Home / Young Adult / Pernikahan Rahasia Dengan Tuan Muda Berandal / Bab 5 - Kamu Menggodaku, Jangan Salahkan Aku

Share

Bab 5 - Kamu Menggodaku, Jangan Salahkan Aku

Author: EYN
last update Last Updated: 2025-06-02 20:02:34

"Kamu yang mulai menggodaku. Jangan salahkan aku kalau melakukan ini," bisik Erland dengan suara serak.

Perlahan - lahan tubuh Erland mendekat. Sedikit demi sedikit condong ke arah Maureen. Wajahnya begitu dekat hingga napas hangatnya menyapu pipi gadis itu.

Maureen tiba-tiba membuka mata lebar-lebar. 

"Hah?!" Napas Erland tersentak.

Panik, dia langsung rebahan ke sisi Maureen sambil memejamkan mata rapat-rapat. Berpura - pura sedang tidur nyenyak dengan bersikap sepolos mungkin seakan - akan tidak berdosa.

Maureen menatap Erland sambil mengerutkan dahi. “Kamu masih tidur?”

Tentu saja Erland tidak mau menjawab. Tukang berkelahi itu berusaha bernapas setenang mungkin supaya tidak ketahuan, padahal jantungnya berdebar keras. Pasti akan sangat memalukan kalau sampai tertangkap basah sedang mengamati wajah istrinya yang tidak dia sukai.

Tidak ambil pusing, Maureen meletakkan tangan ke dahi Erland. “Bagus sekali. Demamnya sudah turun," gumamnya, berkata pada diri sendiri.

Setelah itu Maureen beranjak dari posisinya, lalu pergi ke kamar mandi untuk bersiap - siap ke kampus. 

Saat turun ke dapur, sarapan sudah siap. Tuan Diandra tidak main - main dengan janjinya untuk memberikan yang terbaik. Pagi ini beliau mengirim pelayan untuk menyiapkan sarapan mereka dan membersihkan paviliun.

“Tolong antar makanan ini untuk Tuan Muda di kamar. Masuk saja, dan letakkan di meja. Pelan - pelan. Erland sedang tidur," pinta Maureen, dagunya menunjuk kearah kamar yang dia maksud.

"Baik, Nona," angguk Pelayan sambil tersenyum sopan.

Sementara itu, di kamar, Erland yang sedang pura - pura tidur tersenyum saat mendengar seseorang masuk. Dia pikir Maureen yang masuk. Beberapa detik menunggu, tidak terdengar suara Maureen.

Penasaran, Erland mengintip dengan membuka sebelah mata.

"Lho?! Kok kamu? Mana Maureen?" seru Erland seakan tak terima. Dia langsung duduk dan menatap tajam pada pelayan.

"M... maaf, Tuan. Tadi..., Nona Maureen yang menyuruh saya mengantarkan makanan kesini. Beliau melarang saya mengetuk pintu karena takut mengganggu tidur Tuan Muda," gagap Pelayan sambil menunduk takut - takut. Anak majikannya ini terkenal galak dan pemarah.

"O'ya?" Wajah garang Erland memudar, berganti dengan sebuah senyum samar.

Pelayan mengerjapkan mata. Ini pertama kalinya dia melihat senyum sang Tuan Muda, meski senyum itu lebih mirip seringai karena luka bekas perkelahian semalam.

"Apa lihat - lihat!?" Erland melengos supaya pelayan tidak melihat dengan jelas luka - luka di wajahnya. "Aku peringatkan kamu! Kalau sampai kamu lapor ke Papaku, kamu akan merasakan akibatnya," ancam Erland kembali ke mode angkuhnya.

"B...-baik, Tuan." Pelayan menunduk semakin dalam.

Erland mengibaskan tangannya, mengusir pelayan supaya meninggalkan ruangan. Matanya kini beralih ke nampan yang berisi sarapan pagi. Untuk kedua kalinya perasaan asing yang tidak bisa dijelaskan itu menyusup ke dalam hati Erland.

