Share

Chapter 2 : Gio

Author: Megumisora
last update Last Updated: 2025-05-04 22:38:51

Suara tembakan menggema di bangunan kosong itu. Dua pria yang sedang melakukan transaksi langsung saling mengarahkan pistol. Sementara itu, seseorang telah lebih dulu menarik pelatuk—membatalkan kesepakatan malam itu.

Orang itu adalah Yuta.

"Kenapa dia harus bertemu dengan pria itu di sini?" gumam Yuta sambil mengarahkan senapannya ke pria yang menjadi musuh Giovandro.

Malam ini sepertinya tidak akan semudah biasanya.

Peluru-peluru berdesing, menancap tepat ke titik-titik vital. Tubuh-tubuh pun tumbang, satu per satu. Dengan cepat, Yuta merapikan peralatan dan melesat keluar menuju tempat motornya diparkir.

Tapi jalan keluar tak semudah yang dibayangkan.

Beberapa pria berbaju hitam mengepungnya, tubuh mereka dipenuhi tato. Tapi itu bukan hal yang bisa membuat Yuta gentar. Bahkan dengan senapan berat yang tergantung di bahunya, ia menjatuhkan satu per satu lawannya dengan pukulan tajam dan akurat.

“Berhenti,” ucap seorang pria yang berdiri di hadapannya. Seketika gerakan Yuta terhenti, matanya membeku.

Ia mencoba kabur, tapi suara itu membuatnya mematung.

“Yuta.”

Yuta berbalik perlahan. Pria itu mendekat, namun Yuta langsung menghindar. Meski wajahnya tertutup masker, pria itu bisa mengenalinya.

"Sepertinya Anda salah orang," ucap Yuta, mencoba melangkah pergi.

Namun pria itu menahan tangannya dan menarik masker yang menutupi wajahnya.

“Aku tidak pernah salah. Dan aku tahu ini kamu.” Tatapan tajam pria itu menusuk.

“Lepaskan, Gio. Kita sudah tidak memiliki hubungan apa pun. Yuta Riana yang kamu kenal... sudah mati,” ucapnya datar.

“Aku tahu kamu belum mati, Yuta. Kenapa kamu pergi dariku?” tanya Gio, memeluk tubuh wanita itu. Tapi pelukannya tak dibalas.

“Tak ada alasan untuk bertahan. Kamu tahu kenapa aku meninggalkanmu.”

“Apa maksudmu?”

“Berhentilah berpura-pura, Gio. Kamu tahu alasannya...” ucapan Yuta terhenti ketika rasa kantuk tiba-tiba menguasai tubuhnya. Ia sadar—Gio menyuntikkan bius.

“Gio, sialan…”

“Maaf, tapi hanya ini satu-satunya cara membawamu bersamaku,” ucap Gio sebelum mengangkat tubuh Yuta dan memasukkannya ke dalam mobil.

“Cari semua informasi tentang Yuta. Kau baru saja membuat kesalahan besar, Dave,” ucap Gio pada pengemudi.

“Baik, Tuan Muda,” jawab Dave sambil melajukan mobil.

Di tempat lain, seorang pria mengamuk. Ia melempar barang-barang di sekelilingnya dan menatap tajam pada anak buahnya. Tanpa pikir panjang, ia menarik pelatuk pistol. Darah mengalir.

“Bodoh. Kalian dikalahkan hanya oleh satu orang.”

Ia menatap laporan yang baru diterimanya. Transaksi itu seharusnya berhasil—musuhnya seharusnya mati. Tapi keberadaan mereka terendus oleh penembak jitu bayaran.

“Tuan, orang itu dibawa oleh mafia Black Devils,” ucap tangan kanannya.

Pria itu mengumpat keras. “Sial.”

Yuta membuka mata. Rasa berat masih melekat di tubuhnya. Ia menatap tajam penculiknya—Gio—yang duduk santai di kursi seolah tak melakukan kesalahan apa pun.

“Kenapa kamu menatapku seperti itu?” tanya Gio, membuat Yuta ingin melemparnya dengan bantal.

“Masih sempat bertanya setelah menculikku begitu?” protes Yuta, disambut senyum tipis dari pria itu.

“Tak ada cara lain untuk membawa harimau betina sepertimu kecuali membiusnya.”

Harimau? Benar-benar menyebalkan, pikir Yuta.

“Enak saja! Jangan samakan aku dengan harimau!”

“Tapi kamu memang seganas itu. Dan aku tidak sabar menunggu saat kita—”

Bantal menghantam wajahnya.

Gio menahan tawa. Betapa ia merindukan hari-hari seperti ini.

