“Apa maksudmu, Ryuga?”Claudia mengangkat satu alisnya mendengar pertanyaan pria itu.“Lupakan saja,” sahut Ryuga yang tidak ingin membahasnya lebih lanjut.Sejenak Claudia mengatur napasnya agar jauh lebih tenang. Claudia menyadari jika Ryuga kesal padanya. Pria itu sangat menghargai waktu sementara Claudia terlihat menyepelekannya.Selang sepuluh detik berikutnya, Claudia menolehkan kepala untuk melihat Ryuga yang menatap lurus ke depan.“Aku ingin minta maaf. Bisakah kamu melihatku, Ryuga?” pinta Claudia dengan lembut.Tanpa banyak bicara, Ryuga menolehkan wajahnya. Tangan pria itu melipat di dada. Manik hitam milik Ryuga menyorotnya tajam.Maksud Claudia, tidak bisakah Ryuga menatapnya biasa saja? Tatapan itu malah membuatnya gugup.“Jadi, kamu mau minta maaf atau bagaimana, Claudia?” Ryuga menaikkan satu alisnya, menunggu dengan kesal.Claudia menganggukkan kepalanya kuat-kuat. “J-jadi.”Meneguk ludahnya dalam-dalam, Claudia membuka suaranya lagi. “Maaf jika kamu merasa demikian
Sentuhan fisik di antara Ryuga dan Claudia terjadi lagi. Namun, itu tak melanggar syarat terakhir yang ada pada kontrak pertunangan keduanya. Claudia berusaha melepaskan tangannya yang masih dalam genggaman tangan Ryuga. Sebelum memanggil Ryuga, Claudia meneguk ludahnya dalam-dalam. “R-Ryuga.” Dia memberanikan diri menaikkan pandangan untuk melihat pria itu yang kini menunjukkan senyum menyeringainya. “Mmm?” Ryuga menaikkan satu alisnya. Manik hitamnya balas menatap Claudia dengan sorotan yang lembut. Wajah wanita itu akhir-akhir ini menjadi penyebab isi pikiran Ryuga kacau. Entah apa yang sudah Claudia lakukan padanya. Ditatap seintens itu oleh Ryuga membuat wajah Claudia memanas. Pipinya bersemu kemerahan. Apalagi mengingat apa yang baru saja dilakukan keduanya. “Tidak bisakah kamu berhenti menatapku, Ryuga!?” Sekuat tenaga, Claudia menarik paksa tangannya agar terlepas dari Ryuga. Siapa yang tidak salah tingkah jika pria tampan menatapnya seperti itu!? “Hanya jika kamu mem
Aruna boleh menganggapku sebagai Mommy-nya. Aku sama sekali tidak keberatan kok, Ryuga.”Setelah membeku beberapa saat, akhirnya Claudia menjawabnya dengan enteng.“Aku juga senang jika memiliki putri seceria Aruna. Gadis itu punya aura positif dan dia menularkan itu pada orang di sekitarnya … termasuk aku,” ucap Claudia menambahkan. Dia benar-benar jujur tentang Aruna.Tiba-tiba saja Ryuga melepaskan rangkulannya di pundak Claudia. Pria itu menghadapkan tubuhnya agar bisa melihat Claudia dengan jelas.Ekspresi Ryuga tampak kesulitan. Mau tak mau Claudia ikut menghadapkan tubuhnya ke arah Ryuga.“Aruna menginginkan kamu sebagai Mommy-nya,” ulang Ryuga dengan tegas. Dia kembali melanjutkan, “Itu artinya, untuk menjadi Mommy Aruna, kamu harus menikah denganku, Claudia.”Mendengar pernyataan Ryuga membuat Claudia tak habis pikir. Ryuga terdengar seolah memaksanya.‘Pria ini sedang melamarku atau bagaimana?’“Jangan konyol, Ryuga,” komentar Claudia memutar tubuhnya ke posisi semula. Tanga
