Share

Pernikahan Yang Tidak Ku Inginkan
Pernikahan Yang Tidak Ku Inginkan
Penulis: Sabrrinasweet

Nathan

Kalea tertawa melihat kelakuan Nathan yang sedang berjoget dengan pengamen jalanan. Kalea tidak pernah kehabisan tawa jika berada di dekat pria ini.

Nathan menghentikan kegiatannya dan kembali berjalan mendekati pacarnya. Ia merangkul bahu Kalea dengan hangat dan mengecup kening wanitanya.

"Aku tuh multitalenta, Lea."

Kalea menganggukkan kepalanya. Mengiyakan perkataan dari Nathan. Nathan emang serba bisa. Mungkin karena itu ia mencintai pria ini.

Mereka menyusuri jalan yang sudah sangat sering mereka lalui. Langkah mereka berhenti ketika berada di sebuah rumah yang ada di depan mereka. Nathan membuka pintu tersebut dan mempersilahkan Kalea untuk masuk terlebih dahulu.

Kalea duduk di sofa ruang tamu. Ia sudah sering berada di rumah ini dan tetap saja, ia selalu mengagumi rumah yang ditempati oleh Nathan.

"Keluarga kamu pasti kaya banget ya.. rumah di Jerman itu kan gak murah," tutur Kalea kepada Nathan yang sudah duduk di sebelahnya.

"Rumah ini kan kecil, Lea. Jadi lebih murah," jawab Nathan. Kalea memutarkan bola matanya mendengar perkataan Nathan. Kalea sangat tau jika Nathan mengatakan kebohongan.

"Kapan kamu mau ngenalin aku sama om dan tante mu, Lea?" Tanya Nathan.

"Udah hampir tiga tahun loh kita. Tapi kamu masih gak mau juga ngenalin aku sama keluarga kamu," sambung Nathan lagi. Kalea tidak tau harus menjawab apa jika sudah berhubungan dengan masalah ini. Ia terdiam untuk sesaat. Memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan kepada Nathan.

"Kamu kan tau aku sangat ingin ngenalin kamu sama keluarga aku, Nat. Tapi aku rasa belum waktunya. Setelah kita pulang ke Indo, aku akan langsung ngenalin kamu ke mereka. Aku janji," ucap Kalea.

Nathan berusaha untuk tersenyum. Ia mencoba untuk mengerti keadaan Kalea. Tetapi selama Nathan mencoba mengerti, ia sama sekali tidak mengerti mengapa Kalea tidak mau memperkenalkan dirinya ke keluarganya.

"Kalau gitu.. gimana kalau aku dulu yang ngenali kamu ke keluarga aku?" Tawar Nathan. Nathan sebenarnya sudah tau apa yang akan Kalea katakan. Tetapi ia masih tetap berusaha mempertanyakan semua ini.

"Sayang.. kita udah pernah bahas ini kan? Aku tau kamu serius sama aku, karena memang aku juga sangat serius sama kamu. Tapi aku rasa semuanya masih terlalu dini. Aku udah pernah bilang kan sama kamu, setelah kita kembali ke Indonesia aku akan memperkenalkan kamu langsung ke keluarga aku dan kamu bisa ngenalin aku ke keluarga kamu."

Kalea menatap wajah Nathan yang sudah tersirat kekecewaan di dalamnya. Ia sebenarnya tau gimana rasanya. Tetapi Kalea tidak mau terlalu terburu-buru dengan semua ini. Ia tidak mau membuat om dan tantenya terkejut dengan kelakuannya. Karena Kalea tidak ingin membuat om dan tantenya kecewa dengannya.

"Kamu sabar ya sayang.." sambung Kalea sembari memegang pipi Nathan dengan lembut.

Nathan menganggukkan kepalanya dan berusaha untuk tersenyum kepada Kalea. Ia memegang tangan Kalea yang sedang memegang pipinya.

"Aku akan tunggu janji kamu itu!" Seru Nathan dengan serius. Kalea tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Tetapi di balik itu semua, sebenarnya Kalea sangat takut. Ia takut tidak dapat menepati janjinya kepada pria yang ia cintai ini.

Detik berikutnya, Nathan membawa Kalea kedalam pelukannya dan mengelus lembut punggung Kalea. Nathan tidak akan pernah bisa melihat Kalea berada di pelukan pria lain. Ia tidak mau hal itu terjadi, karena itu Nathan selalu mempertanyakan hal yang membosankan ini.

