Share

421. Wind of Flame

Author: Zhu Phi
last update Huling Na-update: 2025-07-10 18:54:05
Tanah Pulau Neraka masih mengepulkan asap dari ribuan bilah es spiritual yang menghujani beberapa detik sebelumnya. Permukaan yang semula keras dan angkuh kini meleleh seperti lilin yang disiram neraka. Jejak kaki Kevin jatuh keras di atasnya—sebuah hentakan yang menggema jauh ke dalam perut bumi.

KRAAKK!!

Retakan menyebar dari bawah tumitnya, membentuk pola menyerupai guratan petir yang mengalirkan cahaya jingga membara. Dari celah-celahnya, suara geraman samar terdengar—seolah bumi sendiri sedang mengaduh atas penderitaan abadi yang ditumpuk di atas pulau terkutuk ini.

Kevin berdiri tegak di tengah semua kekacauan itu. Dadanya naik turun. Napasnya—berat, berapi, seperti hembusan naga yang baru bangun dari tidur ribuan tahun. Keringat bercampur darah mengalir di pelipisnya, tapi matanya menyala. Fokus. Tidak tergoyahkan.

Lalu—

WHRUUMMM—!!!

Dalam satu gerakan cepat, Pedang Dewa Ilahi berputar di tangannya. Gerakannya tampak seperti pusaran cahaya yang memotong langit itu sendiri. Dari
Zhu Phi

Bab pertama hari ini ... Bbab Utama : 1/3. Hari ini hanya Bab Utama yang Author rilis tapi untuk Bab Bonus Hadiah, Bab Bonus Gems, dan Bab Extra Author akan diakumulasikan ya ... terima kasih.

| 2
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   565. Ancaman Draven Caraxis

    Suasana seketika riuh. Beberapa tamu saling berbisik, sebagian menahan napas, menunggu reaksi dari Kevin.PLAAAK!Suara tamparan keras memecah udara. Semua mata terbelalak. Draven terhuyung ke samping, pipinya memerah membengkak. Bukan Helena yang menamparnya, melainkan Kevin yang kini berdiri di hadapannya dengan tatapan dingin menusuk.“Jangan pernah...” Kevin mendesis, suaranya rendah namun mengandung tekanan yang membuat bulu kuduk meremang. “Jangan pernah membentak atau kurang ajar terhadap kekasihku. Atau... aku akan merobek mulut besarmu itu.”Draven mendengus, darah menetes dari sudut bibirnya. “Cih! Kau... bajingan! Kau sudah membunuh ayahku! Semula kukira kau juga sudah membunuh kakakku—ternyata dia masih hidup!” Ia menunjuk Helena dengan gemetar. “Pasti kalian bersekongkol untuk membunuh ayahku!”PLAAAK!Tamparan kedua mendarat. Kali ini bukan dari Kevin, melainkan dari Helena. Matanya penuh kilatan amarah. Tangannya bergetar tapi tegas, tak sudi lagi menahan sakit hatinya.

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   564. Giliran Raisa dan Draven

    Tak seorang pun menyadari duel mematikan yang baru saja terjadi di kamar utama Kevin. Aura benturan, suara runtuhan, bahkan getaran spiritual, semuanya terserap habis oleh formasi yang telah ia pasang. Lingkaran formasi itu berkilat samar di lantai marmer, menelan segala bentuk keributan seakan kamar itu hanyalah ruang biasa. Hanya Kevin dan Selene yang tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana.Setelah mengantar Selene ke kamar barunya—kamar kecil di sisi timur Paviliun Drakenis—Kevin kembali menapakkan langkah ke aula utama. Pesta masih bergema, padahal jarum waktu hampir menyentuh tengah malam. Lampu-lampu kristal spiritual masih berkilau, musik lembut dari alat musik tradisi kuno bercampur dengan denting gelas, dan aroma anggur spiritual bercampur dengan dupa yang menenangkan.Namun, begitu Kevin muncul, keheningan kecil seperti bayangan melintas. Beberapa tamu menoleh. Ada yang menunduk dalam hormat, ada pula yang hanya melirik dengan tatapan sulit ditebak.Di sudut aula, Dr

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   563. Sumpah Darah Spiritual