“Tidak sabar untuk apa, Ryuga?”Claudia melirik Ryuga dengan tatapan protes. Satu alisnya naik dan dia berusaha menjauhkan tubuhnya dari Ryuga.Sosok Ryuga kembali menegakkan tubuh. Dia mengedikkan bahunya santai, “Melukisku, ‘kan?”Senyum menyeringainya, “Atau ada hal lain yang harus kita lakukan berdua malam ini, Claudia?”Langkah Ryuga mendekat. Dia mengambil keranjang yang ada dibalik tubuh kaku wanita itu.Demi mendengar hal tersebut, Claudia ingin sekali menimpuk wajah tampan Ryuga menggunakan buah jeruk kesukaannya.‘Kenapa aku berpikir ke arah hal yang nggak-nggak?!’ jerit Claudia dalam hatinya.Pertanyaan Ryuga mengundang pikiran Claudia berpikir kompleks.“Tidak ada, hanya melukis. Setelah itu aku akan langsung pulang,” jawab Claudia cepat.Berduaan dengan Ryuga apalagi di dalam apartemen, bisa saja mengundang kekhilafan. Di mobil saja Claudia kecolongan.Tapi, itu bukan kecolongan. Claudia sendiri tidak menolak apa yang Ryuga lakukan padanya. Jadi, apa namanya? Khilaf.“Ay
Sepasang ayah dan anak itu saling menatap satu sama lain. Mata bulat Aruna memicing. Detik berikutnya gadis itu tampak melempar senyum menggoda ke arah Ryuga. “Cie yang sudah mulai posesif! Aruna akhirnya bebas dari keposesifan Daddy! Hip hip horeeee!” Aruna bersorak pelan sambil berputar-putar tidak jelas. Ryuga menyugar rambutnya ke belakang lalu berkacak pinggang. Sementara manik hitamnya menatap tingkah putrinya itu dengan jengah, “Siapa bilang kamu bebas? Kunci mobil kamu, Daddy tahan dua minggu, Aruna.” Sontak hal itu membuat senyum Aruna luntur dan menghentikan tingkahnya. Mata bulatnya terbelalak. “Maksudnya … Dad? Kan, Aruna nggak nyetir sendiri. Yang bawa pergi sama bawa pulang Dirga kok,” ucap Aruna memprotes. Dia tak terima kalau sampai Ryuga menahan kunci mobilnya. Umur Aruna sudah dewasa. Dia juga sudah memiliki SIM. Tapi, Ryuga masih tidak memberikan Aruna pergi sendiri membawa mobil. Sulit dipercaya. “Pembicaraan selesai, Aruna.” Perkataan Ryuga tak dapat didebat
Claudia terang-terangan menunjukkan ekspresi frustasinya setelah mendengar Ryuga memberikan tugas baru selaku partner tunangan kontraknya.‘Kamu pikir gampang berbicara dengan ayahku, Ryuga?! Meskipun pertunangan ini hanya sandiwara, bisakah untuk tidak melibatkan ayahku?!’ Claudia menyerukan itu dalam hatinya. Mana berani wanita itu mengomeli Ryuga.“Kamu keberatan, Claudia?” tanya Ryuga mengedikkan dagunya. Manik hitam Ryuga terasa menusuk mata Claudia.Jadi cepat-cepat wanita itu mengalihkan pandangannya.“Nggak, Ryuga,” geleng Claudia. Padahal jika punya pilihan, Claudia ingin menolaknya.“Cuman …,” jeda Claudia kembali menatap pria di hadapannya. Ryuga tampak setia menatap wajahnya.Ditatap oleh Ryuga yang sudah bersih dan wangi membuat Claudia teringat jika dia sama sekali belum mencuci muka juga menggosok gigi. Wanita itu seketika menutupi wajahnya menggunakan kedua tangan.“B-bisakah kita lanjutkan nanti? A-aku perlu ke kamar mandi,” beritahu Claudia menahan malu.“Mmm, oke,”
“Tante Diana?!” Pagi itu Aruna hendak menuju dapur, seperti biasa untuk mengambil susu kotak strawberry favoritnya. Namun, perhatiannya teralihkan karena sosok wanita yang berstatus sebagai sekretaris Daddy-nya tengah ada di sana. “Pagi, Aruna!” sapa Diana di tengah kegiatannya mengoleskan selai pada roti di meja dapur kediaman gadis itu. “Pagi, Tan … ada tugas apa dari Daddy sepagi ini?” tanya Aruna mendekat ke arah Diana. Ini bukan pertama kali Aruna mendapati Diana ada di kediamannya dan kehadiran Diana sudah pasti karena Ryuga membutuhkan wanita tersebut. Mendengar pertanyaan Aruna, seketika Diana mengembuskan napas beratnya. “Kamu bakal marah sama Tante kalau Tante bilang Daddy kamu sekarang kayaknya lagi fall in love banget?” Diana mulai mengeluarkan pendapatnya. Dia masih mengoles selai strawberry pada roti yang ada di tangannya. “Ya nggak dong, Tante Diana,” geleng Aruna. Dia menatap wanita itu dengan wajah penasaran, “Tante juga ngerasa kalau Daddy lagi fall in love sa
