Home / Romansa / Pesona Panas Sang CEO / BAB 2 : AWAL YANG TIDAK TERDUGA

Share

BAB 2 : AWAL YANG TIDAK TERDUGA

Author: NightEve
last update Last Updated: 2025-03-13 22:28:14

 "Iya, Pak," jawabnya buru-buru.

Edward menyandarkan tubuhnya di kursi. "Aku melihat proposal yang kau ajukan minggu lalu. Kerjamu bagus."

Anessa terdiam, tidak menyangka akan mendapat pujian langsung dari bos besarnya. "Terima kasih, Pak," jawab Anessa malu.

Edward menatapnya lama sebelum berkata, "Tapi aku juga mendengar sesuatu tentangmu."

Jantung Anessa mencelos, "Mendengar apa?"

"Bahwa kau baru saja mengalami masa sulit."

Anessa mengernyit. "Dari mana Bapak tahu?"

Edward mengangkat bahu. "Aku punya banyak sumber."

Anessa menghela napas. "Saya tidak ingin kehidupan pribadi saya mengganggu pekerjaan."

Edward tersenyum tipis. "Bagus. Karena aku tidak mencari karyawan yang larut dalam kesedihannya."

Anessa menatap pria itu dengan bingung.

"Tapi ... " Edward melanjutkan, "Aku juga percaya bahwa seseorang bisa berkembang setelah melewati luka yang mendalam."

Kata-kata itu membuat Anessa terdiam.

Ia tidak tahu apa maksud Edward. Tapi satu hal yang pasti, ada sesuatu dalam tatapan pria itu yang membuatnya merasa ... tertantang.

Dan mungkin ... inilah awal dari sesuatu yang baru.

Setelah Edward pergi, Anessa menghela napas panjang. Pertemuannya dengan bos barunya itu terasa aneh. Bukannya merasa terintimidasi, ia justru merasa ... tertantang? Ia menggelengkan kepala, mencoba mengusir pikirannya.

Dilihatnya jam di tangan menunjukkan jam istirahat akan berakhir, ia langsung membereskan barang-barangnya dan berjalan kembali ke perusahaan. Udara siang terasa hangat, tapi pikirannya masih berkutat pada kalimat terakhir Edward.

Untung jaraknya dekat, ia berjalan beberapa langkah sudah sampai perusahaan. Rena yang menunggu Anessa di depan pintu masuk, seketika melemparkan tatapan kaget pada Anessa yang kebetulan melihatnya.

"Kamu kenapa, Ren?" tanya Anessa melambaikan tangannya di depan wajah Rena.

"Itu ... itu Pak Edward," jawabnya.

"Memangnya kenapa? Ada yang aneh darinya ya?"

"Tidak ... "

"Kamu baru dari mana?" tanya Rena, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.

"Kafe. Kenapa?"

"Tadi aku lihat kamu bareng Pak Edward! Astaga, Nes, kamu sadar nggak kalau kamu habis dapat momen yang semua pegawai di sini impikan?"

Anessa mengerutkan kening. "Hah? Momen apa?"

"Ngobrol santai sama CEO kita! Ya ampun, Nes, aku iri!"

Mata Rena terus mengikuti pergerakan Edward, matanya benar-benar menyorotkan tatapan yang sangat amat kagum kepada Edward. "Ya ampun ... tampannya. Bisa gila aku jika sering melihatnya," kata Rena.

"Dih genit!" Anessa buru-buru menuju lift, berharap bisa naik ke lantai atas sebelum Rena terus memborbardirnya dengan pertanyaan.

Tepat saat pintu lift hampir tertutup, sebuah tangan terulur, menahannya. Lalu seseorang masuk ke dalam lift. Anessa mengangkat kepala dan jantungnya sedikit berdebar.

Edward.

Mata mereka bertemu, sejenak waktu terasa melambat. Suara pintu lift yang menutup terdengar nyaring di antara kesunyian.

"Kita bertemu lagi," ujar Edward ringan.

Anessa mengangguk. "Iya, Pak."

Edward berdiri sedikit lebih dekat, tidak sampai menginvasi ruang pribadinya, tapi cukup untuk membuat Anessa menyadari kehadirannya.

