Share

Bab 2

Penulis: Lionel Lussy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-16 15:38:36

Bab. 2 

Dua hari lalu

Langit kota Mayro tiba-tiba merah, asap tebal membumbung tinggi ke langit malam yang gelap, disusul ledakan yang mengguncang tanah. 

Gedung Robin Group, ikon megah kota sekaligus pusat dari perusahaan raksasa dunia, kini terbakar hebat. Api menjalar liar, melahap setiap jendela kaca dengan bunyi pecahan yang menyakitkan telinga.

"Tolong! Tolong!"

Jeritan dan teriakan menggema di setiap sudut jalan. Orang-orang dalam gedung berlarian tak tentu arah, berusaha mencari perlindungan. 

Sirine mobil pemadam kebakaran meraung memecah malam, diikuti deru kendaraan ambulans yang bergegas menuju lokasi.

“Kami membutuhkan bantuan tambahan! Gedung ini bisa runtuh kapan saja!” 

Suara-suara panik terdengar di mana-mana, para petugas damkar dan Polisi bekerja sama menyelamatkan orang-orang yang terjebak.

Beberapa helikopter berita nasional melayang rendah, mengirimkan siaran langsung ke seluruh pelosok kota dan negeri. 

"Kami melaporkan langsung dari lokasi kejadian! Gedung Robin Group, pusat dari kekaisaran bisnis internasional, kini dalam kondisi kritis setelah ledakan besar terjadi sekitar pukul 9 malam waktu setempat!" 

"Tuan Sion Alexander Robin, yang merupakan CEO utama group Robin, belum ditemukan dalam peristiwa ini. Semua orang sedang mencarinya." 

Para wartawan menyebarkan berita yang sama, seluruh kota jadi cemas. Bahkan seluruh dunia yang tergabung dalam kerja sama dengan Robin Group ikut panik, soal hilangnya pimpinan tertinggi perusahaan raksasa itu.

“Evakuasi, cepat!”

“Cari Tuan Sion!"

Teriakan menggema di seluruh gedung, barikade team penyelamat berjuang masuk ke dalam. Untuk mencari sosok penting tuan mereka yang belum ditemukan dalam musibah ini.

Tapi api mulai melahap habis semua yang ada di hadapannya. Seolah harapan untuk menemukan Sion semakin menipis dalam kobaran api yang mengamuk.

“Selamat kan dokumen penting Robin Group!!” 

Teriakan seorang pria berambut coklat tedengar memerintah, kemeja putihnya sudah lusuh kehitaman, wajahnya banjir keringat.

“Dasar serakah! Nyawa manusia lebih penting ketimbang kumpulan kertas itu. Edward!” 

Marco menarik kemeja Edward, mendorongnya turun dari lantai lima belas yang sudah dipenuhi api.

"Lepaskan aku, Marco! Bahkan dokumen itu lebih berharga dari nyawamu!"

DUAR!

Ledakan keras terdengar, seiring dengan jeritan orang-orang di luar dan di dalam gedung. Puing-puing mulai runtuh, bangunan gedung sudah mulai bergetar. 

“Ayok kita keluar! Edward! Kita harus keluar sekarang juga!" Marco berteriak, membentak sahabat karibnya.

“Apa Sion sudah ditemukan?” Edward bertanya, matanya mengunci tatapan Marco.

“Mungkin Sion sudah di luar Ed! Team penyelamat pasti mencari dia terlebih dulu. Ayo kita keluar juga!" 

Marco menarik tangan Edward, tapi pria itu tetap keras kepala, melemparkan lencana kebanggaannya pada Marco.

“Aku titip itu, aku harus memastikan Sion tidak terjebak di dalam. Dan aku aku harus menyelamatkan beberapa dokumen penting.” 

Edward berlari masuk, menembus kepulan asap hitam yang bercampur dengan gumpalan api merah.

“EDWARD!” teriak Marco. 

Kakinya hampir mengejar, tapi beberapa petugas pemadam kebakaran gegas menahan tubuhnya.

“Lepaskan aku!” Marco meronta.

 “Tidak akan kami lepaskan! Apa kau ingin mati? Hah?!”  

Petugas pemadam menyeret Marco secara paksa keluar dari dalam gedung.

