Share

Rorok Latar

Author: Falisha Ashia
last update Last Updated: 2025-05-09 17:49:45

Surapati menatap Rajendra dengan sorot mata serius, seolah hendak menyampaikan sebuah rahasia kelam yang telah lama terpendam.

“Dulu sekali, Yang Mulia, ada seorang wanita yang tinggal di dekat hutan bambu itu. Namanya Nyi Rorok. Dia adalah seorang pemain seruling yang dianggap aneh oleh penduduk desa. Konon, ia sering melakukan hal-hal ganjil dan berbicara sendiri di tengah hutan,”

“Suatu ketika, karena dianggap membawa kesialan dan dituduh sebagai penyihir, Nyi Rorok ditangkap oleh warga desa yang ketakutan. Tanpa belas kasihan, mereka membakarnya hidup-hidup di dekat rumpun bambu itu,”

“Namun sebelum api melahapnya, Nyi Rorok mengutuk dengan penuh amarah, ‘Siapa pun yang berani menebang bambu ini tanpa restu darah, akan dikejar oleh kepala ayam pembawa kematian!’” Surapati bercerita dengan nada getir,

Mendengar kisah mengerikan itu, Dipa langsung histeris. Tubuhnya gemetar hebat, air mata mengalir deras di pipinya. Pria yang gagah berani di medan perang itu kini tampak seperti ana
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Mengelus Kejantanan

    Rajendra menghela napas panjang, mengurungkan niat untuk terus mengejar sosok yang meniru Rorok Latar.Kegelapan hutan yang semakin pekat dan medan yang tidak ia kenali membuatnya sadar bahwa ia bisa tersesat jika terus memaksakan diri. Ia pun memutuskan untuk kembali pulang, meskipun rasa penasaran dan geram masih membayangi benaknya.Namun, saat ia berbalik untuk mencari jalan pulang, ia menyadari bahwa ia terlalu fokus mengejar sosok bertopeng tadi hingga tidak memperhatikan arah jalan. Kegelapan hutan dan pepohonan yang tampak serupa membuatnya kesulitan menentukan arah kembali. Ia meraba-raba dalam kegelapan, mencoba mengingat jalur yang ia lewati tadi.Sementara itu, di pos keamanan sederhana yang baru selesai dibangun, Tama, Sarta, dan beberapa pengikut lainnya masih terjaga dan berbincang-bincang. Mereka tampak segar dan belum memutuskan siapa yang akan memulai jaga malam pertama. Suasana akrab dan sedikit canda tawa menghiasi malam itu.Tiba-tiba, saat mereka sedang asyik me

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Rorok Latar

    Surapati menatap Rajendra dengan sorot mata serius, seolah hendak menyampaikan sebuah rahasia kelam yang telah lama terpendam. “Dulu sekali, Yang Mulia, ada seorang wanita yang tinggal di dekat hutan bambu itu. Namanya Nyi Rorok. Dia adalah seorang pemain seruling yang dianggap aneh oleh penduduk desa. Konon, ia sering melakukan hal-hal ganjil dan berbicara sendiri di tengah hutan,”“Suatu ketika, karena dianggap membawa kesialan dan dituduh sebagai penyihir, Nyi Rorok ditangkap oleh warga desa yang ketakutan. Tanpa belas kasihan, mereka membakarnya hidup-hidup di dekat rumpun bambu itu,”“Namun sebelum api melahapnya, Nyi Rorok mengutuk dengan penuh amarah, ‘Siapa pun yang berani menebang bambu ini tanpa restu darah, akan dikejar oleh kepala ayam pembawa kematian!’” Surapati bercerita dengan nada getir,Mendengar kisah mengerikan itu, Dipa langsung histeris. Tubuhnya gemetar hebat, air mata mengalir deras di pipinya. Pria yang gagah berani di medan perang itu kini tampak seperti ana

