Share

Penjara Hati Bos Arogan
Penjara Hati Bos Arogan
Penulis: Wijaya Kusuma

BAB 1. Usaha Alya

“Bukankah perusahaan ini menyediakan pinjaman untuk karyawannya yang membutuhkan, yang nanti akan dipotong langsung dari gaji bulanan sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan pada perusahaan ini, Pak?” Tanya Alya. 

Gadis berusia 20 tahun yang saat ini sedang menjadi tulang punggung keluarganya mencoba berargumen pada manajer akunting baru yang tak lain adalah anak dari pemilik pabrik konveksi tempatnya bekerja. 

Wanita yang sejak beberapa tahun terakhir ini menjadi lemah keadaannya, karena harus mendapati fakta jika sang ibu yang selama ini bekerja keras untuknya dan Safa, adiknya itu harus mengidap penyakit jantung koroner. 

Pria yang berada di balik meja kerjanya itu menatap tak suka pada Alya yang berusaha mencari simpati kepadanya. Kebijakan baru saja dia buat, tentu saja dia tak akan melakukan pelanggaran atas apa yang sudah diputuskan olehnya. 

Bagi Evan, permintaan karyawannya itu tak masuk akal. Jumlah yang akan dipinjam bukanlah jumlah sedikit. Melainkan jumlah uang ratusan juta, dan pria itu tidak akan pernah mengabulkan keinginan karyawannya tersebut.

Dia adalah Evan, Evan Ibrahim Sanders anak sulung keluarga Sanders yang memiliki perusahaan tekstil raksasa di berbagai wilayah Indonesia yang bernama Sanders Textile. 

“Apa kamu tuli? Apa pun yang menjadi alasanmu saat ini, saya tidak akan memberikan pinjaman yang terlalu besar itu terhadapmu.” 

Pria itu menatap tajam ke arah Alya, meski wanita yang ada di hadapannya itu menunjukkan wajah memelasnya sama sekali tidak membuat Evan terketuk pintu hatinya. 

“Pak, saya mohon … saya tidak tahu lagi harus mencari uang itu ke mana. Harapan satu-satunya yang saya punya hanya meminjam pada perusahaan. Saya tidak masalah perusahaan akan memotong gaji saya sampai kapanpun, yang penting saat ini bisa mendapatkan pinjaman itu segera untuk biaya operasi ibu saya.” 

Alya, gadis pekerja keras yang bekerja sebagai desainer di perusahaan tersebut itu tidak menyerah begitu saja. Harapan satu-satunya yang dia punya adalah meminjam uang pada bagian accounting. Karena setahunnya memang perusahaan menyediakan pinjaman bagi semua karyawan yang membutuhkan dengan melakukan potong gaji langsung setiap bulannya.

“Saya tidak bisa melakukannya. Asal kamu tahu. Peraturan itu sudah berubah. Banyaknya penyelewengan dana di perusahaan ini membuat saya harus mengambil kebijakan segera. Jika dana yang digelapkan semakin banyak, maka perusahaan akan mengalami pailit dan merugikan Kalian juga.” 

Dengan tegas, pria itu menyampaikan masalah yang terjadi dalam perusahaan yang menjadi tempat Alya bekerja. 

Tidak secara cuma-cuma Evan menempati posisi manajer keuangan di perusahaan milik keluarganya itu sendiri. Dia saat ini sedang menjalani proses uji coba untuk mendapatkan kedudukan menjadi seorang CEO.  

Maka, jika usaha untuk menstabilkan suasana keuangan atas penggelapan dana yang dilakukan oleh manajer sebelumnya itu berhasil dilakukan oleh Evan.  Maka, pria itu akan mendapatkan promosi jabatan di perusahaan ini. 

“Pak. Jika saya tidak bisa mendapatkan pinjaman dari perusahaan ini. Bagaimana dengan nasib ibu saya, Pak. Lagi pula saya baru pertama kali melakukan pinjaman di perusahaan ini. Sebelumnya saya tidak pernah melakukannya. Demi nyawa ibu saya, Pak. Saya melakukan ini semua. Saya harap, Bapak memiliki harus nurani pada saya. Karena saya tahu, Bapak juga memiliki seorang ibu. Jika nyawa ibu Bapak menjadi taruhannya. Saya yakin, Bapak akan melakukan hal yang sama juga seperti saya.” 

Alya masih tak menyerah, meski dirinya sudah merasa sangat putus asa akan mendapatkan pinjaman dari perusahaan. Pemimpin baru yang berada di depannya saat ini terasa begitu sulit dibujuknya. Alya semakin berada dalam kebimbangana. 