Di luar gedung, suasana semakin ramai. Para liputan media internasional sibuk meliput kekacauan, televisi-televisi besar di gedung-gedung sekitar sibuk menampilkan pakar saham yang bicara dengan tergesa-gesa.

“Jika Robin Group benar-benar lumpuh, pasar saham global bisa runtuh! Dampaknya tidak hanya pada ekonomi lokal, tetapi akan terasa di seluruh dunia."

Di lokasi kejadian, debu beterbangan seperti kabut tebal. Seorang petinggi Polisi tampak berdiri di depan barikade pasukan, matanya memindai gedung dengan penuh ketegangan. 

“Apakah ini kecelakaan atau serangan?”

“Kami belum bisa memastikan, dan kami juga hanya temukan satu petinggi perusahaan, itu adalah tuan Marco! Wakil direktur Robin Group!” satu polisi muda melapor kepada atasannya.

Mendengar hal tersebut, mata Marco membelalak, ia bertanya pada polisi itu "Apa? Kenapa hanya aku yang diselamatkan? Lalu dimana Sion?" 

"Kami masih berusaha menyelamatkan semua orang, tuan! Tenanglah! Termasuk Tuan Sion." 

"Apa kau bilang? Tenang? Sion wajib ditemukan, cepatlah bekerja!" 

Marco semakin panik, dan Polisi itu mencoba menenangkan Marco. "Kami sedang berusaha, tuan." 

Marco menghela nafasnya, dan tatapannya kembali menoleh ke arah gedung, lantai lima belas tempat ia berpissh dengan Edward tadi. Di sana ia melihat kobaran api yang semakin menggila.

DUAR!

Sebuah ledakan keras terdengar dari lantai 17. Getaran dahsyat terasa hingga ke jalan, membuat debu dan pecahan kaca beterbangan di udara. Seketika, lantai 17 runtuh, hingga menghantam lantai 15 tempat Edward berada.

“EDWARD! SION!” 

Marco berteriak sekuat tenaga, langkahnya maju meski panas dari gedung terasa membakar kulitnya. 

Beberapa petugas pemadam segera menahan tubuh Marco, yang hampir menerobos garis pembatas.

“Lepaskan aku! Saudara-saudaraku masih di dalam!” Marco meronta, wajahnya penuh peluh dan debu.

Seorang perwira kepolisian mendekat, mencoba menenangkan Marco yang masih sangat terguncang.

Sementara team terbaik dikerahkan, untuk mencari dimana Sion berada. Banyak korban jiwa berjatuhan dalam ledakan ini, entah ini kecelakaan atau sebuah konspirasi besar yang sedang mempermainkan perusahaan Robin Group.

"Dengar, pak! Kau harus menemukan Sion, juga Edward. Kerahkan seluruh team terbaik yang kau punya. Kami akan bayar berapapun."

Perwira polisi ini mengangguk. “Kami sedang berusaha. Tapi situasinya berbahaya. Struktur gedung bisa runtuh kapan saja. Kami harus mengutamakan keselamatan banyak nyawa!” 

Ucapan itu terdengar semakin mencekam Marco, ia semakin tenggelam oleh rasa cemas.

Marco berdiri di samping petinggi polisi, memandang dengan tegang ke arah gedung yang terbakar. Napasnya berat, hatinya berdebar kencang. 

“Kumohon, Sion … Bertahanlah. Edward, aku harap juga ada keajaiban yang membuat kau selamat!”

****

Sion reflek membungkam mulut Roura dengan tangannya, membuat gadis ini membulatkan mata.

“Tolong, jangan teriak! Aku bukan orang jahat!”

Roura menatap Sion dengan mata membelalak, napasnya terengah-engah. Dia tidak bisa bicara apapun lagi sekarang.

Dari luar pintu, terdengar ketukan keras. “Roura? Ada apa di dalam? Kau baik-baik saja?” 

Suara pak Wiil terdengar cemas, Roura mulai ketakutan, ia hendak menjawab tapi tidak bisa. Tangan kekar Sion membungkam mulutnya.

"Jangan bilang ada aku di sini, dia akan mengira kau aneh lagi. Dan kau akan kehilangan pekerjaan, apa kau mau?" 

Roura menggeleng kepala.

Namun ada yang lebih mengejutkan bagi Sion, yaitu fakta bahwa tangannya benar-benar bisa menyentuh Roura. Ia benar-benar bisa merasakan hangat tubuh gadis ini dalam pelukannya. 

