Share

Bab 4

last update Huling Na-update: 2022-11-12 12:58:44

Part4

Tak peduli

Pernah sengaja tidur lebih awal, untuk melupakan beban pikiran. Dan ketika larut malam dia terbangun, seketika air mata keluar tanpa aba-aba. Lalu dia terlelap dengan sendirinya. Sesakit inikah menjadi dewasa, dia dituntut untuk bijaksana sedangkan dunia mengajaknya bercanda.

Indri belajar mendidik hatinya sendiri, agar bisa menerima kenyataan. Karena ada banyak hal yang bisa diterima tetapi tidak bisa diubah. Bersabarlah akan ada pelangi setelah hujan. Akan ada kebahagiaan setelah ikhtiar. Jalani, nikmati apapun yang sudah menjadi takdirmu.

Wanita yang kini telah berganti pakaian serba hijau itu berlinang air mata. Menaham rasa ngilu pada perutnya. Ia harus beristirahat total tanpa beban pikiran.

Tak lama setelah itu, pintu ruangan terbuka lebar. Membuatnya terperanjat dan menoleh cepat.

"Ndri!" Ali bergegas menghampiri.

"Mas." Indri membalas lirih.

"Ada apa denganmu? Suster memberitahu kami. Katanya kamu kontraksi. Bagaimana sekarang?" Ali menatap pilu pada adiknya. Terpasang beberapa alat kesehatan semakin membuat lelaki itu nelangsa.

"Ibu mana, Mas? Bagaimana dengan Angga?" Bukannya menjawab Indri malah ganti bertanya. Ia tak begitu memperhatikan dirinya sendiri.

"Angga sudah mendingan. Sudah membuka mata dan mencarimu. Ibu tadi pesan, kau tak boleh lagi memikirkan Rasya. Sekarang, bagaimana keadaanmu?" Aku mulai duduk di sebelah ranjang rumah sakit. Ia menautkan jemarinya.

"Aku sudah tidak apa-apa, Mas. Tolong, bilang ke suster, Mas. Aku pengen lihat Angga. Aku juga rindu sama dia." 

Ali tak kuasa menolak kali ini. Ia keluar untuk izin pada suster membawa Indri ke ruangan anaknya. 

Dua roda menggelinding membawa sosok yang terpaku pasrah. Ali mendorong adiknya di atas kursi roda dan masuk ke ruangan semula.

Rumi yang awalnya duduk, Kini berdiri tegak. Menyambut putrinya dengan isakan tangis bersama sahutan adzan subuh. 

"Bagaimana Angga, Bu?" Indri melepas pelukan.

"Dia mencarimu. Kamu dari mana saja? Ibu sangat khawatir, Nak." Rumi membingkai wajah Indri.

"Hanya kontraksi palsu, Bu. Sekarang, bawa aku ke Angga, Bu. Aku rindu dia."

Rumi mengangguk. Setelah membawa putrinya mendekati Angga kecil, wanita tua itu menoleh pada sentuhan halus di pundak.

Ali meminta izin salat Subuh dan pulang sebentar. Kebetulan dia juga izin tidak masuk kantor. Beruntungnya mempunyai bos yang sangat baik hati. Memperbolehkan di mengambil cuti sampai Indri bisa pulang.

Indri mulai menceritakan semua kejadian semalam. Akan tetapi, Indri meminta Rumi agar tidak mengatakannya pada Ali. Wanita muda dengan selang infus di tangan kiri itu mengungkap semua ucapan Rasya padanya. Semakin sesak dada wanita tua di hadapan Indri mendengar penderitaan anaknya.

"Ndri, kamu masih mau bertahan setelah ini?" Rumi akhirnya lelah juga.

"Entah, Bu. Jika dia masih bisa berubah, mungkin aku akan mencoba memaafkannya. Namun, jika tidak, aku pasrah."

Pundak Rumi luruh seketika. Kenapa putrinya sangat bersikeras masih ingin melanjutkan rumah tangganya. Bahkan Indri lebih tabah darinya.

"Ndri, kamu lupa apa yang dikatakan Mas-mu kemarin? Rasya bersama seorang wanita. Dia tidak datang ke sini sama sekali, tetapi malah jalan dengan wanita lain. Kamu masih tahan itu?" Dia bola mata Rumi memancarkan gelombang bening. Jatuh tiba-tiba setelah berkedip.