"Selesaikan pekerjaanmu dengan baik," katanya dengan suara rendah tapi jelas. "Saya tunggu hasilnya di ruangan saya."

Anessa menelan ludah dan mengangguk. "Baik, Pak."

Mereka berdua lalu keluar dari lift dan Anessa berjalan cepat ke meja kerjanya, berusaha mengabaikan perasaan aneh yang tiba-tiba muncul. Kenapa rasanya jantungnya masih berdetak cepat? Ini hanya percakapan biasa, kan?

Ia duduk dan menatap layar komputer, tapi pikirannya melayang. "Ada apa denganku?" batinnya. "Aku masih normal, kan?"

"Anak buah yang lucu," gumam Edward sambil masuk ke dalam ruangannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Panas Sang CEO   BAB 34 : TIDAK SUKA AKU

    Edward memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Perdebatan dengan Ayahnya sangat menguras energi dan pikirannya. Edward tidak pernah memahami, mengapa Ayahnya begitu keras kepala dalam urusan ini. Padahal Edward hanya ingin menjalankan perusahaan dengan profesional. "Ayah, Pak Harto itu sudah tidak bisa bekerja seperti dulu. Beliau sendiri pernah bilang ingin menghabiskan waktu dengan cucunya," kata Edward menjelaskan ulang. Namun, Samuel tidak peduli. Pria paruh baya itu tetap bersikeras agar Edward memperkerjakan Pak Harto kembali dan menggantikan Anessa dari posisi sebagai sekretaris pribadi.Menurut Samuel, wanita muda seperti Anessa tidak cukup pantas berada di posisi strategis perusahaan."Menurut Ayah, dia terlalu muda ... terlalu kaku, bukan orang yang bisa dipercaya di lingkungan bisnis," kata Samuel dingin. Perkataan itu menusuk hati Edward. Ia tahu maksud Ayahnya, bahwa dia tidak menyukai Anessa, tapi juga menilainya tanpa memberi kesempatan dalam kapasitas diri. Berka

  • Pesona Panas Sang CEO   BAB 33 : DESAS-DESUS BARU

    Pagi ini Edward selesai merapikan penampilannya di depan cermin. Kemeja putih yang disetrika rapi dipadukan dengan jas hitam klasik dan menyemprotkan sedikit parfum, membuat aura profesionalnya semakin memancar keluar. Ia mengambil kunci mobil, lalu melangkah keluar dari apartemennya, berjalan menuju unit Anessa. Anessa yang sudah siap menunggunya di depan pintu dengan senyum hangat dan sebuah tas bekal di tangannya. "Sarapan dan bekal spesial, untuk orang yang spesial," kata Anessa menyodorkan tas bekal itu kepada Edward. "Salad, buah, terus nasi ayam tim, dan telur dadar spesial," jelas Anessa. Edward tersenyum kecil, menerima tas bekal itu, lalu menggenggam tangan Anessa dengan lembut, "Terima kasih. Kamu tahu aja cara membuat hariku terasa sempurna," kata Edward. "Tentu saja, bisa," jawab Anessa semakin mengeratkan genggaman tangannya. Tanpa memperdulikan orang yang berlalu-lalang, mereka lewati lorong apartemen, mereka berjalan bergandengan tangan menuju parkiran. N

  • Pesona Panas Sang CEO   BAB 32 : TERLALU BERKESAN

    Hujan turun pelan membasahi trotoar kota yang mulai lenggang. Di bangku panjang yang berdiri di bawah lampu jalan, Andren duduk membisu. Jaket hitam yang dipakainya, basah kuyup menempel di tubuhnya. Ia menunduk, membiarkan setetes air hujan menelusuri wajahnya, menyatu dengan emosi yang menbanjiri dadanya.Di tangannya tergenggam botol minuman keras yang hampir habis. Rasanya pahit, namun tidak sepahit kenyataan yang harus ia teguk malam ini.Edward.Nama itu terus terngiang dalam benaknya. Nama orang yang seharusnya tidak muncul dalam hidupnya. "Anessa ... semua ini terjadi karena dia," bisik Andrean nyaris tidak terdengar.Perlahan, potongan-potongan kejadian mulai terangkai dari banyaknya informasi yang ia ketahui. Anessa meninggalkan rumah, tinggal di tempat yang kini jauh lebih mewah, jabatan barunya yang begitu cepat, semuanya masuk akal. Dan semua itu mengarah pada satu orang.Edward. Rasa iri menyelinap seperti duri di bawah kulit, dengan rasa pedih yang begitu menyiksa. Ed