Selanjutnya keinginan untuk pergi ke kampus menyeruak begitu kuat. Tak mau membuang waktu, Erland menghabiskan sarapannya, lalu bersiap pergi ke kampus. 

Setengah jam kemudian, si tukang bolos itu sudah berada di kampus. Bukan untuk kuliah atau menemui dosen, melainkan menunggu Maureen selesai kuliah.

Orang yang di tunggu menjalani harinya seperti biasa. Usai kuliah, gadis itu bergegas keluar kampus.

Tin!

Maureen mengerutkan kening, lalu melengos. Dia baru saja keluar dari kampus, dan hendak pergi ke halte bus. Dari sudut matanya, Maureen merasa kalau ada sebuah mobil tadi bergerak mendekatintya.

Tin! Tin!

Maureen berusaha tidak menoleh. Dia mengayunkan langkah lebih cepat.

Tin! Tin!

Ternyata, orang yang mengklakson belum menyerah. !Dia menurunkan jendela mobil, lalu berseru, "Hey! Masuk!"

"CK! Siapa sih?! Dasar iseng!" omelnya mulai terpancing emosi. Dari panas mesin yang terasa di kulit, Maureen tahu kalau jarak mobil dengan dirinya sudah sangat dekat.

Maureen langsung berbelok arah ke jalan setapak yang hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki.

"Aman! Mobil tidak akan bisa masuk ke jalur ini," pikirnya sambil menghembuskan napas.

Kelegaan itu tidak berlangsung lama, karena Maureen mendengar suara pintu mobil ditutup, dilanjutkan dengan suara langkah - langkah kaki cepat terdengar mengikutinya.

"Hey, Bodoh! Tunggu aku!" Sebuah tangan menyentuh bahunya.

Maureen berbalik badan dengan amarah yang meluap - luap.

"KURANG AJ...-!" Maureen melayangkan telapak tangan di udara.

"HUP!"

Tangan Maureen tertahan di udara. Erland mencengkeram pergelangan tangannya.

Mata mereka bertemu.

"Kamu ini kenapa, sih?! Hobi banget menyerang aku?" sergah Erland kesal.

Maureen mengerjap. Rambut gondrong kecokelatan yang diikat, topi, masker, dan kacamata hitam. Tapi tetap saja… “Heh?! Erland?"

"Iya! Ini aku. Kamu pikir siapa, hah?"

"Dasar kurang kerjaan! Ngapain kamu mengikutiku?" sembur Maureen penuh emosi.

"Kamu pikir kamu siapa sampai aku mau mengikuti kamu?” Erland mengamati Maureen dari balik masker. Istri sementaranya ini masih setia dengan kaos oversize dan celana kulot semata kakinya. "Kamu tidak ada menarik - menariknya"

Tidak menjawab apa pun, Maureen merespon dengan gaya yang menyebalkan. Gadis itu melipat tangan di depan dada sambil mencibir. Bahasa tubuhnya menunjukkan kalau dia tak percaya ucapan Erland.

"Kalau bukan karena perintah Papa, mana mau aku menjemputmu," tambah Erland lagi. Gengsinya masih setinggi langit untuk mengakui yang sebenarnya.

"Hm..."

"Cepetan naik! Kamu sudah membuang waktuku," perintah Erland lagi sebelum Maureen sempat membuka mulut.

"CK! Apa boleh buat!" Maureen mengedikkan kedua bahunya, lalu mengikuti Erland berjalan menuju mobil mahalnya.

Klik.

Seseorang yang ada dibawah pohon memotret Maureen yang sedang masuk ke dalam mobil Erland.