“Aku ... aku bisa menyentuhmu? Tapi kenapa? Kenapa aku tidak bisa menyentuh orang lain?” 

Sion bertanya pada dirinya sendiri, sementara Roura terus meronta, mendorong tangan Sion yang masih membungkam mulutnya. 

Pria ini akhirnya, melepaskan tangannya dari tubuh ramping Roura dengan ekspresi bingung.

“Maaf.” 

“Tapi dengar! Ini penting. Tidak ada seorang pun yang bisa melihatku kecuali kamu. Kalau bosmu masuk dan melihatmu histeris sendiri, dia akan menganggapmu gila. Kau pasti akan dipecat.”

Sion mengancam gadis itu, namun Roura tidak peduli. Dengan suara lantang, ia berteriak. 

“Pak Will! Ada orang mesum di ruang ganti!”

“Apa?! Orang mesum?!” 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pesona Hantu CEO   Bab. 3

    Pak Will. Dengan gerakan cepat mendorong pintu itu, ia melangkah masuk dengan wajah penuh cemas. Dan memindai ruangan itu, tapi tidak melihat apapun atau siapa pun di sana selain Roura yang berdiri dengan napas memburu.“Mana orangnya?!” tanya Pak Will mendesak.Roura masih terengah-engah, langsung menunjuk ke samping, ke arah tempat Sion berdiri beberapa detik yang lalu. “Dia ada di sana!”Pak Will menoleh ke arah yang ditunjuk, tetapi ruang itu kosong. Tidak ada siapa pun yang bisa ia lihat.Roura juga segera menoleh ke arah yang sama, ia terkejut mendapati Sion sudah tidak ada di sana. Hanya udara kosong yang menyambut tatapannya.Kini wajah Pak Wiil terlihat marah, ia menghela Nafas mencoba bersabar dengan sikap gadis ini.“Roura? Apa kau sedang mencoba bercanda denganku? Karena ini sama sekali tidak lucu.”“Tapi ... tapi tadi dia ada di sini!” jawab Roura panik, menunjuk ke ruang kosong itu lagi.Pak Will menatapnya dengan tajam, menahan marahnya sekuat tenaga. Lalu pria ini me

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Pesona Hantu CEO   Bab 4

    Roura segera mengambil kain sembarangan, untuk menutup tubuhnya lebih rapat. Ia melirik ke sekeliling kamar, mencoba mencari alasan masuk akal mengapa Sion bisa masuk ke dalam kamarnya.Sion tertawa terbahak, melihat Roura yang ketakutan sambil menutup seluruh tubuhnya. Seolah Sion adalah penjahat yang akan merenggut kesucinnya."Hey, ayolah ... Aku hanya ingin tidur di sini," jawab Sion tanpa rasa bersalah."Kurang ajar, kau tidak bisa sembarangan tidur di kamar ku! Apalagi kau lihat aku dalam keadaan seperti ini!"Roura marah lagi, sementara Sion hanya mengangkat alis, sambil tertawa lagi. Pria ini berjalan mendekat ke arah Roura, membuat gadis itu agak ketakutan. Apalagi tubuh tegap Sion terlihat sangat kuat, pasti ia bisa menarik kain yang melilit tubuh Roura dengan mudah. "Tolong jangan tatap aku seperti itu, tuan!" pinta Roura."Seperti apa maksudmu, Roura? Aku hanya melihat seorang manusia yang habis mandi dan terlihat marah."Roura berjalan mundur, sementara Sion terus berj

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Pesona Hantu CEO   Bab 5

    Roura menatap Sion dengan kesal, seperti baru saja mendengar lelucon paling tidak lucu di dunia. "Tunggu, jadi sekarang aku terjebak dengan hantu CEO yang punya ego sebesar menara Eiffel? Dan logika seperti anak usia lima tahun? Fantastis. Hidupku benar-benar luar biasa."Sion mengangkat bahu dengan ekspresi tak berdosa. Ia menertawakan kekesalan Roura dan baru saja mengeluhkan hidupnya."Yah, kau sangat beruntung sebenarnya. Jarang sekali aku datang untuk meminta bantuan pada orang lain."Sungguh sikap Sion terlalu menyebalkan bagi Roura, gadis ini mendengus kesal. Menggelengkan kepala tak percaya dengan nasib aneh yang menimpa dirinya."Maaf, tuan Sion yang terhormat. Tapi aku terlalu sibuk dengan kemiskinanku untuk peduli. Jadi pergilah!"Sion mendekat, mendekatkan wajahnya hingga hanya beberapa inci dari wajah Roura. Tapi kali ini Roura tidak takut lagi, dia menatap Sion dengan berani, membuat Sion tertawa kecil."Keluar dari sini! Atau aku akan ....""—Berteriak? Dan mengundang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Pesona Hantu CEO   Bab 6