    Langkah Kevin terdengar mantap, menghantam lantai batu seperti dentang genderang perang. Selene hampir bisa merasakan getaran setiap pijakannya di tulang rusuknya yang masih sakit. Ia berdiri membeku, keringat dingin mengalir di pelipis meski udara malam menusuk kulit.Kevin berhenti tepat di depannya. Tubuhnya sedikit condong ke depan, wajah mereka kini hanya berjarak sejengkal. Nafas Kevin terasa panas di pipinya. Tatapannya menusuk, seperti bilah pedang yang siap menebas.“Aku tidak pernah melepaskan orang yang berniat membunuhku,” ucapnya, suaranya rendah, berat, seperti guntur yang tertahan. “Tapi aku memberi pengecualian kepadamu… karena aku suka padamu.”Selene terbelalak. Kata-kata itu membuat dadanya berdegup cepat, antara marah, bingung, dan… takut.“Kau bisa menjadi praktisi bela diri yang hebat kalau mengikutiku,” lanjut Kevin. “Atau mati di sini, sekarang.”Ruangan seakan menyempit. Selene masih terdiam, giginya menggertak, mencoba menghitung untung rugi di kepalanya. Ia

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   562. Pilihan Sulit

    Kilatan belati di tangan Selene masih bergetar, memantulkan cahaya lampu kristal yang berada di atasnya. Napasnya patah-patah. Bara dendam menyala di matanya, tetapi wajahnya pucat seperti bulan yang kehabisan cahaya. Di hadapannya, Kevin bersandar di sofa, satu kaki menyilang, tenang—seakan barusan tidak terjadi apa-apa selain angin lewat dan hanya asap rokok yang bergerak pelan.Hening satu detik.Lalu...BRUKK!Selene melesat cepat dari tempatnya. Tubuhnya meluncur bagai anak panah, belati menghujam, membelah udara dengan siulan tajam. Angin kamar terasa tercabik, tirai merah di jendela berkibar liar, dan cairan spiritual dalam ruangan mendesir seperti disedot oleh niat membunuhnya.Kevin memiringkan badan beberapa derajat—hanya itu.KRAKK! Belati menghantam meja kaca di samping sofa, meledakkannya jadi serpihan bening yang berkilau seperti hujan bintang.“Cepat,” gumam Kevin tanpa bangkit, mata tetap tenang seakan tak ada kejadian yang berbahaya, “tapi terlalu terburu-buru.”Selen

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   561. Rayuan Maut Selene Adamara

    Halaman Paviliun Drakenis sore itu masih dipenuhi sisa-sisa keagungan peresmian megah yang baru saja usai. Para tamu masih menikmati hidangan yang disajikan tuan rumah di dalam paviliun. Lentera-lentera spiritual menggantung di udara bercampur dengan lampu modern di taman ini, berkilauan seperti bintang, sementara angin lembut membawa aroma dupa yang masih menyala di altar depan.Kevin Drakenis, tuan rumah pesta ini memilih menjauh dan berdiri di teras halaman paviliun, satu tangan di saku, satu tangan lagi memegang rokok yang ujungnya berpendar merah. Asapnya naik perlahan, berbaur dengan udara sore yang lembap, menciptakan siluet misterius di wajahnya.Langkah berderap halus terdengar dari belakang. Bukan suara biasa, melainkan hentakan ritmis yang seolah sengaja diperlambat untuk menarik perhatian.Selene Adamara Smith.Putri Mantan Gubernur Xandaria yang terbunuh dalam insiden yang mengerikan di Kota Godam.Gaun merah darahnya membalut tubuh ramping dengan sempurna, ketat namun an

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   560. Tamu Tak Terduga

    Langit malam di atas Paviliun Drakenis pecah oleh kembang api, namun dentuman gong kuno tiba-tiba berhenti ketika suara pengumuman dari penjaga pintu menggema:“Kedatangan Kaisar Tanah Terlarang Dewa dan Iblis, Celestine Aschene!”Seisi aula terdiam. Semua tamu yang sedang bercakap, semua musuh yang sedang menunggu celah, mendadak membeku. Nama itu bukan sekadar nama—itu simbol kekuasaan yang bahkan para tetua sekte besar tak berani sentuh.Dari pintu utama, Celestine Aschene melangkah masuk dengan jubah putih berhiaskan benang emas yang berkilau di bawah cahaya lentera. Rambut hitam panjangnya tergerai, wajahnya menatap lurus tanpa gentar, auranya seperti samudra tak bertepi. Ia berhenti tepat di tengah aula, dan dengan suara yang mengguncang hati setiap orang, ia berkata...“Hari ini aku berdiri di sini bukan sebagai Kaisar Tanah Terlarang, tapi sebagai saksi. Kevin Drakenis menolak tahta yang diberikan untukknya dan memilihku menjadi Kaisar tanah terlarang menggantikannya, namun ak

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status