Share

Pesona Biyan

Penulis: Iyustine
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-25 21:17:05

“Mel ….”

Melati mendongak. Menyusut air mata, kemudian mendekatkan diri kepada ibu mertuanya.

“Syukurlah ibu sudah sadar,” ucap Melati lega.

“Loh ini Ibu dimana?” Dewi mengerjap-ngerjapkan mata.

“Kita di rumah sakit, Bu,” jawab Melati. Ingin tersenyum tetapi mulut hanya bisa membentuk seringai kecil.  “Maafkan aku ya, Bu ….”

Dewi menggeleng. “Kok kamu yang minta maaf? Padahal Ibu yang merepotkan kamu.”

Melati akhirnya bisa tersenyum.

“Biyan mana?” Dewi berusaha mengangkat kepalanya. Memindai ruangan untuk mencari keberadaan anak semata wayangnya.

“Mas Biyan lagi ambil hasil tes yang kemarin,” lirih Melati. Kebetulan Dewi dibawa ke rumah sakit yang sama dengan tempat mereka melakukan cek kesuburan yang kedua.

Dewi terlihat menghela napas. Perempuan lima puluh empat tahun itu reflek memegang dadanya sembari mengernyit.

“Bu … apa sakit lagi?” cemas Melati. Dia bangkit, lalu membungkuk dan mendekat kepada Dewi.

Wajah mereka yang berhadapan dalam jarak dekat, membuat Dewi dengan mudah menjangkau kepala Melati. Dia belai rambut menantunya dengan lembut.

“Ibu enggak apa-apa, Mel. Tapi apakah Ibu boleh jujur?”

Melati menunduk, berusaha untuk tidak menatap mata sang mertua. Dia sudah bisa menebak apa yang akan Dewi ucapkan, sehingga dia bergeming.

“Ibu kuatir tentang Biyan, semoga kamu bisa memaafkan dia ….”

Dewi berhenti bicara. Ada suara ketukan di pintu. Sedetik kemudian muncul dua orang berseragam dan seorang yang memakai jas putih.

“Mohon maaf, Ibu, jadwal periksa ya.” Salah satu di antara mereka bersuara.

“Ibu saya baru diperiksa sekitar satu jam lalu, apakah perlu diperiksa lagi?” ujar Melati. Dia melepaskan diri dari Dewi, berdiri tegak, lalu menghadap kepada perawat itu.

“Betul, Ibu, tetap diperiksa ya.”

Melati melihat ke arah Dewi. “Aku tunggu di luar enggak apa-apa, Bu?”

Dewi mengangguk.

Sampai di luar Melati menghela napas sekedarnya, agar sedikit gumpalan rasa yang menyempil di hatinya mencair. Perempuan itu sedang merasa bersalah, pasti gara-gara sikapnya ini, sakit jantung ibu mertuanya kumat.

Sebelum ibu mertuanya pingsan tadi, Melati sebetulnya sudah berada di dekat ruang makan. Dia sempat mendengar sebagian perbincangan antara Biyan dan Dewi. Tentang kekuatiran Biyan jika dirinya ingin bercerai. Pasti itulah yang tadi ingin disampaikan Dewi kepada dirinya.

Melati membuang pandangan jauh ke depan. Sebenarnya dia masih bisa berlapang dada saat menerima vonis ketidaksuburan Biyan, namun yang membuat hatinya terguncang adalah kemungkinan yang menjadi sebab Biyan dinyatakan mandul secara medis.

Ya Tuhan, sungguh dia tidak menyangka bahwa Anugerah Biyantara, sang suami yang sudah lama dia kenal, ternyata pernah menjadi lelaki keji. Bukankah itu berarti suaminya orang yang jahat? Sudah pasti banyak hati yang telah Biyan sakiti. Gadis itu, keluarganya … dan bayi yang dia telantarkan. Bagaimana jika ternyata si gadis menggugurkan kandungannya? Itu berarti Biyan ….

