Share

Bab 4

Author: Anonim
Lagi pula, di dalam hati Candra, aku selamanya adalah perempuan keji, hina, dan tak tahu malu.

Karena aku pernah mendorong Yuli hingga jatuh dari atas.

Aku teringat tiga tahun yang lalu, waktu Yuli kembali ke negara ini. Waktu itu, perusahaan sedang mengadakan pesta besar. Candra membawa Yuli ke hadapanku, istri sahnya tanpa rasa bersalah. Mereka berjalan berdampingan dan berbaur di antara tokoh ternama di dunia bisnis. Aku pun menjadi bahan tertawaan semua orang di ruangan itu.

Rasa pedih di dadaku sangat menusuk. Aku hanya bisa menahan air mata dan melangkah menjauh untuk menenangkan diri.

Namun, Yuli menghampiriku dan berpura-pura bersifat ramah padaku. Aku tidak ingin menjalin hubungan dengannya, jadi aku berbalik, dan pergi. Namun, Yuli tiba-tiba terjatuh dari tangga.

Aku pun terpaku di tempat. Aku melihat dengan jelas bahwa Yuli tersenyum dingin padaku waktu dia terjauh.

Semua orang terkejut. Aku menatap Yuli yang terbaring di lantai dan bersimbah darah dengan takut. Yuli menatap ke atas ketika Candra datang. Aku gemetar, panik, dan menggelengkan kepala.

Bukan aku. Bukan aku. Namun, tidak ada seorang pun yang memercayaiku.

[Istri Pak Candra Menghukum Selingkuhan dengan Kejam. Percobaan Pembunuhan. Metode yang Sangat Brutal!] menjadi tajuk utama yang diberitakan setiap media besar.

Candra berusaha sekuat tenaga untuk menekan berita itu agar tidak menyebar. Dia marah besar dan membawaku ke rumah sakit.

Sebelumnya, aku sudah menjelaskan berkali-kali bahwa aku tidak pernah mendorong Yuli hingga terjatuh. Aku bahkan memanggil pihak keamanan menampilkan rekaman CCTV untuk membersihkan namaku. Namun, Candra menutup mata akan semua itu.

Candra bersikeras agar aku meminta maaf. Aku memeluk bunga yang Candra siapkan untuk Yuli dan berjalan masuk ke ruang perawatan.

"Candra." Yuli yang masih pucat tersenyum manis pada Candra.

Begitu melihat aku masuk, raut wajahnya langsung berubah, dia tampak ketakutan. "Susan … aku tahu kamu nggak pernah suka sama aku, merasa aku merebut Candra. Soal aku jatuh dari tangga, aku nggak menyalahkanmu. Lagi pula, aku yang memulai semuanya."

Aku melangkah maju perlahan-lahan, berniat menjelaskan. Namun, Yuli tiba-tiba gemetar dan berteriak dengan kencang, "Ah! Susan. Aku tahu aku salah. Aku nggak akan ganggu Candra lagi. Jangan mendekat. Ah!"

Ketika melihatnya terperangkap dalam mimpi buruk, aku pun seketika bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.

"Usir dia. Dia sudah dorong Yuli hingga jatuh dari tangga. Kenapa masih berani muncul di sini?" Perempuan kaya yang ada di samping Yuli mendorongku. Aku pun kehilangan keseimbangan dan tersungkur di lantai.

Ekspresi Candra tampak kesal, dia menatapku. "Dia datang untuk minta maaf."

"Ah. Apa gunanya minta maaf?" Perempuan kaya itu berkata sambil tersenyum sinis, "Kalau memang mau minta maaf dengan tulus, harusnya berlutut."

Yuli tersenyum lembut, pura-pura menenangkan, "Jangan gitu."

Aku kesemutan, lalu berdiri, dan bersandar di tembok. Namun, kedua tangan Candra menekan bahuku dengan sekuat tenaga. "Mereka mau kamu berlutut, kamu berlutut saja. Lagi pula, semua ini salahmu!"

Aku menggeleng, berusaha melawan tekanan Candra. "Sebelumnya aku sudah jelaskan. Aku nggak dorong dia. Kenapa kamu nggak mau memercayaiku?"

Candra mengerutkan kening dengan jengkel. Dia mengalihkan pandangan tanpa mengatakan apa pun. Tekanan di bahuku pun makin berat.

"Candra, kamu jangan paksa Susan. Aku tahu dia pasti nggak melakukan itu dengan sengaja." Yuli berkata, berpura-pura menjadi orang baik.

Aku tidak mengatakan apa pun, hanya menatap Candra dengan tatapan membara.

Suasana di ruang perawatan menjadi sunyi. Aku merasa pusing, pandanganku pun menjadi gelap. Akhirnya aku tidak tahan lagi dan pingsan.

Ketika aku kembali tersadar, kabar besar langsung mengguncangku. Aku hamil. Sudah dua bulan.

