Aku mencintaimu, cinta yang berusaha kusembunyikan dalam setiap sikap dinginku. Dalam tembok keegoisan yang kubangun untuk membentengi hatiku. Namun, sekarang kamu berhasil merobohkannya.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)***Thania masih memeluk erat tubuh Syakila seolah tidak mau terpisah. “Kak Syakila, Gendong aku!” pintanya penuh harap. Syakila mencoba menerbitkan senyum untuk bocah cantik itu.“Kakak Cantik habis nangis, ya?” tanya Thania dengan wajah polosnya.“Sayang, kamu turun, ya. Tubuh kamu ‘kan gemuk, kasihan Kak Syakila,” ucap Kasyaf. “Ndak mau, aku mau dipeluk dan digendong Kak Syakila. Aku sangat rindu padanya,” tolak Thania. Bocah cantik itu makin mengeratkan tangannya ke pinggang Syakila.“Silakan masuk, Pak!” ucap Syakila sambil menggendong Thania.“Si-siapa yang meninggal?” tanya Kasyaf ragu setelah Syakila mempersilakannya duduk di ruang tamu.“Ayah saya, Pak,” jawab Syakila tanpa melihat ke arah Kasyaf. Gadis cantik itu lebih fokus dengan Thania.“Aku turut berduka. Sak
Aku tidak pernah merencanakan untuk jatuh cinta padamu. Semua terjadi begitu saja. Cinta itu tumbuh dan tumbuh semakin besar seiring berjalannya waktu.(Kasyaf – Syakila ~ Pilot Pencuri Hati)*Syakila mendongakkan kepala yang sejak tadi menunduk. Ia tercengang dengan apa yang dikatakan Kasyaf. Lirih, tapi ia masih bisa mendengar jelas. Telinganya tidak bermasalah. Ia rajin membersihkan telinganya setiap satu minggu sekali.“What? Beneran yang dikatakan kapten songong itu? Apa telingaku bermasalah? Apa setelah ini aku harus pergi ke spesialis THT?” gumam Syakila.Gadis cantik itu bergeming di tempatnya berdiri sambil terus menatap ke arah Kasyaf yang semakin salah tingkah. Laki-laki itu tidak bisa berkata lagi, setelah mengatakan apa yang ia simpan selama hampir satu bulan ini. Ia grogi, tidak menyangka bisa mengatakan kata sakral itu dengan tegas dan mantap di hadapan Syakila. Mulut tidak bisa disinkronkan dengan hatinya.Usianya sudah dua puluh delapan tahun, sudah tidak remaja l
*Untuk mendapatkan kepastian, dibutuhkan kesabaran dan kegigihan yang besar. Karena sejatinya cinta membutuhkan pengorbanan.(Syakila – Kasyaf ~ Pilot Pencuri Hati)*Tujuh hari sudah Dimas meninggal. Setiap malam diadakan tahlil bersama para warga. Syakila, Dita dan Fauzi senang dengan kerukunan warga tempat tinggalnya. Bahkan untuk persiapan tahlil warga yang mengatur semua. Makanan pun warga yang menyediakan. Syakila dan keluarga tidak diperbolehkan untuk mengeluarkan uang sepeser pun untuk biaya tahlil.Pagi ini Dita sudah menyiapkan peralatan jualan. Membuat Syakila yang baru keluar dari kamar tercenung.“Ibu sudah mau jualan?” tanya Syakila mendekat. Sudah menjadi kebiasaannya setiap pagi membantu sang ibu memasak.“Rencananya iya, Nak.”“Jualan di depan rumah ‘kan, Bu?”“Iya, Nak. Seperti biasanya. Ibu enggak mau kuliah kamu berantakan, begitu juga Fauzi. Ibu pingin Fauzi juga melanjutkan pendidikannya setelah SMA,” ucap Dita lembut.“Ibu ‘kan masih dalam masa Iddah, nanti ya
Hal yang paling penting dalam hidup adalah belajar bagaimana memberi cinta, dan membiarkannya masuk untuk memberi warna dalam hidup. Sejatinya, cinta itu dirasakan bukan dipikirkan, ia lebih butuh balasan daripada alasan. Karena tidak ada alasan ketika cinta datang, tidak ada alasan untuk mencintai.(Kasyaf Syahrizki – Syakila Zanitha)*Kasyaf dan Syakila berjalan beriringan menuju tempat parkir. Syakila masih diam belum menjawab apa yang dikatakan Kasyaf.“Sya, aku enggak memaksa kok. Aku akan menunggu, tapi aku juga berharap kamu menjawab secepatnya. Entah itu kamu menolak atau menerimaku. Kalau kamu menerima, aku akan mengajak kedua orang tuaku menemui ibumu untuk memintamu secara langsung, tapi kalau kamu menolaknya, percayalah, aku akan berusaha ikhlas menerima keputusanmu,” ucapnya tulus.“Ma-maaf, saya belum bisa menjawab sekarang, Pak. Jujur, saya masih ragu,” jawabnya.“Saya tahu, kamu pasti ragu karena aku hanya seorang duda beranak satu. Seharusnya aku sadar diri sebelum m