Dan, di foto itu wajah Maureen terekam dengan jelas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Effie Widjaya
erland mulai tergoda kutilang darat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pernikahan Rahasia Dengan Tuan Muda Berandal   Bab 41 - Aku Menginginkan Kamu

    "Apakah kalau aku bersikap manis, maka kamu mau bersamaku terus malam ini?" Maureen mengerjap, tidak tahu harus merespon apa pertanyaan Erland barusan. "Temani aku tidur sampai pagi," pinta Erland dengan mata terus melekat pada gadis yang berstatus istrinya. "Kamu yakin?" tanya Maureen. Erland mengangguk. "Aku mau kamu malam ini." "O'ya?" "Ya. Ternyata aku menginginkan kamu," bisik Erland di telinga Maureen. Maureen memejamkan mata, menahan supaya tidak jatuh dalam pesona Erland. "Apa kamu benar-benar bahagia bersamaku?" uji Maureen sekali lagi. Kali ini dia membuka mata dan menatap Erland dalam-dalam. Pertanyaan ini membuat Erland mulai berpikir. Kecantikan Maureen, sikap yang apa adanya, lalu tingkahnya yang menggemaskan. Ya. Maureen membuatnya nyaman. "Aku bahagia bersamamu. Aku benar-benar menginginkan kamu," jawab Erland dengan suara berbisik. "Tapi, Erland," Maureen menangkupkan kedua telapak tangannya ke pipi Erland sambil menatap dengan lembut, "Kamu adalah tipe la

  • Pernikahan Rahasia Dengan Tuan Muda Berandal   Bab 40 - Menghabiskan Malam Bersama

    "Kenapa? Bagaimana kalau kita pulang?" bisik Erland, tangannya semakin liar menjelajah. "Kita lanjutkan pestanya di rumah. Berdua saja...""Huh!" Maureen melotot kesal karena Erland sama sekali tidak peka kalau perutnya lapar."Acaranya membosankan sekali. Iya kan?" tanya Erland sok polos, tanpa canggung mengecup pundak Maureen.Maureen terjengit. Matanya melirik ke kanan dan kiri, berharap tidak ada yang memperhatikan mereka."Untunglah, orang-orang itu sedang fokus ke pembawa acara," batinnya lega."EHM!" Deheman Reinner kembali mengagetkan Maureen. Dia mendongak."Sebaiknya kamu turuti ajakan suamimu untuk pulang, Reen. Sorry, ini demi kebaikan bersama. Aku khawatir akan terjadi hal yang diinginkan oleh Erland disini," celetuk Reinner dengan raur datar."Rein...," desisnya, kehilangan kata-kata. Malunya sampai ubun-ubun. 'Aksi' Erland ternyata diketahui oleh Reinner.Berbeda dengan Maureen, Erland tidak terlihat canggung sama sekali. Seakan mendapat dukungan, dia menggamit tangan Ma

  • Pernikahan Rahasia Dengan Tuan Muda Berandal   Bab 39 - Tergoda Pada Punggung Terbuka

    "Maaf. Begitu sampai, aku langsung sibuk. Rencananya besok aku akan menemuimu." Reinner membalas pelukan Maureen, tapi dengan segera melerai pelukan mereka. "Datang bersama suami tercinta, hm?" tanya Reinner, menahan diri untuk memuji Maureen yang mempesona malam ini. "Tuh! Orangnya disana. Aku diabaikan." Maureen mencebikkan bibir kearah Erland dan gerombolannya. Cara bicaranya seperti gadis kecil yang sedang mengadu tentang temannya yang nakal. "Businessman butuh relasi. Erland sedang membangun relasi sebanyak mungkin," hibur Reinner dengan sabar, sebisa mungkin mengurangi sentuhan fisik diantara mereka. "Relasi sih relasi. Tapi, menurutku, dia itu tidak bertanggung jawab. Dia yang mengajak, tapi dia pula yang membiarkan aku kelaparan," keluh Maureen. Hidungnya mengendus aroma gurih fish and chip bercampur jamur panggang membuat Maureen meneteskan air liur. Reinner tertawa pelan melihat ekspresi Maureen yang menggemaskan. "Jadi, sebenarnya kamu kesal karena diabaikan atau karena