"Selama aku belum melihatnya sendiri, Bu. Aku tidak bisa memastikan kalau wanita yang bersama Mas Rasya adalah simpanannya."

"Ya, sudah. Sekarang kamu Ibu antar ke kamarmu, ya? Biar Ibu yang jagain Angga. Kata suster tadi, jika demamnya turun hari ini, besok dia boleh pulang," jelas Rumi. Tangannya menyentuh sang cucu.

"Indri mau di sini saja, Bu. Indri sudah tidak apa-apa."

Lagi-lagi Rumi harus mengalah. Ia juga heran kenapa putri bungsunya itu sangat keras kepala. Persis seperti Bapaknya dulu. 

***

Hari berganti begitu cepat, kini mereka pulang ke rumah Rumi yang jaraknya satu jam perjalanan dari rumah sakit. Dengan bantuan Ali, Indri menuruni mobil. Rumi yang menggendong Angga kecil. 

"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga. Kemarin aku minta tetangga bantuin bersih-bersih, Bu. Maklum, aku tidak sempat," ucap Ali dengan meringis kuda.

"Halah, kamu. Sudah biasa berantakan. Bagaimana jika nanti punya istri? Pasti kaget melihat kebiasaan kamu." Rumi terkekeh sambil menidurkan cucunya di kamar. Ali dan Indri duduk di sofa karena ingin menghidu udara segar yang masuk lewat pintu utama yang terbuka lebar.

"Insyaallah, aman, Bu. Asal, Ibu, jangan buka kartu As aku di depan dia." Lelaki dengan wajah putih mulus itu kembali tertawa. Terlihat deretan gigi-giginya yang putih.

"Meskipun tidak Ibu kasih tau, dia bakal ngerti sendiri." Rumi datang dengan nampan berisi teh hangat lalu meletakkannya di depan Indri dan Ali. Ia ikut duduk menghadap mereka.

Ali hanya menanggapi dengan menutup wajah.

"Oiya, Ndri ...." 

Rumi baru saja membuka percakapan dengan putrinya yang masih tercenung menatap kosong, tiba-tiba seseorang datang tanpa salam.

Semua penghuni rumah sontak kaget dibuatnya. Ali yang pertama berdiri dan mendadak mendidih wajahnya.

"Mau apa kau ke sini, hah?" Dua lelaki kini saling membusungkan dada. Mereka seakan siap melayangkan amarah.

"Sudah-sudah! Jangan berantem di sini! Ali, jaga sikapmu! Tidak perlu mengotori tangan kita hanya untuk menuruti hawa nafsu." Rumi menengahi mereka.

Kalo ini, Rasya bungkam. Tatapannya hanya tertuju pada wajah pucat yang terduduk diam di sofa. Sama sekali tidak ada pergerakan atau keterkejutan, Indri beralih pandang.

"Ndri, ayo kita pulang!" Rasya melewati dua orang yang berdiri tadi. Kinj kedua kakinya berjongkok menghadap sang istri yang sudan seperti hilang setengah kewarasan.

"Indri akan tinggal di sini sampaj kapanpun. Lebih baik kau pulang saja dan urus saja Ibu dan wanita simpananmu itu," sela Ali.

Rumi segera mengangkat tangannya dan menyentuh dada Ali agar tidak melanjutkan pertengkaran. Bagaimanapun juga, itu semua urusan rumah tangga Indri dan Rasya. Rumi sadar, mereka tak berhak ikut campur.

"Biarkan mereka berdua musyawarah, Al. Kita ke dalam saja!" 

Ali dengan wajah tak rela meninggalkan adiknya dan Rasya di ruang utama.

Hanya ada dua orang yang kini saling diam. Rasya berkata, "Ndri, ayo pulang! Rumahmu adalah bersamaku. Tidak di sini."

Indri menarik kuat-kuat udara dan memasukkan ke dalam paru-parunya. Lalu, mengembus perlahan bersama gundah yang tengah menyelimuti hatinya.

"Tapi ... aku lebih nyaman di sini. Kalau di rumah kamu, aku seperti orang asing. Aku sendiri hanya dengan Angga. Belum lagi Mama yang selalu ...."

"Sudahlah! Ikuti saja perintah suami. Kau akan selamat." Rasya bersikukuh.

"Jangan salahkan aku, jika nanti aku menyerah," balas Indri. 

"Aku tahu apa yang seharusnya kuperbuat. Sekarang aku bantu kamu menggendong Angga." 