Sesaat setelah Diana menceritakan itu, Aruna jadi ikut merasa tergelitik sebab Ryuga pasti mendengar soal mengedit wajah itu dari dirinya. Hanya saja Aruna tak menyangka Ryuga akan mengucapkan hal tersebut di depan sekretarisnya.Melihat wajah Aruna yang senyum-senyum sendiri membuat Diana memicing mata. “Ah … Pak Ryuga pasti tahu dari kamu, ya?”Aruna mengangkat alisnya, “Ya pasti dari aku, Tan. Dari siapa lagi?”“Terus gimana lagi, Tante?” Gadis itu menopang dagu dan menaruhnya di tangan yang kanan. Bola matanya kembali menyala untuk menyimak kembali cerita Diana.“Tante nggak setuju dong, Aruna. Jadi, Tante memberikan saran lain sebagai gantinya dan karena itulah sepagi ini Tante ada di sini,” jelas Diana lagi.Kalau tahu akan begini, Diana tak akan keceplosan untuk memberikan saran lain.“Saran kayak gimana, Tante Diana?” Aruna semakin dibuat penasaran. Rasanya menggemaskan saja melihat tingkah Daddy-nya yang tak seperti biasa.Menarik napas lalu mengembuskan napasnya perlahan, Di
Kabar mengenai proses persalinan Lilia belum sampai di telinga Claudia. Karena saat ini, wanita yang juga tengah hamil itu masih tampak santai bahkan merasa tidak sabar untuk menghadiri festival di dekat tempat tinggalnya.Dia mengetuk pintu kamar tamu.“Aruna,” panggil Claudia. “Siap-siapnya sudah atau belum?” sambungnya.Claudia sudah siap dengan gaun di bawah lutut berwarna hitam yang dikenakan. Sebelum Ryuga berpamitan pergi karena Aji membutuhkan bantuannya, suaminya itu sudah menyiapkan gaun tersebut dan menaruhnya di tempat yang bisa Claudia jangkau dengan mudah.“Tunggu sebentar, Mom!”Bibir cherry Claudia menyunggingkan senyum ketika pintu kamar di hadapannya terbuka. Namun, dia mengernyit kebingungan mendapati Aruna ke luar dengan menggendong tas ransel pink miliknya.“Na … kita hanya mau ke festival, kenapa kamu membawa ransel segala?” tanya Claudia memperhatikan putrinya lamat-lamat.Ditodong dengan pertanyaan itu, seketika membuat Aruna tidak memiliki pilihan selain menja
“Jangan mengebut, santai saja, Yel.” Mendengar ucapan perintah itu, Riel melirik wanita yang duduk di kursi penumpang dengan tatapan horror. Bisa-bisanya dalam kondisi genting seperti sekarang, dia menyuruh Riel untuk mengemudi dengan santai?! “Kamu akan melahirkan, Lilia.” Dengan suaranya yang dalam, Riel mengingatkan. Keseluruhan tangannya mencengkram setir erat-erat. Di sampingnya, Lilia memasang wajah tenang. Tampak kesakitan, akan tetapi Lilia menunjukkan seolah sakit yang dia rasakan bukan sesuatu yang besar. “Aku tahu dan aku tidak akan melahirkan di sini kok, aku tidak akan mengotori mobil mewahmu,” kata Lilia. Dia sedikit meringis, “Hanya saja, maaf, celanaku sekarang basah.” Ya, cairan yang tampak membasahi kaki Lilia adalah air ketuban yang pecah. “Apa masalah itu penting?” sindir Riel kentara menunjukkan perasaan kesalnya. Sebenarnya, apa yang ada dalam pikiran Lilia? Riel hanya ingin tiba lebih cepat supaya dia bisa segera ditangani. Melihat ketuban Lilia pecah, Ri