Rasanya semua kesedihan dan beban beberapa waktu terakhir sirna begitu saja. Candra tidak memaksaku untuk berlutut lagi pada Yuli. Sikapnya padaku pun melunak.

Aku mulai yakin begitu anak ini lahir, Yuli akan berhenti membuat kekacauan. Hubungan aku dan Candra mungkin bisa kembali seperti dulu. Kami akan hidup damai seperti suami istri pada umumnya.

Namun, aku terlalu naif. Ketika kandunganku memasuki usia enam bulan, Candra pulang lebih awal dari biasanya.

Ketika pulang ke rumah, dia membawa seberkas laporan medis di tangannya. Di atasnya tertulis hasil kecocokan transplantasi ginjal antara aku dan Yuli.

Aku menatap Candra dengan bingung.

Candra duduk di sampingku dan memelukku dengan erat. Pelukan itu adalah pelukan hangat yang sudah lama aku rindukan. Namun, perlukan ini terasa berbahaya.

"Kamu juga tahu, ginjal Yuli rusak." Candra berkata dengan nada datar tanpa menunjukkan sedikit emosi apa pun.

Aku mengangguk. "Lalu?"

"Gugurkan anakmu dan lakukan transplantasi. Kamu berutang padanya. Anggap saja sebagai tebusan atas dosa yang kamu buat."

Rasa dingin tiba-tiba menyeruak, seolah-olah ada seember air es yang dituangkan tepat di kepalaku hingga membuat tulang di tubuhku terasa membeku.

Ternyata, perubahan sikap Candra selama ini adalah bagian dari rencananya.

Candra tidak berniat melepaskanku. Dia hanya menunggu waktu untuk menghukumku dengan kejam.

Aku didorong ke neraka oleh pria yang paling aku cintai dan paling aku pedulikan.

Mungkin inilah bentuk balas dendamnya!
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perasaan Setelah Jadi Abu   Bab 9

    Segalanya perlahan-lahan berakhir. Ketika Candra pulang ke rumah, dia tidak menyalakan lampu. Dia meneguk alkohol tanpa henti dalam hening.Setelah minum sampai mabuk, Candra kembali ke kamar dengan tatapan kosong, memeluk erat guci abuku. Setetes demi setetes air mata jatuh di guci itu.Entah kenapa, aku seolah bisa merasakan rasa panas yang datang secara bergelombang. Aku tidak tahan dengan rasa panas itu.Setelah selesai menangis, Candra merogoh sakunya, dan menyalakan sebatang rokok. Asap putih melingkar di udara. Wajah tampannya saat dini penuh dengan luka yang mendalam.Candra menghisap dan terdiam. Dia menatap guci abuku dan berkata, "Maaf. Aku lupa kamu nggak suka aku merokok … "Usai mengatakan itu, Candra tersenyum getir. Senyuman itu bahkan lebih menyakitkan daripada tangisan. Lalu, dia mematikan rokok itu.Aku menatapnya tanpa ekspresi saat Candra melakukan semua itu. Andai ini dulu, dia tak akan pernah memikirkan perasaanku.Lalu, di tengah kesunyian, Candra kembali terisa

  • Perasaan Setelah Jadi Abu   Bab 8

    Pada hari ketiga Candra mengurung diri di kamar, Yuli datang.Ketika melihat jambangnya yang tumbuh dan aroma tubuh Candra yang tidak sedap. Yuli tiba-tiba merasa takut dan terkejut."Candra, aku tahu kamu adalah orang yang punya perasaan dan setia. Kamu pasti bersedih ketika Susan meninggal. Tapi, kamu juga harus menjaga tubuhmu sendiri!" Susan meraih bahu Candra dengan cemas.Candra menundukkan kepala dan melihat tangan yang Yuli genggam, tatapan berubah menjadi dingin. "Apa kamu tidak sedih setelah dia meninggal?""Apa?" Yuli tertegun."Waktu itu, kamu jatuh sendiri dari lantai atas, 'kan? Kenapa kamu menuduh Susan?" Candra mengatakan kata demi kata dengan nada dingin sambil menatap tubuh Yuli. Ekspresi wajahnya makin suram."Kamu … Kenapa tiba-tiba membicarakan hal itu? Apa Susan mengatakan sesuatu padamu? Kenapa kamu percaya sama dia dan nggak mempercayaiku?" Yuli tampak tegang, tetapi dia tetap berusaha membela diri.Candra tidak bertanya lebih jauh lagi. Dia melepaskan tangan Yu