Lalu, jika dia menyerah. Ke mana lagi dia akan mendapati uang. 

Pria itu semakin tak suka, saat harus menerima kenyataan menghadapi karyawan yang menurutnya itu sangat keras kepala.

Padahal yang Alya lakukan saat ini bukan karena kekerasan kepala-annya. Melainkan memang Alya yang memang selalu gigih dalam berusaha untuk mendapatkan segala sesuatu yang menjadi tujuannya. 

Alya akan terus berusaha mendapatkan pinjaman uang dari perusahaan. Karena itu adalah satu-satunya cara yang dia miliki saat ini. Karena untuk mendapatkan pinjaman dari bank pun tidak akan mungkin dirinya mendapatkan. 

Tak adanya agunan yang bisa ia jaminkan. Membuat Alya berada dalam situasi yang sangat sulit. Paling tidak, dia harus memiliki sertifikat rumah agar bisa menjadi agunan untuk ia jaminkan dan mendapatkan uang. Jangan sertifikat, rumah yang menjadi tempat tinggalnya beserta adik dan ibunya itu masih rumah kontrak. Dan Alya-lah yang berusaha memenuhi kebutuhan selama beberapa tahun belakangan ini. 

“Keluar dari sini, saya tak mau mendengar alasan apa pun lagi. Keputusan sudah bulat, dan saya tetap tidak akan memberikan sepeserpun uang pinjaman untukmu,” kata pria itu tak ingin terbatahkan lagi.

“Pak, saya mohon …”

“Keluar segera, atau saya panggil Security sekarang juga!” 

Pria itu tidak main-main lagi dengan kalimatnya. Dia sudah mengambil gagang telepon yang akan digunakanannya untuk menghubungi bagian keamanan.

 Alya yang melihat pergerakan yang dilakukan oleh Evan yang tak lain adalah Bos barunya di bagian divisi keuangan itu tidak tinggal diam. Dengan cepat, dia yang semula berdiri dengan tatapan membalasnya itu segera beranjak tepat di samping kursi kebesaran yang Evan duduki.

“Segera ke ruang saya!” Perintah tegas yang dilakukan oleh Evan pada salah satu security yang bertugas.

 Pria itu langsung menutup panggilannya dengan cepat menatap tajam kepada Alya yang berada tepat di sampingnya.

“Pak, saya mohon … Sekali saja  kasih kesempatan untuk mendapatkan pinjaman uang dari perusahaan. Saya tidak masalah perusahaan akan memotong gaji saya tiap bulannya untuk beberapa tahun ke depan. Saya hanya seorang anak yang memperjuangkan nyawa ibu saya agar bisa tertolong, Pak.”

Dengan tatapan wajah yang memelas, Alya bahkan bersimpuh tepat di bawah kursi kebesaran Evan.  Air mata wanita itu sudah mengalir deras membasahi kedua pipi mulusnya. 

“Kau keras kepala sekali. Sekali saya tidak memberi. Maka tidak akan saya berikan.” 

Pria itu sama sekali tidak memiliki belas kasih. Dengan sikap jumawa yang dia punya dia tetap bersikeras dengan keputusan yang sudah ditetapkan beberapa hari setelah dia menjabat menjadi manajer accounting..

Bersamaan dengan itu cuma pintu ruang kerja Evan itu pun terbuka yang menampilkan seseorang security berseragam hitam itu sudah masuk ke dalam ruang kerjanya.

“Ada yang bisa saya bantu, Pak?” Tanya security yang bertugas tersebut. 

“Bawa dia keluar. Jika tetap menolak. Tarik dan bawa keluar.” Perintah itu Evan. Erikan, agar menarik Alya segera dari ruang kerjanya.

Dia sangat muat, saat melihat sikap mengemis yang dilakukan oleh karyawati Yang Bahkan dia sendiri tidak mengenalnya.

“Siap, Pak.” 

Security yang bertugas itu dengan Sigap menjawab perintah yang akan beri. Dia pun segera maju, dengan tetapan yang ketiga harus membawa Alya salah satu karyawati ramah yang dikenalnya.

“Saya bisa pergi sendiri, Pak,” kata Alya. 

Wanita itu terlihat begitu putus asa. Tetapi, Dia tidak memiliki pilihan lain dengan melangkah gontai meninggalkan ruang kerja Evan. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
kasihan Alya. padahal dia pinjam uang buat biaya pengobatan ibunya loh. tapi kok gk dikasih sama Evan.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status