    Roura menghela nafas lelah. "Baiklah, kalau begitu, apa yang bisa aku bantu?" "Temukan tubuhku, dan pastikan aku sudah mati atau belum," jawab Sion, kali ini ia bicara serius tanpa sebuah senyuman.Roura agak bingung dengan permintaan itu. "Bagaimana aku tau soal tubuhmu, tuan Sion?"Sion berdiri dari sana, menatap jauh ke depan, seolah akan mengatakan sebuah strategi yang sangat penting."Kamu harus melakukan penyelidikan, cari tau dimana tubuhku berada. Dan ingat, Kau harus mulai melakukan penyelidikan ini secepatnya,” perintah Sion.Roura tertawa kecil sambil melipat tangan. “Hari ini aku harus bekerja.”Sion mendadak meledak dalam tawa, seperti baru mendengar lelucon terlucu sepanjang hidupnya—atau kematiannya. “Lupakan pekerjaan dengan gaji kecil itu, Rou,” kata Sion.Roura menatapnya tajam, lalu menggelangkan kepala. “Yang kau bilang kecil itu, Tuan Kaya Raya. Itu cukup untuk menghidupiku, tahu.”“Oh, ya? Berapa gajimu di sana, kalau boleh tahu? Satu digit? Dua digit? Atau sek

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Pesona Hantu CEO   Bab 7

    Pria itu kembali mengomel pada Roura. "Apa urusannya denganmu, nona? Berani sekali kau menanyakan soal tuan Sion. Memangnya siapa kau? Hanya seorang wartawan kecil."Roura menghela napas dalam-dalam, ia masih belum menyerah. Sekali lagi ia mencoba menenangkan diri, dan bicara lagi pada pria di hadapannya.“Dengar, pak. Aku hanya mencari informasi. Tidak ada hubungannya dengan stasiun TV atau—”“Aku tidak peduli! Terkadang para wartawan menutupi jati diri mereka! Jadi sekali lagi aku mohon pergilah! Tempat ini masih berbahaya. Tidak akan ada yang bertanggung jawab jika reruntuhan mungkin akan menimpamu.” bentak pria itu.Akhirnya Roura menyerah, gadis ini berjalan meninggalkan area gedung Robin Group dengan langkah berat. Mulutnya terus saja mengomel sendiri.“Saat aku dimarahi begini, kemana perginya hantu konyol itu? Enak sekali dia hilang saat aku butuh dukungan.”Setelah naik bus kota lagi, akhirnya Roura tiba di apa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-24
  • Pesona Hantu CEO   Bab 8

    Roura terdiam mendengarkan semua yang pria itu sampaikan, dia sudah menduga, kalau momen ini pasti akan datang cepat atau lambat.“Tapi, pak. Bisakah saya mendapatkan sedikit waktu tambahan? Saya sedang mencoba untuk mengumpulkan uang.” pinta Roura.Pria itu menggeleng dengan tegas, memberikan selembar surat kepada Roura.“Sayangnya kebijakan universitas sangat jelas dalam hal ini. Kami telah memberikan cukup banyak peringatan. Jika pembayaran tidak dilakukan dalam dua minggu, nama Anda akan dikeluarkan dari daftar mahasiswa aktif.”Roura menghela napas, mencoba bernegosiasi. “Tapi saya hampir tidak bisa membayar sewa apartemen, bagaimana saya bisa mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu sangat singkat?”“Saya mengerti kesulitan Anda, tapi kami juga harus menjalankan kebijakan yang berlaku. Mungkin Anda bisa mempertimbangkan mengambil pinjaman pelajar, atau berbicara dengan keluarga Anda untuk minta bantuan.”