"Tunggu!" Mau apa kau?" Ali menghadang suami adiknya itu yang hendak mengangkat putranya. 

"Jangan halangi aku! Aku adalah Ayah anak ini dan suami dari Indri. Aku berhak atas mereka," ujar Rasya dengan tegas. Ia tak lagi gentar meski bekas lebam masih menghiasi wajahnya.

"Aku kasih kesempatan satu kali lagi untukmu. Jika aku mendengar atau mengetahui kau menyakiti adik serta keponakanku lagi, bersiaplah untuk menerima segala konsekwensinya." Ali tak main-main dengan ancamannya. 

Rumi dan Ali menatap mereka pergi menggunakan mobil hitam yang selama ini dipakai Rasya untuk ke mana-mana. 

"Al, bagaimana ini?" Kedua alis Rumi hampir bersatu. Garis wajahnya yang keriput itu menjelaskan betapa gelisahnya ia melepas Indri lagi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (11)
goodnovel comment avatar
mayank adrian
kamu yg dzalim pada diri sndiri dgn dalih istri sholeha,bucin boleh tapi jgn bodoh. sayangi dirimu sndiri
goodnovel comment avatar
Nurli Eriza
perempuannya kelewatan gobloknya. nek baca perempuan y lebih senang jadi babu ini.
goodnovel comment avatar
R. Saban
baru bab 7 sdh mnta koin,dasar cerita sampah
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 205

    "Tapi nggak siang bolong begini juga Mas, nggak enak dengan tamu undangan juga keluarga yang lain. Pak penghulu aja belum pulang lo," elak Anggi beralasan yang sebenarnya dirinya masih grogi dan malu harus sekamar kembali dengan Reno."Berarti kalau sudah nggak siang boleh dong," goda Reno sambil menaik turunkan kedua alisnya."Ish ... Apaan sih, minggir mau keluar." Anggi menggeser tubuh tegap suaminya."Cium dulu," pinta Reno sambil mendekatkan bibirnya yang sengaja dimonyongkan."Mas ... Jangan ngadi-ngadi deh, minggir mau keluar dulu." Anggi kembali mendorong dada sang suami yang semakin mendekat pada dirinya."Cium dulu sekali ajaz habis itu kita keluar bareng, biar enak kalau keluarnya bareng," jawab Reno sambil tersenyum manis."Mesum ....""Eh, siapa ya mesum, kamu kali yang pikirannya udah traveling ke mana-mana. Maksudku kalau kita keluar kamar bareng kan enak dilihatnya. Masak pengantin baru keluar kamar sendiri-sendiri, apa kata mereka coba?" Reno menyentil ujung hi

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 204

    "Terima kasih sudah mau menerimaku kembali, juga sudah memberikan Rea, hingga hidupku kembali berwarna." Ungkapan tulus Reno begitu tangannya menyambut tangan Anggi untuk diajak duduk di bangku sebelahnya.Rea yang tak mau lepas dari papanya malah memeluk leher Reno dengan posesif. Mau tidak mau, acara penyematan cincin nikah yang dilanjutkan penandatanganan buku nikah, dilakukan dengan Rea tetap di gendongan sang papa. Tamu undangan, keluarga juga semua yang menyaksikan merasa terharu juga geli, baru kali ini menyaksikan acara ijab qobul dengan membawa anak mereka. Apapun keadaan mempelai, yang pasti doa restu terucap tulus dari setiap hati yang hadir dan menyaksikan bersatunya kembali orang tua Rea tersebut.Cincin berlian berwarna pink sengaja dipesan khusus oleh Reno untuk Anggi. Eternal pink, berlian langka dan termahal di dunia, menjadi simbol bersatunya kembali rumah tangga Reno dan Anggi. Cincin dengan harga lebih dari lima puluh milyar itu tersemat dengan cantik di jari Mas