  • Perasaan Setelah Jadi Abu   Bab 7

    Candra adalah orang yang cinta kebersihan. Namun, kini dia tidak risih menyentuhku yang kotor."Candra!" Seseorang tiba-tiba menerobos masuk dan mencengkeram jaket Candra. "Sialan! Dasar bajingan! Jangan sentuh Susan."Sosok itu adalah Kirana. Dia berlari sambil menangis. Kirana menarik Candra ke samping dan menampar wajahnya dengan keras.Candra hanya berdiri di sana dan membiarkan tamparan Kirana mengenai pipinya."Susan sudah menemanimu berapa tahun? Dia mencintaimu dengan sepenuh hatinya. Tapi, bagaimana denganmu? Waktu kamu butuh dia, kamu memperlakukannya dengan baik. Waktu kamu nggak butuh dia, kamu menendangnya sejauh mungkin. Memangnya dia itu apa? Apa dia itu kucing yang bisa kamu panggil dan buang sesuka hati?""Candra, kalau kamu nggak mencintai Susan, seharusnya kamu menjauhinya sejak awal. Kenapa kamu malah bersekongkol dengan Yuli untuk menghancurkan Susan? Kamu bahkan membuat dua nyawa melayang.""Aku … Aku waktu itu melihat sendiri bahwa Susan mendorong Yuli hingga jat

  • Perasaan Setelah Jadi Abu   Bab 6

    "Apa maksud perkataanmu?" Candra terpaku di tempat. Dengan kecerdasannya, bagaimana mungkin tidak mengerti maksud kalimat ini.Kemudian, si asisten mengulangi kata demi kata sekali lagi.Aku melihat Candra mengerucutkan matanya. Dia seolah kehilangan arah dan terpaku di tempat.Suasana hati Yuli yang ada di sampingnya tampak cukup baik. Yuli maju sambil menahan perasaannya. Dia memegang tangan Candra dengan lembut dan berkata, "Candra, ini memang sudah takdirnya. Terima dan ikhlaskan.""Harus terima takdir apa? Susan sedang menipuku. Mana mungkin dia rela mati?" Candra tiba-tiba menyela dengan nada garang.Ini mungkin pertama kalinya Candra marah terhadap Yuli. Melihat Candra seperti itu, Yuli pun ketakutan hingga tidak berani mengatakan sepatah kata pun lagi."Candra … Kamu masih punya perasaan padanya, ya?" Yuli bertanya dengan berlinang air mata. "Candra, katakan yang sebenarnya!"Ketika melihat Candra hendak pergi, Yuli menangis dan mengejarnya. "Kamu bilang kamu nggak cinta dia, a

  • Perasaan Setelah Jadi Abu   Bab 5

    Prang! Candra menutup telepon dengan marah. Mungkin karena emosi yang meledak-ledak, dia melempar ponsel ke lantai.Suara benda yang retak membuat lamunanku buyar.Setelah Candra tenang, dia berbalik, dan mengambil ponsel yang sudah retak itu. Dia menelpon asistennya, menyuruh orang itu untuk mencari jejakku.Candra mengirim pesan dengan ekspresi datar. Aku mendekat dan melihat. Di layar tertulis nomor ponselku.[Susan, aku kasih kamu waktu satu hari. Cepat kembali ke hadapanku. Kalau nggak, tanggung sendiri akibatnya.]Aku tersenyum getir. Sekarang aku berada di hadapanmu. Hanya saja, kamu tidak bisa melihatku lagi.Ponselku sudah lama tersimpan di ruang penyimpanan. Mungkin sekarang sudah kehabisan baterai.Setelah beberapa saat berlalu, tidak ada pesan yang masuk ke ponselnya. Kegelisahan dan kecemasan terlihat jelas dalam ekspresi Candra.Tidak lama kemudian, Candra mengambil jaket yang tergeletak di sofa dan bergegas keluar. Aku segera mengikutinya. Apa dia mau mencariku?Aku bert

  • Perasaan Setelah Jadi Abu   Bab 4

    Lagi pula, di dalam hati Candra, aku selamanya adalah perempuan keji, hina, dan tak tahu malu.Karena aku pernah mendorong Yuli hingga jatuh dari atas.Aku teringat tiga tahun yang lalu, waktu Yuli kembali ke negara ini. Waktu itu, perusahaan sedang mengadakan pesta besar. Candra membawa Yuli ke hadapanku, istri sahnya tanpa rasa bersalah. Mereka berjalan berdampingan dan berbaur di antara tokoh ternama di dunia bisnis. Aku pun menjadi bahan tertawaan semua orang di ruangan itu.Rasa pedih di dadaku sangat menusuk. Aku hanya bisa menahan air mata dan melangkah menjauh untuk menenangkan diri.Namun, Yuli menghampiriku dan berpura-pura bersifat ramah padaku. Aku tidak ingin menjalin hubungan dengannya, jadi aku berbalik, dan pergi. Namun, Yuli tiba-tiba terjatuh dari tangga.Aku pun terpaku di tempat. Aku melihat dengan jelas bahwa Yuli tersenyum dingin padaku waktu dia terjauh.Semua orang terkejut. Aku menatap Yuli yang terbaring di lantai dan bersimbah darah dengan takut. Yuli menatap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status