แชร์

Harapan Zaydan dan Qiara

ผู้เขียน: Althafunnisa
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-01-06 05:31:43

"Iyalah, Mas. Aku kan cengeng, bisa jadi anak kita nanti juga cengeng seperti ibunya. Bukankah biasanya kepribadian anak itu menurun dari ibunya?" Qiara menatap Zaydan lekat-lekat.

Zaydan terkekeh mendengar perkataan Qiara. Lelaki itu kembali meremas jari jemari istrinya dengan lembut, lalu mengecup telapak tangan Qiara penuh kasih.

"Sayang, karakter seorang bayi dibentuk oleh ibunya ketika masih di dalam kandungan. Bayi yang cengeng biasanya berasal dari seorang ibu yang sering menangis ketika sedang mengandung." Zaydan berujar tanpa berhenti mengecupi telapak tangan Qiara.

"Berarti ketika mengandung aku, ibuku sering menangis dong?" Qiara menatap Zaydan seakan meminta penjelasan.

Zaydan merasa terjebak oleh perkataannya sendiri. Dia sedikit mengerti melihat ekspresi Qiara yang tidak biasa.

"Bisa jadi, Sayang. Bisa jadi ibu selalu menangis karena khawatir kehilangan kamu sebagai bayi kesekian yang dikandungnya," sahut Zaydan.

"Beneran? Bukan karena Ayah yang menyakitinya?" Qiara mengintimidasi.

"Tentu aja nggak dong, Sayang. Kenapa Ayah harus menyakiti ibu? Kamu lihat sendiri 'kan? Ayah sangat mencintai ibu bahkan sampai setelah dia sudah tidak ada lagi dunia," sahut Zaydan.

"Kalau begitu, berarti anak kita tidak akan cengeng, dong? Soalnya aku tidak pernah menangis selama hamil." Qiara memainkan pupil matanya ke kanan dan ke kiri seakan mengingat bahwa dia tidak pernah menangis ketika sedang hamil.

"Mas minta maaf jika pernah membuatmu menangis di awal-awal kehamilan dulu. Mas minta maaf karena tidak bisa memperlakukanmu dengan baik." Zaydan tertunduk saat mengingat di awal-awal kehamilan Qiara, dia mengamuk dan memarahi istrinya karena telah salah sangka atas pertemuan Qiara dan Leon.

Denting air jatuh di pelupuk mata Zaydan. Lelaki itu sedikit terisak membuat Qiara duduk mendekat dan membingkai wajah suaminya itu.

"Mas, aku nggak masalah dengan perlakuan Mas saat itu. Aku bisa mengerti kenapa Mas sangat marah karena memang itu adalah kesalahanku." Qiara menatap manik mata Zaydan, lalu dikecupnya ujung hidung Lelaki itu dengan mesra.

"Aku sangat mencintai Mas. Aku ingin memberi kejutan pada Mas dengan sesuatu yang luar biasa, tapi aku tidak menyangka kejadian hari itu membuatmu sangat marah." Denting air ikut jatuh di pelupuk mata Zaydan.

"Sayang." Zaydan merengkuh Qiara ke dalam dekapannya. Lelaki itu memeluk erat tubuh langsing istrinya dengan perut sedikit membuncit.

Zaydan memposisikan Qiara bersandar di kepala ranjang. Dia kemudian sedikit berbaring di atas perut Qiara yang sedikit membuncit.

"Assalamualaikum, Sayang. Kamu dengar Abi, Nak?" Dielus oleh Zaydan perut Qiara dengan penuh kasih.

"Abi minta maaf jika pernah membuat umi-mu menangis. Tapi Abi mohon denganmu, Kamu harus menjadi anak yang kuat dan tidak boleh cengeng, ya." Zaydan berujar Seraya sesekali mengecup perut Qiara dengan bibirnya.

"Mas." Qiara membelai rambut panjang Zaydan yang sedang mengecupi perutnya penuh kasih.

"Mas sangat mencintai kalian, Sayang. Teramat sangat. Mas takut kehilangan kalian." Zaydan terus mencium perut Qiara bertubi-tubi sehingga perut itu seketika menegang.

"Mas, kok tiba-tiba perutku keram?" Qiara terkejut saat merasakan perutnya yang sedikit kram.

"Masa sih, Sayang?" Zaydan mengangkat daster yang Qiara kenakan, menatap perut Qiara yang memang sedikit menegang.

Tiba-tiba Qiara dikejutkan dengan denyutan yang cukup kuat dari perutnya. Denyutan itu seperti detak jantung yang membuatnya kembali tersenyum.

"Sayang, sepertinya dia merespon ucapan Mas. Mas bisa dengar detak jantungnya?" Qiara meletakkan telinga Zaydan di atas perutnya.

Zaydan memejamkan mata, lalu mencoba mendengar dan merasakan sesuatu di dalam perut Qiara. Bahagia hati Zaydan karena dia merasa sedikit ada denyutan di perut istrinya.

"Sayang, apakah nanti anak kita akan menjadi seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya?" Qiara membelai rambut Zaydan Seraya menitikkan air mata.

Zaydan mengangkat kepalanya, lalu mengecup kembali perut istrinya yang tidak beralaskan daster. Lelaki itu membelai dengan lembut perut buncit Qiara dengan telapak tangannya.

"Kita Didik dia sedari di dalam kandungan. Setiap malam Mas akan mengajaknya berbicara dan membisikkan Tauhid Allah sebelum kamu tidur karena menurut ilmu yang Mas pelajari, saat sebelum tidur antara sadar atau tidak, otak bawah sadar bekerja dengan baik untuk menangkap apa saja pesan yang disampaikan kepadanya." Zaydan duduk di samping Qiara dan menatap istrinya itu dengan intens.

