025-11-27 11:44:08

Pasangan suami istri itu langsung saja melangkahkan kakinya menuju taman yang terletak disamping rumah sakit.

Berlahan tangan kekar Shan Yue mulai membuka map cokelat dengan tangan gemetar, kemudian mengeluarkan isinya.

Keduanya langsung lemas begitu membacanya.

“Jadi selama ini aku membesarkan anak orang lain? Terus di mana anak kandungku? Bagaimana kehidupannya diluar sana? Bagaimana kalau anakku justru hidup dalam penderitaan? Bagaimana kalau dia tidak cukup makan?”Melia menggelengkan kepalanya, dia tidak bisa membayangkan jika itulah kenyataannya.

“Ayah juga tidak tahu keadaan anak kita, yang ayah tahu sekarang waktunya kita mencari keberadaannya.”

“Bagaimana kalau Lintang tahu tentang dirinya? Bagaimana kalau dia tahu kita bukanlah orangtua kandungnya? Dia pasti merasa hancur. Di mana anak kandung kita?” Melia membenamkan wajahnya di dada bidang sang suami. Dia benar-benar bingung dan sakit hati menerima kenyataan itu,

Shan Yue membelai lembut rambut sang istri, dia berusaha menenangkannya. “Percayalah, ayah pasti akan menemukan keberadaan anak kita. Lintang sekarang telah selesai operasi, kita akan tetap mengawasi kondisinya.”

Setelah Melia tenang, keduanya sepakat memulai pencarian dari rumah sakit di mana Melia melahirkan.

Hari terus berlalu …

Kalau Aurelia sibuk dengan proses kesembuhan Lintang, berbeda dengan kedua orangtua Lintang yang sibuk mencari keberadaan anak kandung mereka.

Sampai akhirnya kabar baik itu datang. Lintang dinyatakan sembuh dan diizinkan kembali pulang ke rumah.

Tanpa Lintang sadar ada kabar buruk sedang menantinya.

Lintang menatap halaman rumah keluarga Wang yang sangat luas.

‘Apakah ayah dan ibu mau memberikan aku surprise? Apa karena itu mereka tidak menjemputku? Ya … pasti ayah dan ibu sudah menyediakan pesta kepulangku,’ guman Lintang, wajahnya terlihat bahagia.

Namun kebahagiaan itu langsung hilang dalam sekejap, ketika pintu rumah terbuka dan Lintang hanya menemukan pelayan rumah.

“Di mana ayah dan ibu?” tanya Lintang menatap wanita paruh bayah yang selama ini membantu membesarkannya.

“Tu-tu-tuan dan Nyonya, tuan dan Nyonya …,”

Pelayan rumah itu hanya menarik nafas panjang, dia bingung harus mengatakan apa. Dia tidak ingin menyakiti hati majikannya, tapi dia tahu cepat atau lambat Lintang akan tahu kebenaran yang ada.

“Kenapa dengan ayah dan ibu? Mereka baik-baik saja, kan?” tanya Lintang mulai khawatir.

“Tuan dan Nyonya baik-baik saja. Tuan dan Nyonya sedang menemui keluarga lelaki yang telah memberikan nyawanya untuk kehidupan, Tuan Muda,” kata pelayan rumah itu.

Aurelia menatap keanehan dari pancaran mata wanita paruh baya itu.

Maafkan aku, tuan muda. Aku tidak berniat membohongi tuan muda, tapi aku rasa tuan dan nyonya besarlah yang berhak memberitahu kabar menyedihkan. Bibi tahu, tidak akan muda bagimu untuk menerima kenyataan. Tapi bibi yakin, kamu pasti kuat.

Setiap ungkapan itu hanya dapat diucapkan pelayan rumah di dalam hatinya.

Ya! Sejujurnya anak kandung Shan Yue dan Melia telah ditemukan, hanya saja mereka belum membawanya ke rumah karena satu dan lain hal.

“Aku mau menunggu orangtuaku di sini,” kata Lintang tanpa menatap Aurelia.

Aurelia menganggukkan kepalanya dan menyerahkan koper kepada pelayan rumah.

“Apakah kamu tidak mau langsung beristirahat saja? Apa kamu tidak capek?” tawar Aurelia setelah menunggu hampir setengah jam.

