Pesona Panas Sang CEO

Pesona Panas Sang CEO

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-10
Oleh:  NightEveOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
5 Peringkat. 5 Ulasan-ulasan
34Bab
364Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Dikhianati kekasih dan sahabatnya, tapi Anessa justru dituduh bermain api lebih dulu oleh orang tuanya sendiri?! Merasa tak adil, Anessa pun memilih pergi dari rumah dan mencari apartemen yang dekat tempat kerjanya. Tapi, siapa sangka ia justru melakukan hal yang "tak baik" dengan salah satu penghuni di sana. Parahnya lagi, ia baru tahu jika ternyata pria itu adalah presdir baru di tempat kerjanya!

Lihat lebih banyak

Bab 1

BAB 1 : JANJI YANG BERUBAH

[Andrean: "Maaf Anessa, kita bicarakan hal ini lain waktu."]

Anessa menghela napas. Entah mengapa, Andrean menghindarinya.

Padahal, Anessa ingin mengonfirmasi sesuatu pada sang kekasih.

Akhir-akhir ini, Anessa mendengar kabar bahwa Andrean sering terlihat bersama seorang perempuan yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.

Shera, sahabat yang selama ini selalu ada di sisinya. Shera yang tahu segala keluh kesahnya tentang hubungan ini. Shera yang bahkan pernah berkata, "Aku ikut bahagia untukmu, Nes."

Rasanya tidak mungkin sekali jika orang seperti Shera mengkhianatinya. Tapi, orang-orang di lingkungan kerjanya mulai berbisik di belakangnya.

Karena semua orang di tempat kerjanya, sudah tahu kalau Anessa sudah bertunangan dan akan menikah.

"Aku lihat Andrean tadi malam di kafe. Tapi dia bukan sama Anessa."

"Bukannya itu Shera? Kok bisa? Aku kira dia sahabat Anessa!"

Desas-desus itu semakin lama di dengar, semakin menyelinap ke dalam pikirannya seperti racun. Anessa mencoba menyangkal. Ini hanya kebetulan saja. Mereka hanya berteman dan partner kerja. Tidak mungkin sahabatnya sendiri melakukan ini.

Namun, kegelisahan di hatinya semakin tumbuh.

Sampai akhirnya, hari itu tiba. Pukul 21.50, di sebuah restoran kecil dekat perusahaannya, ia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

Andrean, duduk di sudut ruangan bersama Shera. Tertawa. Mengobrol. Begitu nyaman hingga dunia seakan hanya milik mereka berdua.

Saat Andrean menyentuh tangan Shera di atas meja, sesuatu di dalam diri Anessa hancur berantakan. Tangannya bergetar. Matanya panas. Ia ingin melangkah maju, ingin menanyakan semuanya saat itu juga. Tapi kakinya terasa berat.

Shera yang lebih dulu menyadari kehadirannya. Matanya melebar, tangannya buru-buru ditarik dari genggaman Andrean.

Menyadari itu, Andrean menoleh dan mendapati Anessa yang mematung.

"Anessa ... ini nggak seperti yang kamu pikirkan."

Kalimat klise yang semakin menyulut api di dadanya. Dengan suara yang hampir berbisik, Anessa hanya berkata, "Selesaikan makan malammu. Kita akan bicara nanti."

Lalu ia pun berbalik, berjalan menjauh dari restoran dengan hati yang terasa lebih berat dari sebelumnya.

Taksi online yang ia pesan telah menunggu di ujung jalan.

Dimatikan ponselnya dan berjalan mendekati mobil. Berharap segera sampai di rumah secepatnya.

Namun, Anessa merasakan jantungnya terus berdetak lebih cepat sehabis melihat kejadian itu.

Haruskah ia percaya begitu saja? Atau ... haruskah ia berhenti dalam hubungan ini? Atau ... mereka sedang membahas masalah kerja?

Rasanya tidak mungkin jika hubungan mereka sekedar partner kerja. Belum sempat ia membuka pintu mobil, Andrean menarik tangannya.

"Aku bisa jelaskan," katanya lirih.

"Baiklah," Anessa menarik paksa tangannya lalu melipat tangan di depan dada. "Jelaskan, Andrean."

