Darryl masih tercengang menatap kepergian Vivian dengan tangan masih memegang pipinya. Ini pertama kalinya ia ditampar oleh seorang wanita. Bahkan ini pertama kalinya juga, ia merasakan tamparan dalam hidupnya.
‘Apakah dia sudah gila? Bahkan dia berani menamparku, sial! ‘ Rutuk Darryl seraya melihat ke arah sekitar. *** “Kita masih berhasil mempengaruhi Darryl, Pa. Itu tandanya posisi Linda masih aman, “ ucap Ibunya Linda. “Kenapa kita ceroboh, Ma. Lihatlah, wanita itu benar-benar membersihkan tubuh Linda, bagaimana jika ia melihat bekas itu? “ tanya papanya Linda membuat mata makanya Linda membulat dengan sempurna. “Oh Tuhan, kenapa mama bisa lupa akan hal itu pa. Bagaimana jika wanita itu menceritakan ini pada Darryl? “ tanya mamanya Linda. Terlihat sekali wajah kedua orang tua Linda pucat pasi, mereka terlihat berfikir, namun mereka langsung mematung ketika melihat pintu ruangan itu terbuka. Bibir mereka semakin terlihat pucat, kala melihat wajah Darryl yang tidak sabar. “Nak Darryl, “ ujar Mamanya Linda seraya saling melempar pandangan dengan suaminya. Melihat wajah orang tua Linda, Darryl pun tersenyum, “tidak apa-apa tante, aku akan disini menemani kalian, “ ujar Darryl membuat kedua orang tua Linda bernafas dengan lega. *** Hiks… hiks… hiks “Kau jahat sekali Darryl. Apakah kau pikir aku akan takut denganmu? Tidak, jika aku tidak menghormati papamu, apa kau pikir aku akan bertahan, andaikan papamu tidak menyebut nama ayahku, apakah aku akan mau denganmu. Cih, apakah aku pikir semua wanita akan tergila-gila sama kamu, aku malah mau gila bila dekat dengan pria sepertimu! “ gerutu Vivian seraya keluar dari rumah sakit. Vivian melihat kearah sekitar, ia melihat penjual cilok keliling, terlihat Vivian melihat ke dalam tasnya, mencari uang agar bisa membeli cilok, makanan kesukaannya. “Pak, beli ciloknya lima ribu, yang pedes banget ya, Pak, “ ucap Vivian. “Baik Neng,” ucap Kang Cilok seraya mengambilkan Vivian ciloknya dengan saos plus cabe yang pedas. Setelah menerima ciloknya, Vivian berlalu mencari tempat yang teduh. “Aku harus kemana sekarang, gak mungkin jika aku pulang sendirian, “ seru Vivian seraya menikmati ciloknya. “Uang juga sisa 50 ribu, pulang ke rumah paman, pasti kena marah, pulang ke rumah tuan Rahadian, pasti nanti ketemu sama para nenek sihir, ah… Kenapa hidupku seperti ini? “ gumam Vivian. **** “Sekarang katakan sama mama, apa alasan papa memilih Vivian menjadi pengganti Linda, tidak biskaha papa mengambil anak kolega kita, atau anak teman papa? “ tanya mamanya Darryl. Terlihat Tuan Rahadian masih menatap lurus ke arah jendela yang mengantarkan ia pada hamparan taman belakang rumahnya. “Waktu sedemikian cepat, apakah mama bisa berfikir anak siapa yang akan kita ambil, anak yang mana yang bisa menyembunyikan rahasia keluarga kita? Apakah mama tidak merasakan aneh dengan kecelakaan yang menimpa Linda? Akan hari ini dan Linda ketahuan kecelakaan di luar kota, dimana membutuhkan waktu perjalanan kurang lebih 4 jam, mau kemana anak itu, dari mana anak itu? Tidak bisakah dia menunda aktivitasnya itu? Jika papa menggagalkan pernikahan itu, pasti akan banyak pertanyaan dari media, maka tahu sendiri bagaimana media kalau sudah meliput suatu berita?” ucap Tuan Rahadian. “Tapi Linda kan tidak membuat kesalahan, Pa. Dia hanya kecelakaan, dia juga tidak memiliki aib yang akan membuat reputasi keluarga kita tercemar, iya kan? “ tanya mamanya Darryl. “Itu kan yang kita tahu, Ma. Tapi media dan karyawan bisa saja menemukan celah, dan kita gak tahu apakah ada rahasia atau tidak dalam kecelakaan itu. Papa hanya berjaga-jaga dan sekarang papa menyelidiki semuanya, “ ucap Tuan Rahadian yang belum siap mengatakan semuanya pada istrinya itu tentang kebenarannya. “Tapi tetap saja, ini akan bikin malu keluarga kita, Pa. Masa