“Orangtuaku saja tidak pernah lelah menungguku, jadi untuk apa aku capek menunggu orangtuaku?” Lintang menatap Aurelia, jelas sekali dia tidak suka dengan kalimat sang istri.

Akhirnya yang ditunggu-tunggu pulang juga.

Namun Lintang terkejut menemukan kenyataan yang jauh berbeda dari harapannya.

“Kenapa kamu masih menunggu? Harusnya kamu istirahat saja!” ketus Shan Yue dan langsung naik ke lantai dua.

“Aurel, harusnya kamu lebih memperhatikan suamimu. Bagaimana kalau dia sakit? Bukankah akan mengeluarkan biaya lagi untuk pengobatan?” dengus Melia kesal dan langsung menyusul sang suami.

Kata-kata Melia merupakan tamparan keras bagi Lintang. Dia merasa perubahan sikap kedua orangtuanya.

“Lintang, kamu harus mengerti walau bagaimanapun ayah dan ibumu pasti kelelahan. Jadi jangan tambah beban mereka dengan sikapmu yang keras kepala. Apa yang dikatakan ayah dan ibumu benar, kamu harusnya sudah istirahat. Apa kamu ingin melihat ayah dan ibumu mengkhawatirkanmu lagi seperti sebelumnya?” kata Aurelia mengambil jalan tengah.

Ya! Sejujurnya Aurelia menemukan perubahan sikap orangtua Lintang seminggu setelah suaminya itu telah selesai di operasi. Namun demikian, dia menutupi semuanya dari Lintang. Jadi berbagai alasan disampaikan Aurelia ketika Shan Yue dan Melia tidak berada di rumah sakit.

“Benar, orangtuaku pasti kelelahan. Aku akan istirahat agar tidak membuat mereka khawatir,” kata Lintang dan langsung melangkah memasuki kamarnya yang ada di lantai satu.

Keesokan harinya ….

Semua orang terkumpul dalam satu ruangan, tidak terkecuali semua pelayan dan tukang kebun.

“Selamat pagi, aku ingin memberikan kabar baik untuk kalian semua. Mungkin ini sebuah kejutan,” kata Shan Yue tersenyum.

Lintang tersenyum menatap sosok yang paling dikaguminya. Apakah ayah akan memberikan aku kejutan? Ayah ada-ada saja. Ternyata Aurelia benar, kemarin ayah dan ibu hanya kelelahan dan mengkhawatirkan kondisiku.

Meskipun begitu Lintang tetap senang karena baginya ayah dan ibunya tidak berubah.

Tiba-tiba dari arah pintu, masuk seorang lelaki tampan. Kulitnya putih mulus, rambut potongan pendek, wajahnya tirus, satu lagi wajahnya mirip dengan Melia.

“Ini adalah putra kandung kami yang tertukar dua puluh empat tahun lalu,” kata Shan Yue, pandangan matanya menatap lelaki itu tanpa berkedip.

“Selamat pagi. Kenalkan namaku Brayen Lei,” sapa lelaki itu sambil menunduk hormat.

Lintang terkejut. Kalau umurnya dua puluh empat tahun, itu artinya aku bukan putra kandung keluarga Wang?

Selain bibi yang membantu membesarkan Lintang, semua pelayan menatap Lintang dan Brayen secara bergantian.

Sedetik kemudian Lintang sadar dia sedang menjadi tontonan.

“Apakah itu artinya Lintang bukan anak kandung?” tanya Lintang hampir tidak terdengar.

“Maaf Lintang, cepat atau lambat kamu akan tahu kebenaran ini. Orangtua kandungmu menukarmu dengan Brayen,” kata Melia pelan.

Meskipun tak tega melakukan itu pada Lintang, tapi tidak ada yang dapat dilakukan pasangan suami istri itu.

Ya! Karena Brayen justru meminta mereka untuk jujur apa yang sebenarnya terjadi, karena dia tidak suka ketidakjujuran.

Kalau Shan Yue dan Melia tidak mengatakan hal yang sejujurnya, maka Brayen tidak akan pernah tinggal di rumah keluarga Wang ataupun menganggap mereka orangtuanya, karena itu berarti orangtuanya tidak benar-benar menginginkannya. Baginya kasih sayang orangtua adalah berani memilih, meskipun Lintang tetap berada di rumah itu, tapi Lintang harus tahu keberadaannya.