“–Akan tetapi, tolong antarkan aku pergi ke tempat lapangan lari. Aku ingin jalan-jalan pagi.” Riel memukul stir yang dikemudikannya lalu memutar mobilnya ke arah tempat lapangan lari. Bisa-bisanya dia menuruti permintaan Lilia, dan parahnya membiarkan wanita yang tengah mengandung anaknya itu keluyuran sendirian. Sesaat, hatinya dilanda perasaan bersalah. Riel menyadari bahwa semakin hari, setiap minggu, dan beberapa bulan ke belakang sikapnya sangat acuh pada istrinya itu. “Ayo, angkatlah,” gumamnya pelan. Dia memutuskan menghubungi Lilia. Teleponnya aktif. Namun, tidak diangkat. Pikiran Riel terpecah. Sebelum Lilia turun dari mobil, dia sempat menatap Riel seolah ingin mengatakan sesuatu. “Katakan saja.” Berulah saat itu, Lilia mengutarakan pikirannya. Wanita itu mencengkram seatbelt yang sudah terlepas. “Aku serius dengan ucapanku tadi. Ayo berpisah setelah anak ini lahir.” Riel tidak memberikan respons. Manik hitamnya menyorot tajam, mencari kebenaran dibalik pernyataan Li
Ketegangan pagi itu tidak hanya terjadi pada sepasang ayah dan anak, melainkan juga terjadi pada sepasang suami istri di kediaman keluarga Waluyo.“Tidak bisakah kamu membatalkan agar tidak jadi pergi, Yel?”Istri mana yang tidak marah apabila suaminya baru saja pulang beberapa jam, harus kembali pergi meninggalkannya seorang diri … ditambah dengan keadaan hamil besar.Lilia memperhatikan baik-baik Riel yang sudah siap dengan pakaian berkudanya. Ya, Riel akan pergi berkuda bersama rekan-rekan bisnisnya.“Membatalkannya?” ulang Riel lantas menggelengkan kepala. “Itu tidak mungkin. Aku sudah merencanakannya lama dengan teman-temanku.”Setelah Riel kembali untuk menggantikan sang ayah memimpin perusahaan, dia mulai memiliki kesibukan-kesibukan di luar pekerjaan utama sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk menemani Lilia sehingga berujung … mengabaikannya tanpa sadar.“Bagaimana dengan aku, Yel?” tanya Lilia dengan pandangan yang meredup. Perlahan, dia menundukkan pandangan dan mengus
“Daddy!” Sebuah protesan dilayangkan Aruna tepat saat dia diinterograsi Ryuga di ruang tamu bersama Pras. Ya, suara lain itu milik Ryuga. Bukan milik hantu penunggu rumah ataupun kucing jadi-jadian. “Semua yang Daddy tuduhkan pada Kak Pras salah besar,” ucapnya dengan tegas. Aruna sudah menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Namun, ekspresi Ryuga menunjukkan jika dirinya tidak percaya. Kedua alis Ryuga berkedut samar. “Oh, kamu membelanya, Aruna?” Mata besar Aruna memicing menatap ke arah Daddy-nya. Besok-besok, Aruna harus memberikan saran pada Aji untuk memasang CCTV di dalam rumah agar kejadian seperti ini bisa terekam oleh bukti. “Bukan begitu, Daddy …,” geleng Aruna dengan suara yang putus asa. Aruna frustasi. Mencoba menghilangkan ketakutannya, dia berucap, “Mommy mana? Cuma Mommy yang bisa bersikap netral dan tidak kekanakan seperti Daddy.” Aruna tidak peduli lagi jika kemarahan Ryuga bertambah dua kali lipat. Saat Ryuga mengeluarkan tanduk tak kasat mata di kepalanya, Arun