  • Pesona Panas Sang CEO   BAB 31 : CUMA TAKUT

    Anessa duduk di sebrang Edward dalam sebuah restoran kecil yang suasananya tenang, namun hatinya tidak seiring suasana sekitar.Wajahnya terlihat lesu, matanya redup, seolah pikirannya masih terjebak pada masalah yang seakan punya kejutan di hari esok.Tatapan kosongnya menatap meja makan, bahkan sudah lima belas menit berlalu, daging steak di depannya masih terlihat sepenuhnya utuh. Sejak ia terbangun dari tidur siang tadi, pikirannya tidak berhenti memikirkan Shera. Ia yakin, masalah itu sudah menyebar di perusahaan. Bukan cuma ia dan Edward saja yang tahu, ada seseorang bahkan lebih yang ikut memperkeruh suasana. Edward menatap Anessa dengan khawatir. Ia tidak pernah melihatnya setenang itu dalam artian yang negatif. Diam-diam ia mengulurkan tangan dan menyentuh jari Anessa, mencoba mengalihkan pikirannya. "Nggak nafsu makan, ya? Mau aku pesankan yang lain?" tanya Edward pelan. Anessa hanya menggeleng kecil tanpa suara, Edward yang tidak mengerti hanya tersenyum kecil. Edward me

  • Pesona Panas Sang CEO   BAB 30 : DIBLOKIR

    Dulu, Shera adalah gadis biasa yang duduk di samping Anessa sewaktu duduk di bangku SMP. Mereka bersahabat, tapi dalam hatinya, Shera tahu bahwa dunia lebih condong pada Anessa.Anessa dikenal sebagai siswi yang cerdas, cekatan, dan selalu punya jawaban untuk semua pertanyaan guru. Sementara Shera, meskipun ia mencoba, seringkali terlambat dalam memahami pelajaran dan sering gugup saat bicara di depan kelas.Dalam hening pikirannya, Shera menyadari bahwa ia bukan pemeran utama dari kisah hidup setiap peristiwa yang terjadi di sekolah. Bahkan gurunya sendiri lebih mengapresiasi tugas yang diselesaikan oleh Anessa, ketimbang dirinya."Anessa, kamu luar biasa!""Anessa, Ibu nanti mau daftarin kamu ikut lomba cerdas cermat buat mewakili sekolah kita, ya.""Anessa, tolong bantu Shera. Mungkin ada bagian yang tidak dimengerti olehnya."Kalimat itu terekam jelas dalam ingatannya dan semakin sering terdengar, semakin samar keberadaan dirinya di dalam kelas. Tapi ada di saat-saat di mana She

  • Pesona Panas Sang CEO   BAB 29 : MELEWATINYA BERSAMA-SAMA

    Anessa menggigit bibirnya keras saat tubuh Edward terus menghantamnya dari belakang, satu tangannya menahan kepala ranjang, dan tangan satunya lagi mencengkeram pinggang Anessa erat."Lihat aku, Anessa ... " suara Edward terdengar berat, penuh hasrat. "Aku mau lihat wajahmu pas ngerasain semua ini."Edward menarik rambut Anessa lembut hingga wajah mereka berhadapan lewat pantulan cermin besar di sisi ranjang. "Kamu lihat itu" bisiknya dengan senyum setan. "Kalung itu ... jadi saksi gimana kamu jadi milikku malam ini."Anessa hanya bisa mengangguk lemah, napasnya putus-putus. Tubuhnya sudah tidak mampu lagi menolak tiap gerakan Edward yang semakin dalam dan cepat. Rintihannya tumpah tanpa bisa dikontrol."Ahh Edward ... cukup ... " Desah Anessa sambil memejamkan matanya, kenikmatan.Di balik rintihannya, Anessa tahu bahwa ia tidak lagi bisa menyangkal perasaannya pada Edward. Ini lebih dari sekadar kenikmatan fisik.Tidak lama, Edward membalik tubuhnya, menarik Anessa dalam pelukannya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status