Ah, dada Melati sesak lagi.

Nila setitik merusak susu sebelanga. Mungkin itu peribahasa yang tepat dia tujukan kepada suaminya saat ini, sebab Biyan adalah lelaki yang begitu sempurna. Setidaknya sebelum dia mengetahui kisah masa lalu sang suami.

Biyan dan ibunya dulu berjualan bakso aci keliling, dan sering mangkal di depan tokonya yang berada di kompleks pasar. Melati begitu terpesona akan ketampanan Biyan, yang serasa paket lengkap dengan tutur lembut bahasa dan tingkah laku lelaki itu. Dia bukan orang yang banyak bicara, tetapi selalu berusaha ramah yang seadanya kepada para pembeli. Melati berani bertaruh, sebagian besar pelanggan bakso aci itu adalah gadis-gadis yang tersihir akan pesona Biyan, seperti juga dirinya.

Melati semakin gencar menarik perhatian Biyan ketika mengetahui bahwa lelaki itu sedang berada di tahap akhir pendidikan jenjang D3. Dia berpikir, pekerjaan dan status Biyan hanyalah menunggu waktu saja untuk berubah menjadi lebih baik. Sampai suatu ketika dia mendengar ucapan Dewi secara tidak sengaja ….

“Bi, jagalah jarak dengan anak Pak Ruli itu. Ibu tidak mau kamu nanti sakit. Status kita dengan mereka seperti bumi dengan langit.”

“Ibu ngomong apa sih?” jawab Biyan.

“Ibu tau kamu menaruh hati sama Mbak Melati kan?”

Biyan terdiam.

“Mbak Melati dan Pak Ruli itu memang orang yang sangat baik, tapi kalau urusan cari menantu ya jelas mencari yang sederajat. Bukan yang seperti kamu, tukang bakso aci keliling.”

Sejak saat itu Biyan memang terlihat menghindar secara halus. Selalu saja Dewi yang mengambil alih jika Melati membeli bakso acinya. Sampai hari itu tiba, sekitar satu minggu setelah Biyan wisuda, Ayah menawari Biyan untuk bekerja di toko mereka. Kesempatan Melati menjadi terbuka lebar. Lelaki itu tidak dapat lagi menghindar jika Melati datang ke toko dan berpura-pura membahas pekerjaan.

Satu tahun bekerja, Biyan mendapat pujian dari kedua orang tua Melati.

“Biyan memang anak yang rajin ya, Bun. Selalu antusias, enggak kenal capek. Padahal sebelum kerja, dia masih bantu ibunya dulu untuk menyiapkan dagangan,” puji Ayah.

“Kenapa Ayah dan Bunda enggak naikin jabatan dia?” ujar Melati dengan senyum dikulum.

“Hah, jabatan apa? Itu Biyan udah yang paling tinggi di toko, sekarang dia asisten Ayah loh,” tutur Bunda.

“Ya, naikin dong jadi menantu.”

Ayah dan Bunda spontan berpandangan. Apakah orang tua Melati spontan meluluskan permintaan putri tunggal kesayangan mereka ini? Oh, tentu saja tidak. Ayah mengajukan banyak syarat, terutama tentang bagaimana menguji kepribadian Biyan dan ibunya.

Alhamdulillah, dengan berjalannya waktu, Biyan bisa memenuhi ujian Ayah satu per satu. Justru akhirnya kedua orang tua Melati ikut jatuh cinta pada lelaki itu. Namun sayangnya, dua bulan sebelum melangsungkan pernikahan, kedua orang tua Melati meninggal dunia.

Biyan dan Melati akhirnya menikah secara sederhana di depan jenasah. Hari yang menyebabkan duka dan suka menjadi satu. Atas kesepakatan bersama, mereka tidak pernah menggelar resepsi pernikahan.

“Mel.”

Melati terkesiap. Dia menoleh sembari mengusap air matanya cepat-cepat.