“Yuta... kamu perlu menjelaskan. Kenapa kamu pergi?”

“Tak ada yang perlu dijelaskan. Keluarga Shiteritsu sudah mati. Tak ada lagi Yuta Riana Shiteritsu.”

“Kamu tahu aku mencintaimu. Tak peduli siapa keluargamu.”

“Aku sudah menikah. Kita tidak bisa bersama.”

Gio tertawa. Lalu tatapannya berubah tajam.

“Sayang, aku tidak suka bercandaanmu.”

“Aku serius. Kamu tahu, aku sudah memakai nama belakang—”

Perkataan Yuta terputus saat Gio menciumnya tiba-tiba. Matanya membelalak.

“Kamu pikir aku semudah itu dibohongi? Satu-satunya nama belakang yang boleh kamu pakai adalah milikku,” bisik Gio sambil menghapus jejak di bibir Yuta.

“Gio…”

“Ya, Sayang?”

“Kita tidak bisa bersama.”

“Aku tidak peduli penolakanmu. Mulai hari ini, kamu milikku. Atau kamu ingin sahabatmu mati?”

Tatapan Yuta membara. Tapi Gio justru tersenyum puas.

“Ah, kamu sangat cantik saat marah.”

“Gio, aku tak suka kamu—”

“—menggunakan orang lain? Sayang, itu satu-satunya cara memastikan kamu tidak pergi lagi,” ucap Gio sambil menarik dagu Yuta.

"You're mine."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Possessive crazy mafia   Chapter 11 : Benih Dendam

    Lembut, nyaris seperti bisikan angin, tangan Gio menyusuri rambut Yuta. Sentuhan itu menyadarkannya dari lamunan. Perlahan ia mendongakkan kepala. Tatapan mereka bertemu, dalam, penuh sejarah yang tak pernah benar-benar selesai.Setetes air mata jatuh di pipi Yuta—tak diminta, tak disadari. Hanya kenangan yang datang tanpa diundang. Gio tertegun, lalu memutar tubuh Yuta hingga keduanya saling berhadapan.“Apa yang membuatmu menangis?” tanyanya lirih, menyentuh wajah wanita itu dengan hati-hati seolah takut menyakitinya.Yuta menggeleng pelan. “Hanya... kenangan buruk yang datang tiba-tiba.”Suara Gio melembut, seperti sedang berbicara dengan bayangan masa lalu. “Honey... kamu tahu aku tidak pernah menduakanmu, bukan? Wanita itu... hanya pion. Suruhan seseorang yang ingin menjebak kita berdua.”Yuta tersenyum samar, getir. “Aku tahu, Gio. Beberapa tahun lalu, aku menemukan fakta itu. Tapi saat itu... rasanya aku malu untuk sekadar menatap matamu. Aku harusnya percaya padamu... bukan?”

  • Possessive crazy mafia   Chapter 10 : Luka masa lalu

    Senyum seorang pria terbit saat ia selesai membaca sebuah dokumen yang baru saja diantar oleh bawahannya. Ia menyesap cerutunya, menyandarkan tubuh pada kursi, dan menatap ruang kosong yang ditempatinya—sebuah ruang kerja yang dipenuhi senjata favorit dan didominasi warna hitam di setiap sudutnya."Aku tidak menyangka wanita itu masih hidup," gumamnya, tatapannya mengarah pada sebuah potret yang terpajang di meja kerjanya. "Ternyata kamu sudah besar."Sebuah ketukan pelan mengembalikannya dari lamunan. Seseorang masuk ke dalam ruangannya. Tak sepatah kata pun keluar dari pria itu sampai bawahannya memulai pembicaraan."Kami sudah menemukan keberadaan keduanya, Tuan," ucap si pria sambil menunduk dalam-dalam. Tatapan tajam atasannya membuat bulu kuduknya meremang. Ia tahu, suasana hati tuannya sedang buruk."Biarkan mereka bersenang-senang dahulu. Aku suka mempermainkan peliharaanku. Setelah itu, pastikan kau menangkap wanita itu. Aku tak sabar bertemu dengan kelinci manisku," ucapnya,