“Mulai hari ini kamu tidak sendirian, Lintang. Karena ada Brayen yang menjadi saudaramu,” kata Shan Yue tersenyum.

Lintang tidak menjawab, dia masih terkejut dengan kenyataan didepan mata. Dia berharap itu hanyalah mimpi dan ingin cepat terbangun.

Lintang melangkah mendekati Lintang, mengulurkan tangannya dan bertanya, “Apakah aku harus memanggilmu kakak ataukah adik?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penguasa Yang Tak Terduga   13. Terusir dari rumah

    Darah segar yang mengalir dari tangannya, sama sekali tidak dirasakan Lintang. Hatinya jauh lebih sakit menerima kenyataan itu.“Aku dan Melia menginginkan kamu mendekam di penjara dalam waktu yang lama, brengsek!” bentak Shan Yue emosi. “Apa kamu mau menyusun rencana untuk membunuh Brayen kembali? Tidak akan pernah bisa! Secara hukum kamu bukan putra kami lagi dan kami tidak menerima orang asing di rumah ini!” teriak Shan Yue.“Pergi dari sini sekarang juga, brengsek!” bentak Shan Yue.“Jangankan rumah ini, halaman rumah ini saja tidak menerimamu!” Melia menatap Lintang emosi.Lintang terkejut melihat sang ayah memegang ponsel miliknya, tiba-tiba ….GUBRAKKK !!!!BRAKKK !!!!Lintang hanya dapat menarik nafas panjang, ketika sang ayah membanting ponsel miliknya tepat dihadapannya.“Apa kamu mau protes? Kamu tidak punya hak untuk itu! Semua fasilitas yang selama ini kamu gunakan adalah milikku!” teriak Shan Yue.“Kenapa masih di sini? Apa kamu berharap kami akan berubah pikiran? Tidak

  • Penguasa Yang Tak Terduga   12. Kemarahan Shan Yue dan Melia

    Walaupun tidak bersalah, tapi sesuai peraturan yang berlaku, maka Lintang akan mendekam dibalik jeruji besi sampai persidangan di mulai.Sedangkan Brayen masih belum sadarkan diri di rumah sakit, Brayen koma.Tanpa keluarga Wang sadari mereka telah ditipu mentah-mentah oleh putranya. Brayen bukan koma, dia sesungguhnya tidak apa-apa. Semuanya hanyalah permainannya dengan sang dokter.“Aku rasa waktu seminggu lebih dari cukup untuk membuat orangtuamu ketakutan. Sudah saatnya kamu siuman, brengsek! Jangan sampai ada yang curiga,” bentak dokter itu kesal pada Brayen.“Aku itu pasien, jadi jangan marah-marah. Kalau aku koma beneran, apa kamu mau?” Brayen tersenyum menatap sahabatnya.Ya! Dokter yang menanganinya tidak lain adalah sahabat karibnya.“Maka tunjukkan dirimu sekarang!”“Ya sudah, sebagai pasien, aku ikuti saramu, pak dokter.”BUKKK !!!!AUW ….Lintang menjerit pelan, ketika dokter memukul pelan punggungnya. Dia tidak dapat menahan tawanya melihat raut wajah sahabatnya yang sed

  • Penguasa Yang Tak Terduga   11. Pengacara kondang utusan sang istri

    ***“Ayah, bagaimana keadaan Brayen dan ibu? Mereka baik-baik saja, kan?” tanya Lintang khawatir.Ya! Kekhawatiran Lintang membuatnya memilih langsung ke rumah sakit untuk mengetahui kondisi saudara dan ibunya.Namun bukan jawaban yang diterima Lintang tapi justru pemborgolan paksa dari pihak kepolisian.“Anda, kami tahan atas percobaan pembunuhan terhadap saudara Brayen Lei.”Kata-kata polisi itu seperti petir yang menyambar tepat di telinga Lintang.PLAKKK !!!!Lintang sama sekali tidak merasakan sakit akibat tamparan sang ayah. Dia masih bingung dengan apa yang terjadi.“Apa yang terjadi denganmu? Kamu bukan lagi Lintang yang dulu ayah kenal. Dulu … bahkan untuk melukai orang lain, kamu tidak akan tega. Sekarang? Kamu bahkan tidak segan-segan membayar orang untuk membunuh?! Kenapa kamu mau membunuhnya? Sekarang Brayen terbaring kritis di dalam, apa kamu sudah puas?” teriak Shan Yue murka.Kini Lintang menyadari kenapa polisi memborgolnya secara paksa.“Terus terang Lintang kecewa p