iya kita punya menantu dari kalangan orang miskin. Darryl itu incaran banyak wanita loh, pa. Yang suka sama Darryl itu banyak dan juga dari kalangan elit, masa iya papa ngasih dia anak babu, “ ujar Mamanya Darryl. “Anaknya babu, banyak yang jauh lebih baik dari anaknya kalangan atas, Ma. Dari segi kepintaran, Vivian selalu mendapatkan yang terbaik, dari segi wajah dia juga cantik, hanya saja doa kalah skincare, coba dia pakai Skincare, papa yakin dia jauh lebih cantik dari anak kita. Kalau masalah harta yang mama permasalahkan, kita sudah banyak harta, tahta dan kedudukan, kita cukup mencari orang -orang yang tulus dengan kita, bukan karena harta dan tahta kita, Ma.” *** “Sial, kemana tuh cewek? “ gumam Darryl yang sudah mencari keberadaan Vivian. Namun sudah dari tadi mencarinya, tetap saja Vivian tidak ditemukan. Darryl langsung menekan ponselnya dan menghubungi asistennya. “Ada yang bisa saya bantu tuan? “ tanya asisten Darryl. “Kau carilah Vivian, dan bawa pulang dengan segera, “ ucap Darryl pada sang Asistennya. “Baik tuan, saya akan cari ke tempat tinggalnya, “ ucap Asisten Darril. Setelah mendengar jawaban itu, Darryl rela duduk di kursi panjang demi menunggu gadis yang baru saja menjadi istrinya itu. Merasa kesal, Darryl memilih untuk masuk ke dalam mobilnya dan ingin beristirahat sejenak. Berharap saja wanita itu, sadar daan meminta maaf padanya. Dengan perasaan kesal, Darryl masuk kedalam mobilnya. Namun betapa terkejutnya Darryl ketika ia masuk ke dalam mobilnya dan melihat tubuh Vivian terbaring di kursi belakang. Mata Darryl membulat dengan sempurna, dengan mulut menganga.Setelah selesai di pemakaman orang tua Vivian. Mereka kini menuju ke kediaman Paman dan Bibi Vivian. Tak butuh waktu lama, meret sudah sampai, namun ketika Vivian sudah turun dari mobil, Tiba-tiba ada panggilan di ponsel Darryl. "Masuklah dulu, aku masih ada panggilan dari. Klien," ucap Darryl pada Vivian. Vivian menganggukkan kepalanya lalu melangkahkan kakinya menuju ke kediaman pamannya. Darryl bicara dengan kliennya seraya pandangannya terus fokus pada Vivian. Tok. Tok. Tok.Vivian terlihat meremas jari-jarinya sendiri ketika sudah mengetuk pintu rumah itu, namun tetap tak ada jawaban. Vivian mengulang kembali mengetuk pintu rumah itu, hingga rumah itu pun kini sudah terbuka."Kau? Kau kemari? Apakah tuan muda sudah mengusirmu? Dasar tak berguna, begitu saja tak bisa. Seharusnya kau bisa merayu Tuan Muda agar terus membiarkanmu ada di sampingnya. Heran aku sama kamu, Vi. Lihatlah, kau masih jauh tertinggal darinya, berdandanlah yang cantik," hina bibinya Vivian. "Maaf Bi, kecan
Vivian, setelah bersiap, turun dan langsung disambut oleh Darryl yang menatapnya dengan hangat. "Duduklah! Kita sarapan dulu, baru langsung pulang," ujar Darryl seraya menarik kursi agar Vivian segera duduk."Terima kasih," jawab Vivian yang masih belum terbiasa dengan perhatian Darryl.Darryl dan Vivian pun menikmati sarapan bersama, sementara Noah sarapan di tempat lain. Kini Noah bekerja dengan Pak Sam, dan ia mengirimkan video bagaimana Darryl mulai perhatian pada Vivian. Tentu saja, Pak Sam langsung memperlihatkan video itu pada Tuan Rahadian. Tuan Rahadian tersenyum melihat sikap Darryl, karena itulah, ia tidak lagi menanyakan kapan mereka akan pulang.Namun, senyum Tuan Rahadian tiba-tiba hilang ketika seorang pelayan datang. "Tuan, di bawah ada orang tua Nona Linda, mereka ingin bertemu dengan Anda dan Nyonya," ucap pelayan itu dengan menundukkan kepalanya."Baiklah, saya akan ke bawah," jawab Tuan Rahadian. Setelah mendengar itu, pelayan itu kembali turun dan menyampaikan pes