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 203

    "Iya Mbak, tanpa pakai make up berlebih, wajah Mbak Anggi sudah tampak cantik dan mangglingi ," jawab perias yang masih menyapukan kuas di wajah Anggi.Rea menatap mamanya dari balik pintu. Gadis kecil yang baru sempurna berjalan sendiri itu menatap takjub pada wanita yang melahirkannya, entah apa yang dipikirkan anak anak sekecil itu. Kepalanya beberapa kali juga menoleh, memperhatikan lalu lalang orang yang mempersiapkan acara akad nikah kedua orang tuanya. Rumah yang biasanya sepi, kini terasa ramai. Anggi yang sempat melirik bayangan putri kecilnya langsung meminta perias menghentikan aktivitasnya, lalu dirinya beranjak menghampiri malaikat kecil yang garis wajahnya seperti pinang dibelah dua dengan Reno."Sayang, kenapa di sini? Nenek mana?" Anggi mengangkat tubuh Rea dalam gendongannya lalu membawanya masuk ke dalam kamar."Mbak, maaf sambil pangku anak saya nggak pa-pa kan?" Anggi meminta izin pada perias yang akan melanjutkan pekerjaannya."Nggak pa-pa Mbak, yang penting a

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 202

    Anggi yang biasanya cuek, jutek, wajahnya menghangat dan terlihat memerah. Dia tahu kalau ayah dari anaknya itu memang lelaki romantis tapi, tidak pernah menyangkan kalau akan diperlakukan seromantis ini, ya walau hanya dalam butik, bukan di suasanya makan malam yang sangat romantis tapi, cukuplan untuk bisa membuat hati Anggi semakin berbunga-bunga.Pemilik juga karyawan butik sampai menutup mulut mereka, takjub dengan keromantisan calon pengantin pria. Baru kali ini mendapatkan klien yang unik dan cukup menarik. Seorang pegawai butik, mungkin bagian marketing langsung merekam agedan tanpa rencana itu. "Jangan sembarangan rekam, nanti kalau mereka tahu bisa runyam urusannya," tergur pemilik butik sambil berbisik."Yang penting rekam dulu Bu, nanti baru minta izin pada mereka. Kalau diizinkan lumayan buat konten marketing butik. Kalau nggak diizinkan ya simpan saja dulu. Siapa tahu lain waktu mereka berubah pikiran," balas si pegawai sambil terus melanjutkan aksinya."Semoga saja

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 201

    "Sayang, aku sudah di jalan. Kamu berangkat sendiri atau sekalian aku jemput?" Reno menghubungi Anggi begitu selesai meting dengan klien. Hari ini keduanya ada janji untuk fithing baju pengantin."Aku sudah di butik, baru saja sampai," balas Anggi dengan senyum menghias wajahn cantiknya.Semenjak Anggi jujur pada Reno kalau Rea adalah darah daging mantan suaminya. Akhirnya mereka memutuskan untuk rujuk kembali, mungkin sebuah alasan klise demi anak tapi, jika ditelisik lebih dalam lagi. Orang tua Rea sebenarnya masih saling menyimpan rasa, hanya mereka masih mengedepankan ego tanpa mempertimbangkan perasaan juga kebutuhan kasih sayang putri kecil mereka.Dan di sinilah mereka, berada di butik yang dulu juga pernah membuatkan baju pengantin untuk Reno da Anggi di pernikahan sebelumnya. Pemilik butik juga pegawai butik hanya mengulum senyum ketika Anggi menceritakan secara singkat perjalan pernikahannya dengan sang mantan suami."Mbak Anggi mau pakai baju dengan model yang bagaimana

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 200

    Saat Anggi muncul dari toilet, ia melihat Mamanya sudah duduk bersama putri dan mantan suaminya. Meski sudah dua tahun lamanya, Anggi masih ingat jelas wajah itu. Wajah yang masih sangat melekat di hatinya. "Rea, ayo ikut Mama." Anggi tiba-tiba menyerobot meraih putrinya dari pangkuan Reno. "Tunggu, Anggi." Reno berdiri menyamai wanita cantik itu. Anggi terlihat tampak lebih segar dari yang dahulu. Tampak lebih bersinar setelah bercerai dengan suaminya."Aku tidak bisa lama-lama di sini. Putriku harus tidur. Juga besok aku harus kerja." Anggi masang wajah ketus. "Nak, jangan bilang begitu. Jujurlah pada Reno. Siapa Rea sebenarnya." Mama Anggi ikut berdiri. Namun, ia tak ingin mencampuri urusan mereka. "Mama ke sana dulu. Kalian bicaralah berdua. Jangan ada yang mengedepankan ego. Belajarlah kalian untuk bersikap dewasa dan tidak mengikuti hawa nafsu sendiri." Wanita tua itu lantas pergi. Meninggalkan mereka bertiga saja. Karena tak bisa mencegah lelaki itu melarangnya, maka Anggi

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status