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Teror Kepala Ayam

    Saat suara seruling yang semakin dekat itu menusuk ke dalam sunyinya malam, ketiga pengikut Rajendra yang sedang berjalan menuju pos keamanan membeku di tempat mereka berdiri. Rasa takut yang tadinya sedikit mereda kini kembali mencengkeram hati mereka dengan kuat.“A-apa itu hantu bambu?” tanya Banyu dengan suara bergetar, matanya memandang nanar ke arah kegelapan di depan mereka.Kedua temannya tidak menjawab. Wajah mereka pun terlihat pucat pasi, dilanda ketakutan yang sama.Suara seruling kembali terdengar, kali ini jauh lebih dekat, membuat suasana malam semakin mencekam dan mencekam.Tiba-tiba, terlihat ada pergerakan di kegelapan di depan mereka. Sosok itu terlihat mendekat dengan cepat.“Ayo … ayo kita kembali!” seru Banyu panik, berbalik badan untuk melarikan diri.Namun, belum sempat mereka membalikkan badan sepenuhnya, terlihatlah dua sosok yang berlari ke arah mereka dengan kecepatan yang sama. Mereka tampak seperti sedang dikejar oleh sesuatu yang menakutkan.“Sarta?” Ban

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Roti Manis

    Untuk menjaga keamanan desa malam itu, Rajendra menunjuk enam orang pengikutnya untuk berjaga secara bergilir. Ia sendiri memilih untuk tidak ikut berjaga. Kekhawatiran akan kondisi kedua istrinya yang tampak ketakutan membuatnya ingin segera pulang dan memastikan mereka baik-baik saja.Rajendra kembali ke rumah bersama Banyu dan dua orang pengikut lainnya. Mereka akan berjaga besok pagi sampai sore hari.Sesampainya di rumah, Rajendra disambut oleh Ranjani dan Kirana dengan tatapan mata yang penuh tanda tanya dan kecemasan.“Yang Mulia, apa yang terjadi?” sapa Ranjani dengan nada sedikit tegang.Rajendra tidak langsung menjawab. Dia merasakan aura ketakutan yang menyelimuti rumahnya.“Aku takut, Yang Mulia,” lirih Kirana sambil memeluk lengan Rajendra erat-erat.Rajendra mengusap lembut kepala Kirana dan juga Ranjani secara bergantian. “Tidak ada apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja. Kalian tidak perlu khawatir.”“Bagaimana bisa baik-baik saja, Yang Mulia? Bambu keramat itu telah di

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Keputusan Rajendra

    Mendengar cerita mengerikan dari pria tua itu tentang orang yang menghilang setelah menebang bambu keramat, bulu kuduk para pengikut Rajendra langsung meremang. Mereka tanpa sadar mempercepat langkah untuk segera kembali ke desa, menjauhi hutan yang kini terasa angker.Namun, di benak mereka, terlintas kekhawatiran yang sama: bagaimana dengan Dipa yang masih terpaku di luar desa?“Cepat masuk ke rumah kalian semua! Jangan ada yang berani keluar malam ini!” seru pria tua itu dengan nada panik sebelum akhirnya berlari masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu dengan tergesa-gesa.Para pengikut Rajendra saling bertukar pandang dengan ekspresi kebingungan dan ketidakpastian. Mereka semua menunggu keputusan apa yang akan diambil oleh sang pangeran.“Jangan tinggalkan aku di sini, kumohon…” lirih Dipa dengan suara bergetar, air mata mulai membasahi pipinya.Ia kemudian menoleh ke arah Rajendra dengan tatapan memelas. “Yang Mulia … jangan tinggalkan saya. Sungguh, saya sangat takut.”Hati pa

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Semakin Mencekam

    Mendengar teriakan panik Dipa, langkah Rajendra yang sedang memeriksa bambu-bambu yang sudah ditebang terhenti. Ia segera menghampiri Dipa yang masih mematung dengan wajah pucat pasi. “Ada apa, Dipa? Tenanglah,” tanya Rajendra berusaha menenangkan. “Y-Yang Mulia … a-aku … aku baru saja menebang pohon keramat,” jawab Dipa dengan suara bergetar hebat, matanya memandang nanar ke arah bambu yang mengeluarkan cairan merah pekat. Rasa dingin langsung menjalar di tulang belakang para pengikut Rajendra yang lain. Mereka membayangkan hal-hal mengerikan yang mungkin terjadi setelah melanggar pantangan desa. Banyu yang merupakan sepupu Dipa langsung menyalahkan pemuda itu dengan nada panik. “Bodoh kamu, Dip! Kenapa tidak hati-hati! Sekarang bagaimana ini?!” Surapati mendekati bambu yang mengeluarkan cairan merah itu. Ia mengamatinya dengan seksama, namun raut wajahnya menunjukkan kebingungan. “Ini aneh. Aku tidak pernah melihat bambu yang mengeluarkan darah. Mungkin benar, bambu ini t