  • Possessive crazy mafia   Chapter 9 : Kehangatan

    Yuta tidak pernah merasakan pagi yang seindah ini sejak kejadian itu terjadi. Ia selalu sulit tidur dan bangun dalam keadaan sangat lelah. Tapi pagi ini, ia tidak lagi merasakan hal itu. Ia merasa seperti kembali ke masa lalu. Apakah sebesar itu pengaruh keberadaan Gio dalam hidupnya? Kedua matanya menatap pria yang sedang tidur di sampingnya. Kedua tangan besar memeluknya begitu erat. Tak ada jarak yang memisahkan keduanya. Sekarang, ia bisa menikmati pemandangan indah di hadapannya. Napas pria itu menghembus ke wajahnya.Seharusnya ia berteriak dan memarahi pria itu karena telah lancang masuk ke dalam kamarnya di vila milik Gio. Tapi biarlah, untuk kali ini ia ingin merasakan kehangatan yang telah hilang beberapa tahun ini. Rasanya semua bebannya menghilang begitu saja. Rasa rindu yang ia pendam selama ini telah terbayar. Tangannya bermain di wajah pria itu, dari alis yang sangat tebal dan berbentuk indah, berlanjut pada kelopak mata dengan bulu mata hitam yang begitu lentik, hidung

  • Possessive crazy mafia   chapter 8: Penyesalan

    Yuta mengejar pelaku penembakan beberapa waktu lalu. Hampir saja dia mencapainya tapi orang itu berbalik dari melepaskan tembakan. Beruntungnya dia memiliki reflek yang baik. Peluru itu memang tidak melukainnya. Waktu bersamaan kap bergoyang karena gelombang air laut. Saat itu waktu seakan berlambat, tubuhnya terlempar dari kapal akibat kakinya yang tak seimbang. Apakah keinginannya terwujud dalam waktu dekat sebelum kebenaran terungkap sepenuhnya. Saat itu muncul rasa kesal karena dia belum bisa membalaskan dendamnya. Tapi seakan takdir sedang mempermainkannya. Tubuhnya terlempar kedalam gelombang air laut yang sedang berkecambuk. Hal yang paling dirinya hindari ialah air karena dia tidak bisa berenang. Apakah ajalnya akan datang dengan seperti ini. Rasannya dia ingin menyesal karena belum bisa mengucapkan perasaanya pada pria itu. Sekarang dia malah ingat seluruh kenangan indah dengan pria manis itu. Padahal seluruh orang disekitarnya mengatakan pria itu dingin dan sedikit bicara.

  • Possessive crazy mafia   Chapter 7 : Bermain Peran

    Sebuah tangan memeluk pinggangnya dan tangan lain menutup mulutnya yang hampir saja berteriak. Dia menyadari sosok pria yang membisikan dirinya. Pertanyaan mengisi isi kepalanya, dia bertanya-tanya bagaimana pria itu bisa mengetahui rencananya malam ini. Tubuhnya dibutar dan akhirnya sekarang keduanya saling bertatapan. Sesaat kedua mata mereka bertatapan. Tak ada satu kata yang keluar dari keduannya. Mereka saling terpesona dengan penampilan satu sama lain. Hingga pria itu mendekatkan dirinya ke telinga wanita. "Kamu sangat cantik, aku tidak lera membiarkan pria-pria itu menikmati keindahanmu." ucap pria itu yang berhasil membuat rona merah muncul di wajah wanita itu. Dia mengakui penampilan pria dihadapannya sangat menawan. Tapi dia lupa kalau pria ini memang selalu berpenampilan menawan. Rasa tak lela bila pria itu bersanding dengan wanita lain. "Tampan bukan? tanya pria itu dengan diakhiri kedipan mata pada wanita dihadapannya yang membuatnya tersadar. "Biasa saja." sambil memb

  • Possessive crazy mafia   Chapter 6 : Pemeriksaan

    Yuta membuang nafas kasar saat melihat tingkah laku pria dihadapannya. Bagaimana tidak pria itu membuat satu rumah sakit tegang karena ancamannya. Pria itu memintanya mengikuti pemeriksaan padahal dia tidak mendapatkan luka parah selain memar pada tempat tembakan. Peluru itu menancap pada pelindung yang dirinya selalu gunakan setelah kejadian beberapa tahun lalu. "Berhenti Gio, aku tidak apa-apa." ucap Yuta yang dibalas dengan tatapan tajam pria. Walaupun dia tahu wanita di depan tidak mengalami luka parah. Tapi dia tetap khawatir. Rasa takutnya melingkupinya saat ini. "Diam dan ikuti saja setiap prosedur, atau kamu tidak boleh lagi keluar dari mansion." ancam Gio yang membuat wanita itu menatap sebal pria itu. Dia tidak memiliki keberanian untuk melawan ancaman pria. Yuta sangat tahu sikap pria itu saat sedang marah. Yuta sangat ingat saat hubungan keduanya saat menjadi sepasang kekasih. Pria itu bukan tipe yang mudah marah untuk sikapnya yang menyebalkan. Tapi sekali pria itu mar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status