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Pesona Hantu CEO   Bab 9

    Roura menarik napas dalam, merapikan penampilannya sejenak, lalu mulai melangkah masuk ke area kantor.Sesampainya di dalam gedung, ruangan dalam gedung tersebut memancarkan aura elegansi dan kekuasaan. Lantainya terbuat dari marmer hitam mengkilap dengan pola emas yang seakan dirancang khusus untuk menegaskan status penghuninya. Dindingnya dipenuhi panel kayu mahoni yang dipoles sempurna, dihiasi lukisan-lukisan abstrak bernilai jutaan dolar. Sebuah lampu gantung kristal besar menggantung di langit-langit, memancarkan cahaya lembut yang menciptakan suasana mewah.“Waw!” Roura seakan tersihir dengan kemewahan gedung ini, padahal ini hanya kantor cabang dari menara utama Robin Group.Roura di bimbing masuk ke dalam sebuah ruangan, yang merupakan ruangan tuan Marco.Di tengah ruangan, terdapat meja besar dari kaca berwarna hitam dengan tepi perak, dihiasi ornamen kecil berupa jam antik dengan pena emas. Di su

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Pesona Hantu CEO   Bab 10

    Namun tidak ada pergerakan apapun di sana, ruangan tetap hening tanpa ada suara dari benda ataupun dari mulut seseorang.Andrew mengurut pelipisnya yang agak pusing, pria tua ini benar-benar menganggap Roura sudah kehilangan akal sehatnya. "Sudah cukup! Marco, tolong usir dia sebelum aku benar-benar kehilangan akal sehatku seperti dia."Marco hanya tertawa, tampaknya ia menikmati tontonan ini, Marco menganggap gadis di hadapannya ini cukup lucu dan menghibur, Marco hanya menggeleng pelan sambil tersenyum kecil. "Tunggu, ayah. Apa yang salah dengan dia? Memang ada beberapa orang yang suka tepat dalam mengkhayal," ucap Marco."Ayolah, nak. Jangan biarkan ayahmu yang tua ini harus menyelesaikan kekacauan." Andrew memprotes sikap Marco.Roura berdiri di tengah situasi ini, dengan ekspresi tak berdosa, ia mengedipkan mata polos ke arah Marco. "Jadi aku harus keluar?" tanya Roura. Suaranya terdengar seperti

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26

Bab terbaru

  • Pesona Hantu CEO   Bab 37

    Bab. 37Roura menghentikan langkah, matanya menatap tajam ke arah Andrew yang berdiri menjulang di hadapannya. Tawaran pria itu terlalu menggiurkan, tetapi juga mencurigakan."Apa yang Anda bilang tadi? Anda akan memberikan berapa pun yang aku minta?" tanya Roura.Andrew mengangguk dengan penuh keyakinan. "Tentu saja. Berapa pun yang kau butuhkan, tinggal kau sebut saja."Roura terkekeh kecil, ada nada geli dalam tawanya. "Oh ya ampun, ada apa ini? Biasanya Anda sangat galak dan tidak menyukaiku, tapi kenapa tiba-tiba berubah jadi baik?"Andrew melangkah lebih dekat, ekspresinya tetap tenang namun matanya menyiratkan sesuatu yang sulit dibaca. "Karena ini adalah kesempatan yang saling menguntungkan, Nona. Jika kau menerima penawaranku, kita berdua akan mendapatkan apa yang kita inginkan."Roura menyipitkan mata, tatapannya penuh kewaspadaan. "Penawaran apa yang Anda tawarkan kepadaku?""Ikutlah denganku dulu. Aku akan me

  • Pesona Hantu CEO   Bab 36

    Bab. 36Roura mendekatkan telinganya ke mulut ayahnya. "Aku siap mendengarkannya, Ayah. Ada hubungan apa ibu dengan seseorang bernama Elisa itu?" "Ibumu... Dia..."Namun sebelum ayahnya sempat menyelesaikan ucapannya, napasnya kembali tersengal dan monitor jantung mulai berbunyi tak beraturan."Ayah! Ada apa, ayah?" Roura sangat panik.Melihat kondisi ayahnya, Roura langsung berlari ke luar untuk mencari bantuan. "Suster! Tolong ayahku!" teriak Roura.Beberapa petugas medis segera menuju ke arahnya, dan segera mengikuti langkah gadis ini. "Maaf, Nona, Anda harus keluar sekarang!" ucap Suster, ketika melihat kondisi pasiennya.Beberapa petugas medis lain menghampiri, memaksa Roura mundur dari sana. Sementara dokter-dokter itu segera melakukan tindakan darurat. Kini Roura hanya bisa menunggu dengan cemas di luar ruangan itu, ia tidak tahu harus berbuat apa kali ini, sungguh ia sudah sangat bi