Biyan sudah berdiri di hadapannya. Ada amplop putih berlogo rumah sakit, yang sepertinya sudah sempat dibuka. Lelaki itu maju dua langkah untuk mendekat. Mengulurkan amplop dengan tangan bergetar.

“A-aku pasrah apa … apa pun ke-keputusanmu, Mel.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penyebab Suamiku Mandul   Waktu Yang Bicara

    Malam kian larut.Biyan menggigil kedinginan. Tadi gerimis sempat mendera bumi beberapa menit, tetapi sudah cukup untuk membuat bajunya basah. Perutnya sudah lapar lagi, sebab dia terlalu banyak menggunakan tenaga. Berjalan cepat tanpa henti sedari tadi. Lelaki itu membuka dompetnya, tinggal uang receh, mungkin tidak sampai seratus ribu.Dia tidak terlalu sering membawa uang tunai. Lagi pula semua kebutuhannya selama ini sudah disediakan Melati. Biyan hanya mengantongi uang untuk membayar parkir. ATM yang dia pegang ini sudah tidak bisa digunakan, pasti Melati telah memblokirnya. Sedang ATM yang lain dipegang Aneta.‘Ah, di mana Aneta sekarang berada?’ keluh Biyan dalam hati. ‘Tega banget ninggalin aku begini. Padahal semua ini adalah rancangannya. Aku dan Ibu sudah berkorban untuk mewujudkan impiannya, akhirnya malah begini.’Biyan melenguh, dia teringat nasib ibunya. ‘Semoga Melati tidak tega menghukum Ibu

  • Penyebab Suamiku Mandul   Memburu Saksi Pertama

    Dewi tetap bersikukuh pada pendiriannya, bahwa dia tidak tahu menahu soal sertifikat dan perhiasan yang dituduhkan oleh Melati. Di depan polisi dia terus bersumpah tentang hal yang sama.Ibu kandung Biyan itu menangis meraung-raung saat seorang polwan membawanya untuk dikurung. Dewi memang terpaksa menghuni sel sebab dikuatirkan berpotensi kabur, seperti terlapor lainnya. Yaitu Aneta dan Biyan.Pulang dari kantor polisi, Melati bersama Yanuar pergi ke rumah Bu Ana alias Mbok Yul.Perempuan yang sedang makan bakso di teras rumah bersama anaknya itu terkejut bukan main melihat kedatangan mereka.“Halo, Bu Ana, masih ingat saya enggak?” sapa Melati dengan suara dibuat meledek. “Kalau saya masih ingat loh sama Bu Ana, meski sekarang bajunya bagus dan agak gemukan sedikit ya. Bu Ana, eh apa harus kupanggil Mbok Yul?”Ana dan Keisya, anaknya, saling melirik. Raut wajah mereka sama sekali tidak bisa disembunyikan lagi. Luar biasa m

  • Penyebab Suamiku Mandul   Si Perencana

    Aneta baru menginjak semester dua, saat mendengar ada program magang di sebuah toko grosir yang lumayan besar. Terdesak kebutuhan ekonomi, gadis itu pun ikut mendaftar. Dia dipanggil untuk mengikuti tes tidak lama setelah memasukkan lamaran.Tes tidak begitu sulit, hanya ilmu logika dasar dan hitungan matematika sederhana. Tengah dia mengerjakan tes, melintaslah seorang perempuan yang dia kenal. Dia adalah Melati, kakak tingkat di kampusnya, yang sedang menjadi gunjingan. Minggu kemarin perempuan itu melabrak pacarnya yang ternyata punya kekasih lain, setelah perempuan itu habis-habisan memberi banyak uang dan benda kepada si pacar.“Hm … katanya dia kaya, kenapa ikut daftar kerja di sini?” batin Aneta mencibir.Cibiran Aneta menjadi mentah ketika akhirnya dia tahu bahwa Melati bekerja di toko itu bukan sebagai karyawan magang, melainkan karena dia merupakan anak si empunya toko. Yang berarti adalah ahli waris, pemilik toko masa depan.