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Bambu Keramat

    Arwan menghela napas panjang, raut wajahnya menggambarkan beban berat yang selama ini ia pikul bersama warganya. “Kami harus menyetor upeti sebesar lima belas Orun emas setiap empat bulan sekali, Yang Mulia. Itu artinya, tiga kali dalam setahun kami harus menyerahkan total empat puluh lima Orun emas kepada kerajaan.”Mendengar nominal tersebut, Rajendra yang tidak familiar dengan mata uang di zaman itu, dia hanya bisa menerka-nerka nilainya.Namun, dari nada bicara Arwan yang penuh keputusasaan dan ekspresi wajahnya yang menggambarkan penderitaan, ia tahu pasti bahwa jumlah itu sangatlah besar dan memberatkan bagi perekonomian desa.“Dengan jumlah penduduk yang sedikit dan sebagian besar warga hidup dalam kondisi pas-pasan, upeti sebesar itu benar-benar mencekik kami, Yang Mulia,” lanjut Arwan dengan nada lirih.Rajendra mengerutkan keningnya, merasa iba dengan nasib warga Desa Gunung Jaran.“Apakah kalian sudah pernah mencoba meminta keringanan kepada raja?” tanya Rajendra dengan nad

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Penolakan

    Suryakusuma yang mendengar nada bicara Kepala Desa Arwan yang penuh keramahan, mencoba meluruskan kesalahpahaman yang mungkin timbul. Ia tidak ingin dianggap tidak menghargai pemimpin desanya.Namun, alasan sebenarnya di balik penolakannya untuk berkenalan dengan Rajendra adalah prasangka buruk yang sudah mengakar di benaknya.“Bukan begitu maksud saya, Kepala Desa,” kata Suryakusuma dengan nada dibuat-buat menyesal. “saya sangat menghormatimu. Hanya saja, saya sudah terlalu sering bertemu dengan orang-orang seperti dia, orang asing yang datang dengan wajah polos namun menyimpan niat tersembunyi.”Kepala Desa Arwan mengerutkan keningnya, merasa bingung dengan ucapan Suryakusuma.“Memangnya apa yang salah dengan Rajendra, Juragan? Saya melihatnya sebagai orang yang sopan dan memiliki niat baik untuk membantu desa kita,” tanya Arwan.“Mereka itu penuh dengan kemunafikan, Kepala Desa,” balas Suryakusuma dengan nada sinis. “mereka berpura-pura baik dan peduli pada awalnya, tapi pada akhir

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Berkeliling Desa

    Pertanyaan Rajendra menggantung di udara, menciptakan keheningan yang mencekam di antara mereka.Ranjani dan Kirana saling pandang, raut wajah mereka dipenuhi dengan kesedihan dan keprihatinan. Mereka tahu, ingatan Pangeran mereka perlahan mulai kembali, membawa serta luka lama yang belum sepenuhnya sembuh.“Apakah aku … punya empat istri?” tanya Rajendra sekali lagi, nadanya penuh harap namun juga tersirat ketakutan akan jawaban yang mungkin ia terima. “aku baru saja mengingat kilasan masa lalu di mana ada 4 wanita di sampingku.”Ranjani menghela napas pelan sebelum menjawab dengan suara lirih, “Iya, Yang Mulia memiliki empat orang istri.”“Di mana … di mana yang dua lagi?” tanya Rajendra dengan wajah yang kini dipenuhi kepanikan.Bayangan samar-samar tentang kejadian mengerikan di malam kudeta mulai berputar lagi di benaknya.Tiba-tiba, air mata Kirana mengalir deras membasahi pipinya. Ia terisak pelan, mengingat kedua sahabatnya yang kini tidak lagi bersama mereka. Kenangan akan ma

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status