Selang beberapa menit di kamar mandi, Aruna baru ke luar dengan wajah yang sudah tampak lebih segar. ‘Nggak perlu panik, Na. Itu cuma Kak Pras ‘kan? Bukan Kak Sam aktor terkenal?’ batinnya mencoba menenangkan diri. Tidak dipungkiri jika debar itu hadir dalam dadanya saat melihat Pras bersama Aland tadi. Wajahnya dibiarkan setengah basah. Tidak ada poni yang menghiasi dahi Aruna. Rambutnya terurai, sedikit berantakan. Namun, justru itu daya pikat alaminya. Mata besar Aruna celingukan melihat ke arah ruang tamu yang sudah tidak ada siapa-siapa. “Ke mana perginya beruang kembar itu?” Satu alis Aruna naik, keheranan. Yang Aruna maksud dengan beruang kembar itu Pras dan Aland. Rasa-rasanya julukan beruang kembar sudah cocok untuk keduanya. Detik setelah gumaman itu mengudara, knop pintu dibuka dari luar. Satu sosok beruang yang Aruna cari muncul. Dia melangkah masuk dan mengambil asbak kecil yang ada di atas meja. Belum sempat Aruna bertanya, suara berat pemuda di hadapannya lebih du
Ternyata Ryuga benar. Dia sama sekali tidak salah mendengar. “Mas Ryuga?” ulang Ryuga lalu menusukkan ujung lidahnya di salah satu pipi. Dia mengurungkan niat–sebenarnya Ryuga hanya sekadar menggoda Claudia. Mendapati Ryuga yang merangkak mendekatinya, Claudia buru-buru meraih selimut dengan susah payah untuk menutupi tubuhnya yang polos. Setengah dari wajahnya sudah hampir tertutupi selimut, hanya saja Ryuga berhasil menariknya turun sebatas leher. “Ulangi, Claudia,” pintanya dengan suara yang rendah. Claudia menaikkan pandangan, menatap Ryuga, sebab tangan suaminya itu mengangkat dagunya. Seluruh wajah Claudia memanas. Bibir cherry-nya perlahan disentuh Ryuga dengan cara yang sensual. “Baiklah, jika memang Nyonya Daksa ini tidak mau bicara, aku menganggapmu tidak ingin melanjutkan– “Ja-hat!” Mendengar Claudia merutuk, sudut bibir Ryuga tertarik ke atas. Demi apapun, Claudia tampak menggemaskan. Apalagi Claudia yang menghindari kontak mata dengan manik hitamnya. “A–aku masih b
Warning: Mature content! Bagi yg kurang nyaman untuk baca, bisa skip bab ini okayyyy. Thank u … di atas ranjang.Namun, bukan berarti kehadiran calon anaknya yang sebentar lagi akan lahir tidak diinginkan oleh Ryuga. Dia sudah sangat menantikannya.“Lebih turun sedikit lagi, Claudia,” pinta Ryuga berbisik pelan di telinga istrinya itu dengan suaranya yang dalam. Tangannya membelai sisi pinggang atas Claudia yang terasa lembut.Pada kehamilan Claudia yang sudah menginjak tujuh bulan, Claudia tampak lebih berisi di beberapa bagian tubuh, salah satunya di bagian dada. Tangan Ryuga sudah bergeser pada bagian itu. Menekan lalu menggoda cherry di dada Claudia menggunakan dua jarinya.Satu lenguhan pelan mengudara. “Engh~”Dia
Mas RyugaMungkin sudah ratusan kali–oke, bagi Claudia itu berlebihan, rasanya sudah puluhan kali dia merapalkannya baik dalam hati maupun isi pikirannya. Bibirnya terlalu kelu untuk memanggil Ryuga demikian.Lidahnya terlalu kaku. Sisi dalam diri Claudia berbisik, ‘Semua akan terbiasa. Jadi, dicoba dulu, Clauuuu!’“Ryuga dan Aland belum pulang, Clau?”Celetukkan itu membuat Claudia mengerjapkan mata lantas menatap Sang Ayah yang sudah tampil rapi di hadapannya. “Ha? O–oh, belum, Yah. Sepertinya sebentar lagi,” jawab Claudia menduga-duga.Dia mengalihkan pandangannya ke arah jam dinding yang kini menunjukkan baru pukul tujuh pagi. Sekitar satu setengah jam lalu, Aji mengatakan jika Ryuga dan Aland ke luar untuk lari pagi.Baru Claudia ketahui setelah menikah jika Ryuga akan pergi berolahraga minimal satu kali dalam seminggu. Claudia menolehkan wajahnya lagi ke arah Aji. “Ayah sudah harus pergi sekarang?”Aji menganggukkan kepalanya. “Rasanya ada yang kurang kalau belum Ayah pastikan s