Bab pertama hari ini ... Bbab Utama : 1/3. Hari ini hanya Bab Utama yang Author rilis tapi untuk Bab Bonus Hadiah, Bab Bonus Gems, dan Bab Extra Author akan diakumulasikan ya ... terima kasih.
Langit menghitam seolah menunduk pada satu nama... Drakarion.Salah satu dari Tiga Iblis Surgawi.Ia bukan seekor naga, bukan pula iblis dari kisah dongeng yang menakut-nakuti anak kecil.Ia adalah cultivator kegelapan, makhluk fana yang telah mengkhianati batas manusia—menyatu dengan kegelapan dunia bawah, menelan ilmu terlarang, dan hidup dalam kutukan yang ia pelihara seperti napas sendiri.Dan kini, ia berdiri di atas batu-batu hangus, jubahnya berkibar liar tertiup badai panas yang datang entah dari mana.Pedang hitam berurat ungu tergenggam di tangan kanannya—senjata kutukan yang berdengung pelan, seakan haus darah dan dendam.Tubuhnya dilapisi armor berlapis sihir, berdenyut seperti urat-urat iblis yang hidup. Matanya memancar cahaya merah dalam, bukan dari amarah semata, tapi dari rasa takut yang ia sembunyikan dengan lapisan kesombongan.“KAU BUKAN RAJA!” raungnya, suaranya menggema bagaikan petaka yang dipanggil dari lembah dunia yang retak.“KAU ADALAH PENISTA! PEMALSU KEBE
Langit berubah.Bukan sekadar mendung. Tapi meremang—seolah cahaya itu sendiri dicekik oleh kekuatan yang tak diundang.Cahaya matahari terhisap oleh kekosongan.Bayangan kelam menyebar dari cakrawala, menutupi langit seperti selimut kutukan. Kabut ungu yang semula menari di tepi medan berubah warna menjadi abu, dan lalu lenyap—terbakar oleh sesuatu yang tidak bisa dijelaskan oleh logika duniawi.Suara menghilang.Bahkan deru angin, bahkan detak jantung.Keheningan menggantung seperti tali gantung bagi siapa pun yang berdiri di sana.Para iblis, para dewa yang jatuh, para penjaga kehancuran... semuanya terdiam.Langkah mereka membeku. Mata mereka mengarah ke satu titik.Kevin.Ia menurunkan tangan kirinya dengan gerakan lambat, seperti upacara sakral yang menandai akhir sebuah zaman. Jemarinya menyentuh tanah yang hangus, dan pada saat itu juga, dunia berubah.Aura gelap yang pekat—pekat seperti tinta neraka—merambat dari telapak tangannya. Menjalar. Meluas. Mengendap dalam tanah dan
Valkyrie berdiri tegak di antara debu dan bara yang berputar ganas. Nafasnya terengah, namun tidak goyah. Darah mengalir dari luka-luka di bahunya dan pahanya, membasahi sebagian zirah tempurnya yang kini pecah-pecah oleh ledakan sebelumnya. Tapi dari mata peraknya, api keberanian justru menyala semakin terang—liar, tanpa keraguan.Dengan satu hentakan ringan, ia menarik Pedangnya—Arashi no Hime.Bilahnya berkilau biru keperakan, dikelilingi petir surgawi yang menari di sekelilingnya. Setiap kilatan menyentuh udara dan memekikkannya, menorehkan garis-garis listrik yang menggores langit senja yang telah dibakar. Petir itu tidak hanya menyala—ia menyanyikan lagu pertempuran, bersenandung untuk jiwa-jiwa yang telah memilih bertarung sampai akhir.Valkyrie menggenggam gagang pedangnya erat-erat. Ototnya bergetar karena luka, tapi tatapannya justru lebih fokus dari sebelumnya.Dengan suara rendah, dia berkata, “Tuan Muda… kita tidak berhadapan dengan sekadar penjaga.”Dari sisi kanannya, K
Tanah kembali bergetar.Namun kali ini bukan seperti langkah mengguncang dunia milik Drakarion, atau hembusan badai tajam milik Zephyrax.Tidak.Ini lain. Ini... membakar.Getaran itu terasa seperti aliran lava yang menjalar dari bawah kaki, menyusup melalui pori-pori bumi, membuat udara mendesis, dan jiwa menggeliat dalam panas yang tak terlihat. Seolah dunia sendiri mengerang dalam kesakitan, meratap karena sesuatu yang tak seharusnya kembali... kini telah bangkit.Dan dari balik kabut tebal bercampur debu serta arang yang mengambang di udara, muncullah sosok itu—seakan neraka membuka pintunya dan memuntahkan isi terdalamnya.Ignaroth.Ia berjalan perlahan.Tidak terburu-buru, tidak ragu.Langkahnya seperti denyut waktu yang meleleh, membawa aroma belerang dan darah terbakar. Tubuh raksasanya dibalut oleh api merah darah—bukan sekadar nyala biasa, tapi api hidup yang berdesis, menyentuh tanah dan membakarnya menjadi abu hitam. Api itu seperti makhluk lapar, merayap, melilit, mencaka
Langit masih menyimpan aroma logam dan abu dari langkah yang ditinggalkan oleh Drakarion. Asap kelabu menggantung seperti tirai kematian yang belum usai diturunkan. Terdengar sebuah suara—desingan halus yang nyaris tak terdengar namun menusuk seperti seruling neraka. Nadanya tinggi, menusuk gendang telinga seperti bisikan maut yang diperdengarkan pada jiwa-jiwa yang belum siap meninggalkan dunia.Kemudian ia muncul—Zephyrax.Sosoknya melayang tenang, nyaris seperti penampakan. Dia tidak berjalan—dia melayang ringan di atas tanah yang pecah, seolah dunia sendiri enggan menanggung berat kehadirannya. Tubuh rampingnya menjulang, dibalut sisik hijau zamrud yang berkilau seperti permata hidup. Setiap sisik memantulkan kilatan cahaya dari sisa-sisa petir di udara, menciptakan kilau yang bergerak-gerak bagai gelombang dalam badai.Angin mulai berputar dengan liar di sekelilingnya, membentuk pusaran badai yang tidak menabrak—melainkan menari. Badai itu bukan hanya efek alam, tapi bagian dari
Langit di atas Pulau Neraka kembali berubah, namun kali ini bukan karena badai atau racun. Bukan pula karena Kevin atau Valkyrie.Bukan pula karena kehendak langit.Tapi oleh sesuatu yang lebih dalam. Lebih sunyi. Lebih kuno dari segala rasa takut.Tanah yang baru saja disucikan oleh badai api surgawi berubah warna. Dari kelam menjadi... putih pucat. Seolah tanah terlarang sendiri kehilangan darahnya. Seolah roh-roh yang bersemayam dalam kerak Pulau Neraka memilih untuk... diam.Udara mulai mengalir dengan cara yang ganjil—tidak membawa suara, tidak membawa aroma—hanya tekanan yang menusuk telinga, seperti dunia sedang menahan napas.Di tengah sunyi yang ganjil itu, Kevin menurunkan bahunya perlahan. Pundaknya penuh luka dan debu perang, tapi matanya tetap tenang. Energinya mulai pulih berkat pil spiritual dan eliksir yang ditelannya tadi setelah menghabisi Lima Naga Iblis.Ia mengeluarkan sebatang rokok spiritual dari saku jubah tempurnya—sebuah rokok tipis berlapis energi pelindung,