  • Penyebab Suamiku Mandul   Masih Menjadi Misteri

    “Loh, ini siapa, Nur? Kenapa mereka dibawa ke sini?” bisik Melati pada Nuri. Tak urung perempuan itu berdiri, bersikap menyambut dua orang yang berjalan di belakang keponakan Mak Tarwih tersebut.“Bu Melati, ini Pak RT tempat Bu Dewi tinggal, dan beliau istrinya. Tadi sebelum saya menggeledah rumah Bu Dewi saya minta bantuan beliau berdua untuk menjadi saksi, takut nanti saya diteriakin maling kan bahaya,” sahut Nuri seraya mengeluarkan tawa kecil.Gadis itu memang diperintah oleh Melati untuk pergi ke rumah Dewi, mencari sertifikat dan perhiasan yang hilang. Melati curiga jika barang-barang tersebut telah disimpan di sana, meskipun saat Dewi diinterogasi, Dewi bersumpah-sumpah tidak menyimpannya.“Oh, terus gimana? Nemu?” Melati tersenyum sumringah. Dalam hatinya memuji kecerdasan Nuri.Gadis itu menggeleng. “Enggak ada, Bu.”“Udah kamu cari di semua ruang?” nada suara Melati

  • Penyebab Suamiku Mandul   Akan Kuakhiri

    Melati susah payah duduk di sandaran tempat tidurnya. Makanan yang Nuri bawakan hanya bisa masuk ke tenggorokannya sekitar tiga suap saja. Mau dipaksakan juga tetap tidak bisa. Yang ada justru perutnya bergolak, seperti meninju-ninju untuk memaksa makanan itu keluar lagi.“Saya buatkan jus apel saja ya, Bu?” usul Nuri.Dia benar-benar tidak tega melihat Melati begini. Seumur hidupnya, dia belum pernah kenal dengan lelaki, jadi dia tidak begitu tahu bagaimana rasa sakit yang ditanggung majikannya.Melati menggeleng. “Nanti aja, Nur, tunggu sebentar lagi ya. Saya perlu menenangkan diri dulu.”“Baik, Bu. Saya keluar dulu kalau begitu.”Nuri keluar membawa bubur nasi yang masih tampak utuh, hanya sedikit koyak pada pinggir-pinggir piring saja.Begitu pintu ditutup, Melati menangis lagi. Hatinya begitu hancur. Sebelum Nuri masuk tadi, dia baru saja menerima pesan dari Yanuar. Ternyata buku nikahnya palsu.

  • Penyebab Suamiku Mandul   Apa Harus Menyerah

    Nuri menemukan Melati tengah menangis terisak-isak di atas bantalnya sendiri.“Bu, untung sekali Ibu sudah pulang, selisih dari sedikit menit, yah mungkin malah cuma beberapa detik saja pas Ibu masuk kamar, Bu Dewi datang,” bisik Nuri sembari merapikan selimut yang dipakai Melati.Perempuan yang tengah menahan tangis itu tidak menjawab. Dia memandang Nuri sekilas, lalu menenggelamkan kepalanya lebih dalam kepada bantalnya yang empuk.“Ibu tenanglah, saya akan bantu Ibu untuk membuat mereka bertiga kapok,” Nuri bicara lagi. Tangan kecilnya dengan berani mengusap rambut majikannya. Hati Nuri menjadi sangat trenyuh, mengingat Melati sebenarnya sudah sebatang kara. Mak Tarwih sempat bercerita beberapa perkara mengenai hidup dari anak satu-satunya almarhum Bapak Ruli ini.“Nur, kamu tau enggak kalau ternyata—““Mel, kamu udah baikan?”Sapaan Dewi yang dibarengi ketukan jarinya di pintu k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status