Dering handphone Nathan membuat dirinya harus melepaskan pelukannya dengan Kalea. Ia mengambil ponselnya dari saku jaketnya dan melihat nama orang yang ia sayangi berada di layar handphonenya.

"Mas aku video call," tutur Nathan kepada Kalea. Kalea ikut tersenyum. Nathan sering cerita tentang saudara satu-satunya yang ia miliki. Pria yang sudah memiliki anak perempuan berusia empat tahun. Istri dari pria itu sudah meninggal tepat setelah melahirkan putrinya.

Saat pertama kali Kalea mendengar itu, ia merasa iba dengan keluarga tersebut. Bahkan sampai sekarang, saudara Nathan masih belum bisa menemukan pengganti istrinya. Kalea sangat mengerti mengapa pria itu masih belum bisa melupakan almarhumah istrinya itu.

"Hai mas.. gimana Indonesia?" Tanya Nathan dengan semangat. Kalea sedikit menyingkir agar ia tidak masuk ke dalam video call tersebut.

"Baik. Kamu kapan pulang? Udah selesai kan kuliahnya? Mama sama papa nanyain kamu terus."

"Sabar dong mas.. bulan depan atau tahun depan mungkin. Lagian aku lagi bujuk adik ipar kamu ini, biar mau aku kenalin ke kalian di sana."

Nathan memegang tangan Kalea yang menunjukkan tangan itu ke saudaranya. Hanya jari-jari Kalea saja yang terlihat. Kalea segera menarik tangannya menjauh. Ia menatap Nathan dengan kesal karena tindakan Nathan tersebut.

"Sama. Mas juga mau ngenalin kakak ipar kamu. Makannya segera pulang," sahurnya yang langsung membuat Nathan melebarkan matanya.

"Ha?! Beneran? Siapa? Kok bisa?"

"Akan mas ceritakan semuanya kalau kamu pulang ke Indonesia." Setelah mengatakan itu, saudara Nathan segera mematikan panggilan tersebut.

Wajah terkejut dari Nathan berhasil membuat Kalea tertawa kecil. Ia sangat suka ketika melihat wajah syok Nathan seperti ini.

"Harusnya kamu tuh senang. Bentar lagi keponakan kamu mau punya ibu sambung," ucap Kalea menyadari Nathan dari terkejutnya.

"Iya aku senang.. tapi kenapa aku baru tau? Tega banget!"

Kecupan hangat mendarat di pipi Nathan dan membuat Nathan sedikit melupakan apa yang baru ia dengar.

"Sekarang kita masak aja. Aku udah laper," tutur Kalea.

Nathan segera berdiri dari duduknya dengan semangat. "Ayo princess... Saya akan membantu princess memotong sayuran."

Nathan mengulurkan tangannya ke hadapan Kalea. Kalea pun meraih tangan tersebut dan bangkit dari duduknya.

"Bantu kok cuman motong sayuran sih.." dumel Kalea.

"Aku kan gak jago masak, sayang."

"Belajar makannya!"

Nathan hanya bisa menggaruk kepalanya mendengar perkataan Kalea. Ia dari dulu sangat tidak tertarik belajar memasak. Jika Nathan lapar, ia lebih memilih untuk memesan makanan atau makan di restoran yang ia inginkan.

Sesampainya di dapur, Kalea langsung menuju kulkas untuk melihat apa yang akan ia masak untuk mereka makan.

Kalea mengeluarkan sayur brokoli yang mereka beli tiga hari yang lalu. Sama seperti tiga hari yang lalu, kulkas Nathan tidak ada yang berubah.

"Kamu tuh harus belajar masak, Nathan. Nanti kalau tiba-tiba semua restoran tutup, kamu mau makan apa?" Tanya Kalea sembari mengeluarkan bahan-bahan yang akan ia olah menjadi masakan.

"Kan ada kamu, sayang. Nanti kamu yang masak dan aku yang cuci piringnya," jawab Nathan dengan santai. Kalea hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar jawaban itu.

Ia kembali fokus dengan bahan-bahan masakan yang ada di depannya dan mengabaikan jawaban dari Nathan yang akan membuatnya semakin kesal nantinya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status