Andrean menatapnya lama sebelum akhirnya menunduk. "Anessa, aku ... aku nggak tahu harus bilang apa. Aku memang sering bertemu dengan Shera akhir-akhir ini."

Jantung Anessa seperti diremas. Ia ingin rasanya menampar wajah pria ini. Dari jauh terlihat Shera datang dengan berlari kecil ke arah mereka. Shera buru-buru menyela, "Tapi itu bukan karena kami berselingkuh! Aku hanya ... "

"Tidak usah kamu yang jelaskan," potong Anessa. "Kita harus bicara nanti, Andrean." Andrean terdiam, ekspresi bersalah terpampang jelas di wajahnya. Anessa membuka pintu mobil taksi online lalu melesat pergi.

Matanya mulai berkaca-kaca, ditambah lagi dengan turun deras hujan. "Dimana letak kekuranganku di matamu, Andrean?" tanya Anessa dalam hatinya.

===

Sudah seminggu sejak kejadian itu. Anessa berusaha menjalani hari-harinya seperti biasa, tetapi bayangan Andrean dan Shera terus menghantuinya. Setiap kali melihat notifikasi di ponselnya, ada harapan kecil kalau itu dari Andrean. Meskipun ia tahu, harapan itu sia-sia.

Di kantor, ia bekerja lebih keras dari sebelumnya. Ia tenggelam dalam angka-angka laporan dan presentasi proyek, seolah ingin membuktikan bahwa ia baik-baik saja. Setiap pagi ia tiba lebih awal dan pulang lebih larut, berharap kesibukannya bisa menutupi perasaan yang belum selesai.

Namun, tetap saja, ada saat-saat di mana pikirannya mengkhianati dirinya sendiri. Seperti malam itu, ketika ia duduk di ranjang, menatap kosong ke layar ponsel. Ia menggigit bibirnya saat melihat foto-foto lama di galeri, momen saat ia dan Andrean masih baik-baik saja.

Tangannya hampir saja menggeser kontak Andrean untuk mengirim pesan, tapi ia menarik napas panjang, menghapus pikiran itu dan melempar ponsel ke samping. "Aku nggak boleh terus-terusan kayak gini," batinnya

Jadi, Anessa pun memutuskan untuk keluar dari rutinitasnya sejenak.

Ia butuh udara segar, tempat yang tidak mengingatkannya pada kantor atau hubungan masa lalunya. Itu sebabnya ia memilih bekerja di kafe favoritnya.

Suara barista yang ramah, aroma kopi yang menyegarkan, dan suara keyboard yang mengetik dari pelanggan lain sedikit banyak membantunya merasa lebih ringan. Setidaknya, untuk sementara.

Namun, ketenangannya terusik ketika seorang pria masuk ke dalam kafe. Anessa yang awalnya fokus pada laptopnya, tanpa sadar menoleh.

Pakaian pria itu rapi dan berkelas, dengan stelan jas mahal yang membingkai tubuhnya dengan sempurna. Tatapan matanya tajam, penuh percaya diri. Ia membawa aura yang sulit diabaikan.

Dan ketika mata mereka bertemu, Anessa terkejut.

Edward.

CEO baru di perusahaan tempatnya bekerja.

Ia tak pernah berbicara langsung dengan pria itu sebelumnya. Edward terkenal sebagai bos yang tegas, perfeksionis, dan dingin. Tapi hari ini, entah bagaimana, ia duduk tepat di meja sebelahnya.

"Anessa, bukan?" Suara bariton itu mengaggetkannya!

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Verin Juniver
novelnya seru!
2025-04-07 19:59:47
0
user avatar
Veren
Novel bagus!
2025-04-07 19:18:13
0
default avatar
Veren Veren
Aku sangat merekomendasikan novel ini, bagus sekali!
2025-04-07 19:16:15
0
user avatar
NightEve
Hai, terima kasih telah membaca karyaku. Jangan lupa dukungan dan komentarnya agar kita bisa saling terhubung ...️🫶🏻
2025-04-04 17:24:57
1
user avatar
Verin Juniver
wah sangat seru!
2025-02-28 07:10:19
2
34 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status