"Linda...!" teriak ibunya Linda, panik melihat tubuh putrinya terkulai lemas di lantai dekat ranjang kamar."Pa, ayo angkat, Pa. Panggil dokter, Pa," seru ibunya Linda dengan suara bergetar. Papanya Linda langsung mengangkat tubuh Linda ke atas ranjang dan segera memanggil dokter ke rumahnya. "Linda, bangunlah nak, ini Mama sayang, bangunlah, Lin." seru ibunya Linda seraya mengusap kening putrinya dengan lembut.Menunggu dokter yang lama membuat kedua orang tua Linda semakin gelisah."Pa, coba hubungi Darryl, Pa. Mama yakin, saat ini mungkin Darryl marah, tapi pasti masih ada rasa perduli dan cinta untuk anak kita. Katakan pada Darryl jika Linda tak sadarkan diri, dia pasti langsung kemari, Pa," seru mamanya Linda. Tak ingin membantah sang istri, papanya Linda langsung menghubungi Darryl, namun tiga kali panggilan tidak ada jawaban. Hingga panggilan keempat terhubung, namun suara yang menjawab bukanlah Darryl."Hallo nak Darryl, ini Om, Nak. Linda, Linda sekarang tak sadarkan diri, Na
"Apa sebaiknya kita ikuti keinginan, Vivian, Bu. Kita sudah banyak membuat anak itu sedih, padahal... Dia tidak membuat kita susah. Kasihan juga jika dia harus bertahan dengan Tuan muda, " ucap Pak Mun. "Pak, anak itu sudah menyusahkan kita, apanya yang nggak. Dia tinggal gratis di sini, bahkan makan pun tak bayar, " ucap Istri Pak Mun dengan kesal karena selalu mendengar suaminya membela Vivian. "Bu, selama ini, Pak Rahadian sudah memberikan uang kuliah untuk Vivian, tapi inh gunakan untuk kuliah Lita, apakah itu belum cukup? Sedangkan Vivian hatus berjuang sendiri untuk biaya kuliahnya! " Ucap Pak Mun, membuat istrinya bungkam dan tidak menjawab. "Ayah ingin membebaskan Kak Vivian untuk menjadi istrinya Tuan Darryl? Kalau begitu ganti denganku saja, Yah. Aku mau jadi istri Tuan Darryl, " ucap Lita yang tak sengaja mendengar apa yang ayahnya bicarakan dengan ibunya. "Apa yang kau katakan, Lita. Jika Vivian tidak bsanggip apalagi denganmu! Ibunya Tuan Darryl memandang orang lain
"Tuan, jika Tuan Darryl mencabut semua kerja sama kita, maka perusahaan akan mengalami ke rugian yang besar, Tuan. Bahkan kita tidak akan bisa membayar uang cicilan yang kita ambil di bank," ucap asisten Aldo. "Itu yang aku pikirkan, bagaimana caranya agar Darryl memaafkan aku? Kesalahan itu mungkin sangat besar bagi Darryl, tapi pasti ada jalan untuk bisa mendapatkan maafnya, tapi apa yang harus aku lakukan?" pikir Aldo yang kini kepalanya terasa mau pecah."Atau, Tuan bisa meminta Nona lInda untuk mengatala jika anda di jebak, setidaknya, antara anda dan nona LInda ada yang bisa di selamatkan," ucap asisten Aldo. "Tidak semudah itu. Linda jauh lebih licik dariku, tentunya dia akan menyelamatkan dirinya sendiri," ucap Aldo seraya menggusar rambutnya, kepalanya berdenyut, ia tidak tahu harus melakukan apa, apalagi Noah benar-benar menarik saham dari perusahaannya. Laporan itu sudah Aldo terima beberapa menit yang lalu. Sungguh Darryl tidak memberinya kesempatan. "Dari mana Darryl t
"Lepaskan aku tuan. Kau sudah memelukku dari tadi. Apakah kau memanfaatkan keadaan? " ucap Vivian setaha melepaskan diri dari Darryl. Terdengar Darryl berdecak mendengar ucapkan Vivian. "Bukankah kau juga menikmati pelukan ini. Bilang saja kalau kau juga suka. Iya kan?" ucap Darryl. "Nggak ya, Tuan. Andalah yang mencuri kesempatan di dalam kesempatan. Tunggu... Tunggu, anda pasti punya rencana besar kan? Saya tahu anda, dari awal adalah orang yang jahat sama aku. Tapi sekarang sok baik," ucap Vivian. Mendengar ucapan Vivian dan melihat bibir Vivian yang dari tadi nyerocos bicara, Darryl merasa semakin gemas. Ia memajukan tubuhnya hingga membuat Vivian memundurkan tubuhnya. "Apakah mau ku cium lagi? Sepertinya kau ketagihan dengan ciumanku, sampai-sampai kau suka sekali banyak bicara di depanku? " ucap Darryl membuat Vivian langsung menutup bibirnya dengan kedua tangannya, kepalanya menggeleng dengan cepat. Darryl benar-benar di buat tersenyum melihat tingkah Vivian. Ketika Darryl