Di balik pertemuan, terkandung cerita di dalamnya. Di balik perpisahan, tersimpan sebuah kenangan. Di balik jarak, tersirat sebuah kerinduan. Di sudut hati yang paling dalam terukir sebuah nama. Di balik diamku, terbungkus sebuah doa.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)***Selesai belajar Thania tidak mau pulang. Bocah cantik itu bermain bersama Fauzi. Pemuda tampan itu memang suka sekali dengan anak kecil. Ia lebih sering mengalah pada bocah itu. Sedangkan Syakila sibuk melayani pembeli, termasuk membuatkan pesanan Kasyaf tadi. Kasyaf melihat Syakila kewalahan, sedangkan Fauzi masih asyik bermain dengan Thania. Ia tahu bagaimana sifat sang putri, kalau Fauzi meninggalkannya dan membantu Syakila, bocah itu pasti menangis tidak terima. Kasyaf pun punya inisiatif untuk membantu Syakila.Kasyaf menggulung lengan kemeja putihnya sampai ke siku. Ia mendekat ke arah Syakila yang sibuk membuatkan pesanan pembeli.“Biar aku bantu,” ucapnya. Ia tiba-tiba berdiri di samping Syakila sambil membalik m
Dalam hal seluruh hidupku, jatuh cinta padamu adalah hal terbaik yang pernah terjadi padaku.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)***Syakila segera mengganti pakaian setelah Dita mengizinkannya ikut Kasyaf dan Thania. Tentu saja dengan syarat tidak boleh terlalu malam pulangnya.Thania membuka pintu belakang mobil Bocah cantik itu langsung duduk di bangku penumpang. Syakila pun ikut masuk bersama Thania. Namun, bocah cantik tersebut mencegahnya.“Kakak Cantik duduk di depan aja sama Papa. Aku mau tiduran di bangku belakang. Boleh, ya,” pintanya beralasan.“What? Kenapa Thania jadi nyebelin gini, sih. Aku mau pergi juga karena tidak mau ngecewain dirinya, bisa-bisanya aku disuruh duduk bersama papanya. Seandainya dia tau sejak tadi aku olahraga jantung dekat papanya,” gumam Syakila tidak suka. Ia kecewa, terpaksa gadis cantik itu duduk di samping Kasyaf. Tentu saja Kasyaf yang membukakan pintu untuknya.Tanpa Syakila sadari Kasyaf malah tersenyum melihat tingkah konyol sang putri. Sungguh, ia
Aku harus bertahan untuk menantimu meski penantian ini begitu berat. Namun, kesabaran dalam iman telah menepis kegalauan hatiku. Kian mengukuhkan rasa cinta ini.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)***Apa yang ditakutkan Syakila benar-benar terjadi. Apa yang ia harapkan dari orang kaya? Mereka selalu memandang rendah orang miskin sepertinya.Syakila menahan air matanya supaya tidak keluar. Ia tidak mau menangis di depan Kasyaf dan Thania. “Papa, kenapa kita pulangnya cepat? Aku masih kangen sama Oma dan Opa? Kita juga belum malam sama mereka,” ujar bocah cantik itu kesal. Tanpa mengatakan apa-apa Kasyaf langsung menggandeng jemari mungilnya dan membawa keluar.“Kita makan sama Kak Syakila di luar, enggak di rumahnya Opa,” ujar Kasyaf.“Kenapa, enggak di rumah mereka? Biasanya mereka kan selalu masak banyak bila kita berkunjung,” ucap Thania dengan polosnya.“Sayang kita makan di luar saja. Ayo!” ajak Kasyaf pada sang putri. Laki-laki tampan itu membukakan pintu belakang untuk Thania. Setelahn
Bukan seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa banyak yang kita nikmati, yang membuat kebahagiaan kita sempurna. Meskipun itu hanya dengan melihat senyummu.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)***Kasyaf tersenyum lega. Rencananya hari ini berhasil. Padahal rencana ini dibuatnya dadakan. Bahkan Thania baru saja ia beritahu saat berada di toilet.Sedangkan untuk Fauzi, saat Syakila sibuk dengan pembeli ia sudah mengatakan niatnya pada calon adik iparnya itu. Bahkan ia harus meyakinkan pemuda tampan tersebut. Ia juga meminta Fauzi untuk mengatakan pada Alina dan Azizah akan rencananya. Beruntung keduanya mau membantu.“Kakak Cantik akan jadi Mamaku ‘kan?” tanya Thania sambil tersenyum manis.Sebelum menjawab Syakila melihat Kasyaf terlebih dahulu. Laki-laki itu tersenyum sambil memejamkan mata. Syakila memang masih ragu mengatakan hal itu. Jujur, ini seperti mimpi. Dilamar dengan romantis di hadapan kedua orang tua Kasyaf. Sayangnya kebahagiaan itu pun membuatnya sedih karena teringat