  • Penguasa Yang Tak Terduga   10. Terjebak

    “Pasien membutuhkan golongan darah A sebanyak enam kantong. Silahkan berhubungan dengan bank darah, harus secepatnya. Pasien kehilangan cukup banyak darah,” kata dokter panik.Shan Yue langsung saja berlari ke bank darah dan mengurus pembelian enam kantong darah yang diminta dokter.“Ini darahnya, dokter,” kata Shan Yue semakin khawatir.Tanpa berkomentar, sang dokter langsung saja mengambil darah yang dibutuhkan pasien.“Jadi yang sedang terbaring di dalam adalah Brayen?” tanya Melia, airmatanya kembali mengalir.“Aku telah kehilangan putraku selama dua puluh empat tahun, aku tidak mau kehilangan dia lagi, apalagi untuk selamanya, Yah. Aku tidak bisa,” tangis Melia pecah.Mengingat masih berada di rumah sakit, Shan Yue langsung saja menarik Melia ke dalam pelukannya dan membiarkan istrinya menangis di dada bidangnya.“Siapa yang telah melakukan ini pada putra kita, Yah?”“Polisi sedang meng-interograsi pelaku, tapi mereka mengalami kesulitan karena pelaku tidak mau mengeluarkan satu

  • Penguasa Yang Tak Terduga   9. Aku mengalah, bukan berarti kalah!

    "Brayen tidak setuju, Ayah,” protes Brayen.“Maksudmu?” Shan Yue terkejut.“Kalau memang ayah menganggap aku dan Lintang itu sama, harusnya pembagian warisan harus adil. Aku lima puluh persen, begitupun dengan Lintang. Bukannya aku yang lebih banyak dari Lintang,” kata Brayen tersenyum.“Jadi kamu tidak keberatan kalau pembagiannya seperti itu? Sama rata?” Shan Yue bertanya memastikan.“Kalau pembagiannya seimbang, itu baru adil,” kata Brayen tersenyum.“Baiklah. Kalau begitu ayah akan membagi rata warisan itu kepada kalian berdua,” kata Shan Yue tersenyum bahagia.‘Lintang, aku mengalah bukan berarti kalah! Ini adalah permulaan kehancuranmu!’ guman Brayen emosi.***Seminggu kemudian ….“Kalau permintaan anda seperti itu, maaf aku tidak bisa,” kata lelaki yang kini berdiri didepan Brayen.“Ternyata aku salah menilaimu, aku pikir kamu akan melakukan apa saja untuk putramu yang sedang terbaring di rumah sakit. Bukankah anakmu butuh uang untuk operasi? Pikirkan baik-baik sebelum anakmu

  • Penguasa Yang Tak Terduga   8. Pembagian Warisan

    Lintang hanya dapat menarik nafas panjang, ketika semua anggota group justru setuju mengeluarkannya. Dia tidak menyangka selama ini telah bergaul dengan orang-orang yang hanya melihat seseorang berdasarkan status.Dia tidak dapat membaca kelanjutan obrolan group, karena dia telah dikeluarkan.Lintang tidak tahu apa lagi yang mereka obrolkan, tapi satu hal yang pasti. Dia sadar sedang menjadi selebriti dadakan di group yang diusulkan untuk dibentuknya dulu.“Itulah kehidupan, Lintang. Disaat kamu memiliki segalanya, kamu akan disanjung dan dieluk-elukkan. Diantara dua puluh teman, syukur-syukur kalau kamu mendapatkan satu teman yang bisa menerima kondisimu saat dalam kesulitan,” kata Aurelia.Lintang tidak menjawab, dia diam membeku.“Sekarang apa yang akan kamu lakukan?” tanya Aurelia menatap sang suami.“Waktu tidak akan berhenti hanya karena aku mengalami masalah. Apapun yang mereka katakan, to tidak ada yang dapat mengubahnya. Aku memang terlahir dari orangtua yang serba kekurangan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status