Jaka Geni duduk di ranjang empuk tempat tidurnya itu. Istrinya, Maharani telah terlelap. Beberapa waktu lalu saat mereka tengah menghadiri pertemuan di keraton, terjadi kehebohan saat Jaka bercerita tentang kutukan abadi dan cara melepaskannya.Para sesepuh dan Raja sampai tak percaya saat Jaka dengan terang-terangan mengaku melakukan hubungan terlarang itu selama tujuh hari tujuh malam. Namun Jaka tidak menceritakan bahwa Ratu Ambarwati adalah guru dari Dewi Awan Putih, sang pemimpin padepokan Atas Awan. Setelah membicarakan banyak hal di keraton, akhirnya pertemuan pun selesai. Jaka sempat berbincang dengan Gondo Sula yang berencana mengikuti Jaka Geni pergi ke Wadaslintang. Setelah mempertimbangkan banyak hal akhirnya Jaka setuju. Toh Gondo Sula tidak mempunyai tujuan apapun. Setelah berbincang dengan lelaki botak itu, Iblis Cantik juga mengajak Jaka berbicara empat mata. Akhirnya Maharani memutuskan kembali ke kamar terlebih dahulu. Iblis Cantik meminta Jaka Geni untuk mengemba
Pertemuan Di Keraton... Suasana di dalam keraton itu cukup ramai. Ada belasan orang yang duduk memanjang di kursi para tamu kehormatan. Sedangkan di ujung sana, duduk Raja Sigaluh di atas singgasananya. Semua yang hadir disitu adalah orang-orang penting saat perang besar terjadi di Sigaluh beberapa waktu yang lalu. Di deretan kursi sebelah kiri ada Ki Brojo Mukti, yang duduk di bersebelahan dengan Nyai Sari dan Anggita. Nyai Sari masih menjalani perawatan pada bahu kirinya yang patah. Lukanya sudah membaik hingga dia bisa hadir di pertemuan besar yang di adakan oleh Raja Rama. Di sebelahnya lagi ada Jaka Geni bersama istrinya Maharani, dan juga Gondo Sula. Mereka bertiga terlihat akrab. Di sebelahnya lagi ada Iblis Cantik alias Sekar Wangi yang turut membantu kemenangan Sigaluh. Di sebelahnya duduk Ki Sapta dan Kusuma muridnya.Di sebarang mereka, di deretan sebelah kanan ada para sesepuh kerajaan. Yaitu Satya Ning Jagat, Bara Yuda, Panglima Surya Dhana, Resi Swara, Lesmana, Antase
Mata Maharani yang tadinya berkaca-kaca, sekarang malah meneteskan air mata. Jaka menyeka air mata yang menetes di pipi istrinya. "Ceritakan saja secara perlahan..." ucap Jaka Geni dengan lembut.Maharani mengangguk perlahan. Dia pun menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya dengan keras. Lalu dia pun kembali bercerita. "Saat itu Gerbang Utara di jaga oleh seorang wanita yang ternyata adalah ibu dari Kinasih, mendiang kekasih kakang dulu... Dia berjaga bersama Nyai Sari temannya dan satu murid gadis teman Kinasih, namanya Anggita. Saat mereka berjaga, dua orang pendekar sakti bernama Adinata dan Gentala menyerang mereka. Hingga akhirnya mereka pun bertarung mati-matian. Nyai Sari berhasil menaklukan Gentala. Namun dia juga harus menerima luka parah di bagian bahunya setelah dia menyarangkan ajian sakti di kaki lawan." kata Maharani dengan suara tersekat. Wajah Jaka berubah setelah mendengar nama Nyai Laras. Dia mencoba mendengarkan
Jaka Geni membuka matanya saat dia merasakan satu sentuhan halus di kepalanya. Dilihatnya satu sosok wanita cantik yang kini telah menjadi istrinya. Senyum indah tersungging dari bibir merah basah itu membuat Jaka ikut tersenyum. "Apa yang terjadi padaku istriku?" tanya Jaka Geni sambil matanya menatap sekeliling. Dia tak asing dengan ruangan itu. Ruangan itu adalah kamarnya bersama Maharani, istrinya. "Kakang tidur cukup lama, ini kamar kita kang..." ucapnya lembut sambil membelai kepala pemuda itu. Jaka terdiam sesaat lamanya. Lalu dia teringat dengan perang yang terjadi di Sigaluh. Namun sebelum dia bertanya, Maharani telah berkata terlebih dahulu. "Kakang Jaka pingsan selama dua hari. Dan perang juga sudah berakhir kang. Kerajaan Sigaluh berhasil di pertahankan. Pasukan Panglima Karna berlarian kabur ke hutan. Sebenarnya ada banyak cerita di Sigaluh selama kakang tertidur. Aku akan menceritakan semuanya, akan tetapi kak
Dua Nyai Terluka! Matahari mulai condong ke arah barat. Nyai Laras mulai merasakan sakit di bagian kepalanya. Meski ajian sakti lawan tidak secara langsung mengenainya, namun dia bisa merasakan akibat dari benturan tenaga dalam tersebut. Terdengar suara tawa dari arah depan. Adinata tertawa melihat keadaan Nyai Laras. Wajahnya terlihat biasa saja meskipun tadi tubuhnya terdorong sesaat. Memang dia adalah orang sakti, tapi Nyai Laras juga orang yang sakti. Adu kanuragan tetap saja tidak semudah dia membunuh orang biasa. "Kau hebat nyai, seperti yang ku perkirakan. Kau bisa menahan ajian Tinju Sakti Banaspati milikku hikhihik tapi, dalam beberapa waktu ke depan, kau akan mengalami demam tinggi. Meski kau bisa menghentikan ajian tersebut, tapi kau tidak bisa menghalau kekuatan banaspati milikku yang pecah di udara... Hikhikhik" ucap Adinata sambil mengelus janggutnya. Nyai Laras mencoba alirkan tenaga dalam ke seluruh tubuh. Area panas tersebut hanya dirasakan di bagian kepalanya s
Nyai Laras menerjang dengan jurus sakti. Kedua tangannya bergerak cepat menyambar ke arah kepala dan dada Adinata. Dengan tawa tengilnya Adinata menghindari semua serangan Nyai Laras dengan mudah. Malah dengan kurang ajar, lelaki berjuluk Pendekar Rawa Biru itu sesekali mencolek pinggang Nyai Laras yang membuat wanita itu semakin kalap. Kali ini kaki Nyai Laras melesat ke arah perut Adinata, namun lagi-lagi serangan itu berhasil dihindari lelaki berpakaian biru itu. Nyai semakin geram melihat wajah orang tua itu yang selalu tertawa cekikikan seolah tengah bermain-main dengannya. Tanpa tanggung lagi Nyai Laras kerahkan ajian Jari Langit miliknya. Melihat wanita itu benar-benar ingin membunuhnya dengan ajian sakti yang cukup terkenal itu, wajah Adinata sedikit berubah. "Hm, ajian Jari Langit ya... Sudah lama aku tidak melihat ajian sakti itu. Baiklah akan aku uji kemampuan ajian yang terkenal sakti itu hikhikhik" ucap Adinata lalu tangannya berputar di depan dadanya satu kali. Dan