  • Pernikahan Rahasia Dengan Tuan Muda Berandal   Bab 38 - Saling Menggoda

    "Ada apa denganmu? Kamu terpesona padaku? Aku cantik kan?" Maureen memberondong Erland dengan pertanyaan. Semuanya diucapkan gadis itu dengan sangat percaya diri. Erland berdehem beberapa kali. Dia menatap Maureen tak berkedip, dari ujung kepala hingga ujung kaki tanpa menyembunyikan kekagumannya. "Can-cantik... cantik sekali," pujinya dengan canggung. "O'ya?" pekik Maureen girang. Hatinya seakan terbang ke luar angkasa. Kalau tidak malu, mungkin dia sudah salto atau loncat-loncat saking senangnya. Erland sangat pelit pujian. Kalau sampai dia memuji, berarti itu yang sebenarnya. "Ayo masuk!" ajak Erland, ingin menyudahi kecanggungan yang tiba-tiba menyeruak dari dalam diri. "Ayo," angguk Maureen sambil berbalik badan, dan mata Erland langsung membelalak lebar. "Sial! Harusnya aku tidak memilih baju ini untukmu!" gerutu laki-laki itu, menyalahkan diri sendiri. Meski rambut Maureen dibiarkan tergerai, ternyata masih kurang panjang untuk menutupi pungggungnya yang terbuka. Erlan

  • Pernikahan Rahasia Dengan Tuan Muda Berandal   Bab 37 - Istri Tercinta

    Sesaat Erland berdiri canggung. Jujur hatinya bergetar setiap melihat wanita yang sudah melahirkannya ini. "Kalau Ibuku datang berkunjung, pasti aku akan senang sekali." Suara Maureen terngiang di kepalanya, seakan mengingatkannya untuk memperlakukan Lillian dengan lebih sopan. “Terima kasih sudah datang, Nak," ucap Lillian akhirnya. Suara lembutnya menyusup masuk ke telinga Erland, lalu merasuk hingga ke dalam hatinya. Terasa hangat dan tulus. "Aku kesini karena mengantar Maureen. Kalau bukan demi dia, aku tidak akan pernah mau menginjakkan kaki kesini," ucap Erland dengan nada tajam. Ah, lagi-lagi Erland mengeraskan hati. Dia sedikit berbohong pada Lillian, padahal Maureen tidak pernah mengusulkan untuk datang ke Oddelia House. Ini semua murni idenya karena melihat rancangan Lillian sangat pas di tubuh Maureen. Lillian tersenyum penuh pengertian, tatapannya teduh saat berkata, "Apapun alasanmu datang, aku tetap berterima kasih atas kunjungannya. "Aku ada urusan penting," jawab

  • Pernikahan Rahasia Dengan Tuan Muda Berandal   Bab 36 - Ingin Mendekat Dan Memeluk

    "Dia mau datang kesini saja, sudah sangat bagus," ketik Lillian di ponselnya. Satu tetes air mata meluncur saat dia mengirimkan pesan pada Marco, orang yang selama ini selalu memberikan informasi tentang puteranya.Wanita itu duduk dengan anggun di ruangan yang letaknya tepat bersebelahan dengan ruang dimana Erland dan Maureen berada. Matanya tak bisa lepas dari layar CCTV besar yang menampilkan suasana ruang fitting utama. Dari layar itu, setidaknya dia bisa lebih lama melihat puteranya.Dia mengerjapkan mata supaya pandangannya tidak kabur. Tidak hanya rindu tapi juga ada haru menyesakkan dada Lillian."Ini kabar baik, Nyonya. Sepertinya Nona Maureen membawa kebaikan untuk Tuan Muda. Akhir-akhir ini, Tuan Muda juga lebih fokus bekerja dan tidak pernah pergi ke club malam," balas Marco, sekaligus menceritakan kabar baik tentang Erland. "Dia kesini sebagai pelanggan, bukan untuk menemuiku. Meski begitu aku sudah senang sekali," tambah Lillian. Sudah bertahun-tahun Erland menjauh dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status