  • Pesona Hantu CEO   Bab 35

    Bab. 35Roura terlihat gemetar mendengar ucapan Louisa, dan Sion bisa melihat bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi. Saat Roura akhirnya menutup telepon, wajahnya tampak pucat.Sion langsung bertanya dengan cepat, "Ada apa, Roura?"Roura menelan ludah, suaranya bergetar saat menjawab, "Ayahku... Louisa bilang dia sedang di rumah sakit sekarang... dan kondisinya kritis."Sion terkejut, "Apa? Jadi ayahmu sakit?"Roura mengangguk cepat, "Benar. Aku harus segera ke rumah sakit sekarang juga!"Sion menatapnya dengan ekspresi serius. "Baiklah, aku akan menemanimu. Kita harus segera pergi dari sini."Tanpa membuang waktu, Roura langsung berlari menuju halte bus dan pergi meninggalkan tempat itu.*Setelah melakukan perjalanan hampir dua jam, Roura akhirnya tiba di rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Ia segera menuju ruang ICU dengan langkah tergesa-gesa. Di ruang tunggu, ia melihat Louisa dan Martha sedang du

  • Pesona Hantu CEO   Bab 34

    Bab. 34Marco dan Andre saling bertukar pandang, terkejut mendengar ucapan itu.Namun, Andre segera bersuara lebih dulu."Apa lagi ini? Kau masih ingin menanyakan soal keberadaan tubuh Sion? Kenapa kau begitu penasaran? Dasar gadis aneh!" Matanya menatap tajam penuh kecurigaan. "Aku curiga kau adalah mata-mata dari pesaing kami."Roura langsung menggelengkan kepala. "Tidak! Bukan itu! Justru aku ke sini untuk memberitahu kalau tubuh Sion—"Tapi tiba-tiba sesuatu yang aneh terjadi.Mulut Roura terbungkam.Seolah ada sesuatu yang tak terlihat menghentikannya berbicara.Mata gadis itu membulat karena terkejut. Lalu, ia menyadari sesuatu…Sion muncul di belakangnya.Tangannya yang tak kasat mata menutupi mulut Roura, mencegah gadis itu mengatakan apapun."Tolong jangan katakan apapun pada mereka," bisik Sion, suara dinginnya bergema di kepala Roura."Aku akan melepaskan tanganku j

  • Pesona Hantu CEO   Bab 33

    Bab. 33Pak Jansen tersenyum getir mendengar pertanyaan Roura. Ia berkata dengan nada berat, "Mungkin jika memang Sion tidak ingin bertemu dengan arwah putriku, aku tidak perlu menjelaskan apa pun kepadamu atau kepada siapa pun. Karena aku bisa melihat, ikatan batin di antara Sion dan putriku ternyata memang tidak ada."Roura terdiam, mencoba mencerna jawaban pria tua itu. Ada sesuatu dalam kata-kata Pak Jansen yang mengusik pikirannya. "Tapi, Pak... kenapa di antara mereka harus ada ikatan batin? Apakah mereka memiliki hubungan darah?"Pak Jansen langsung terdiam, ia mendongak ke atas, mencoba menahan air matanya. Seluruh tubuhnya gemetar, dan Liana yang duduk di sampingnya bisa merasakan bahwa suaminya sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja."Jansen, apa kau baik-baik saja?" tanya Liana yang langsung berdiri dari duduknya.Pak Jansen hanya diam, wajahnya tampak menegang. Liana meraba-raba udara untuk meraih tangan suaminya, kemudian

  • Pesona Hantu CEO   Bab 32

    Bab. 32Sementara di sisi lain, Roura berjalan dengan langkah cepat menuju kantor Robin Group. Rasa kesal masih menggelayuti hatinya, apalagi udara dingin dini hari mulai menusuk kulitnya. Langit masih gelap, hanya diterangi oleh rembulan yang bersinar redup di atas sana. Hari bahkan hampir pagi. Waktu di ponselnya menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Tubuhnya sudah terlalu lelah, kedua kakinya terasa berat, dan rasa kantuk mulai menyerangnya. Namun, ia tidak bisa berhenti sekarang."Aku benar-benar kehabisan tenaga," gumamnya sembari menghela napas panjang.Roura terus berjalan sambil menoleh ke kanan dan kiri. Jalanan semakin sunyi, rasa ngeri mulai merayap di pikirannya. Sementara perjalanan menuju kantor Robin Group masih cukup jauh.Angin malam bertiup dingin, menusuk kulitnya hingga membuatnya merapatkan jaket. Setiap bayangan yang bergerak karena hembusan angin terasa mencurigakan, membuatnya semakin waspada.Tiba-tiba, sua

  • Pesona Hantu CEO   Bab 30

    Bab. 30Sion dan Roura terdiam, bersiap mendengarkan apa yang akan Pak Jansen sampaikan. Pria tua itu menarik napas dalam sebelum akhirnya membuka suara.“Ada alasan kenapa Sion bisa terpisah dari tubuhnya,” ucapnya pelan.Roura mengerutkan kening. “Apa alasannya, Pak Jansen?”Pak Jansen tidak langsung menjawab. Ia berjalan ke arah jendela, menatap rembulan yang menggantung di langit, seolah tengah mengingat sesuatu dari masa lalu. “Ada seseorang yang ingin bertemu dengannya, orang ini sangat ingin bertemu dengan Sion, tapi dia tidak bisa... karena mereka sudah berbeda alam,” jawab Pak Jansen lagi.Roura semakin bingung. “Apa maksud Anda? Siapa seseorang itu? Kenapa dia ingin bertemu dengan Sion? Apakah dia juga sudah meninggal sehingga mereka berada di alam yang berbeda?”Pak Jansen mengangguk perlahan. “Kurang lebih seperti itu, Roura.”Sion yang sejak tadi diam mulai bertanya, walaupun di sana hanya Roura ya

  • Pesona Hantu CEO   Bab 29

    Bab. 29Roura menghentikan langkahnya, lalu menatap dalam ke arah Pak Jansen. Pria tua itu hanya mengangkat bahu dan bertanya, “Apa yang kau pikirkan, Roura?”Gadis itu menggeleng. “Entahlah, Pak Jansen. Aku tidak bisa memikirkan apa pun. Terlalu banyak pertanyaan yang tidak bisa aku jawab sendiri.”Pak Jansen mengangguk pelan, memahami kebingungan gadis itu. “Aku tahu bagaimana rumitnya pertanyaan di dalam kepalamu. Kalau begitu, ikuti aku saja. Aku akan segera menunjukkan sesuatu. Tidak perlu banyak bertanya sekarang, nanti kau akan mengerti pelan-pelan.”Roura akhirnya mengangguk. Ia mengikuti pria tua itu melangkah melewati lorong rumah sakit yang tenang. Langkah kakinya bergema samar, berpadu dengan suara alat-alat medis yang berbunyi lembut dari berbagai ruangan.Hingga akhirnya, mereka berhenti di depan sebuah kamar bernomor 307.Pak Jansen membuka pintunya perlahan.Roura masih terdiam begitu melihat siapa yang t

  • Pesona Hantu CEO   Bab 28

    Bab. 28"Tentu saja, aku akan menjawab semua pertanyaanmu," kata Pak Jansen dengan suara beratnya.Roura langsung tersenyum mendengar jawaban itu. "Terima kasih, Pak Jansen. Lalu apa jawaban Anda? Apa Anda tahu sesuatu tentang Sion?" Tetapi pria tua itu tidak menjawab, ia malah mengedarkan pandangannya ke sekitar. Malam sudah larut, area sekitar Robin Group masih cukup ramai dengan beberapa karyawan lembur yang masih berlalu-lalang.Pak Jansen menatap Roura dan berkata, "Tapi tempat ini bukan lokasi yang tepat untuk berbicara. Bagaimana kalau kau ikut denganku? Aku akan memberimu semua jawaban yang kau cari."Roura sempat terdiam. Ajakan itu tentu saja berisiko. Ini sudah hampir tengah malam, dan ia masih harus pulang ke Kota Mayro. Martha pasti akan marah besar karena ia terlambat. Belum lagi kemungkinan bahaya yang bisa terjadi di jalan. Tapi di sisi lain, ini adalah kesempatan yang tak boleh ia lewatkan.Roura meng

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status