"Maksudnya apa?" 

"Iya, Sayang. Saat yang paling tepat untuk memberikan nasihat kepada seseorang apalagi bayi adalah saat ia sedang berada di bawah alam sadar antara sedang berada di alam mimpi dan masih sadarkan diri." Zaydan mengusap perut istrinya dengan mesra.

"Setiap malam sebelum kamu memejamkan mata dan sampai ke alam mimpi, Mas akan terus mengajak bagi kita untuk ngobrol tentang betapa kita mencintainya dan berharap dia menjadi anak yang sholeh." Zaydan mendongak menatap teduh manik mata istrinya.

Qiara merasa tersentuh mendengar perkataan Zaydan. Perempuan itu membelai rambut tebal suaminya, lalu semakin menurunkan posisi tubuhnya sehingga saat ini ia berada di bawah kungkungan Zaydan.

Kedua mata yang dipenuhi cinta itu saling memandang. Mereka saling menyelami betapa besar cinta yang tertanam di dalam hati pasangannya. Tanpa sadar, Zaydan memangkas jarak semakin dekat sehingga bibir mereka bertemu.

Qiara memejamkan mata menunggu Zaydan mamangut bibirnya membuat dia merasa menjadi perempuan paling bahagia di dunia.

Cup

Zaydan tiba-tiba menarik ke atas wajahnya dan mencium kening Qiara dengan mesra. Hal itu membuat Qiara mendelik dengan tatapan penuh tanya.

"Mas nggak mau hasrat yang begitu menggelora di dalam dada membuat kita kembali melukainya." Zaydan mengusap bibir Qiara dengan ibu jarinya. Lelaki itu selalu teringat bagaimana Qiara pernah dilarikan ke rumah sakit karena percintaan mereka.

"Kamu tahu Mas kan, Sayang. Setiap kali memangut bibirmu dalam keadaan seperti ini, Mas pasti menginginkan hal yang lebih. Bukankah kita sudah mendapat peringatan dari dokter?" Zaydan mengusap perut Qiara Seraya menyelami manik mata istrinya.

Cup

Qiara tidak menggubris perkataan Zaydan. Dia memang sudah merasa jantungnya berdebar oleh cumbuan Zaydan di bibirnya. Perempuan itu memperdalam ciuman di bibir suaminya Seraya membingkai wajah Tampan itu dengan erat.

"Aku tahu, tapi Mas pasti juga tahu, kecupan bibir ini memberi vitamin tersendiri bagiku." Qiara mengusap bibir Zaydan dengan jari jempolnya sehingga posisi mereka sama-sama sedang mengusap bibir pasangan dengan jari jempol.

Zaydan tidak kuasa menahan tatapan teduh Qiara dan sentuhan lembut jari jempol sang istri di bibirnya. Ia semakin mendekatkan wajah hingga akhirnya mereka menyatukan kedua bibir yang sama-sama terhalang jari jempol. Keduanya saling menyesap bibir tanpa melepaskan dekapannya.

"Sayang, dia gerak lagi." Qiara dan Zaydan sama-sama tersentak saat sama-sama merasakan gerakan itu sedikit kuat.

Dengan semangat Zaydan kembali menempelkan telinganya di perut buncit Qiara. Lelaki itu memberi respon pada perut Qiara yang berdenyut. Dikecupnya permukaan perut Qiara dengan kedua tangan yang membelai penuh cinta.

"Assalamualaikum, Sayangnya Abi. Tidur yang manis anakku sayang." Zaydan terus mengusap perut Qiara Seraya membacakan lantunan ayat kursi.

Denting air jatuh di pelupuk mata Qiara. Tak pernah disangkanya dia akan menjadi seorang istri dari lelaki yang begitu hebat yang mengajarkan bayinya untuk mengenal Tuhan sedari dalam kandungan.

Zaydan terus melantunkan bacaan ayat kursi sampai tiga kali sambil membelai perut Qiara yang tadi berdenyut seketika terdiam.

"Selamat malam, sayangnya Abi. Semoga mimpi indah, besok kita akan bertemu kembali. Abi akan membangunkanmu untuk salat subuh." Zaydan mengecup perut Qiara yang sudah tenang.

"Gerakannya sudah terhenti Mas. Apakah itu artinya dia sudah tidur?" Qiara bertanya kepada Zaydan yang disambut anggukan oleh Zaydan dan lelaki itu pun menarik istrinya ke dalam pelukan.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (10)
goodnovel comment avatar
Diajheng Widia
jadi kangenn pengen hamill lagiihh yowlaaa gegaraa pasangaan ini yg bikin meleleeeh
goodnovel comment avatar
Dwi Handayani
masyaallah lucu banget ya jd keinget dulu pas mengandung, zaydan man dia perhatian banget sama qiara lagi sungguh kebahagia tersendiri memiliki suami yg baik macam zaydan
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Syahreza
si sweet bgt dah zaydan sama qiara
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Kesayangan Abi (End)

    2 tahun kemudian. "Jangan peluk Abinya Zahwa." Zahwa mendorong tangan Qiara yang melingkar di perut Zaydan saat mereka berbaring di saung samping rumah. "Abinya Zahwa kan kesayangan Umi." Qiara tetap memeluk Zaydan. "Lepasin! Abinya Zahwa!" "Sayangnya Abi dan sayangnya Mas kok berantem gitu sih? Sini-sini, peluk Abi sama-sama." Zaydan meletakkan Zahwa di atas perutnya dan membaringkan kepala Qiara di atas bahunya. Setiap hari selalu ada keributan karena memperebutkan perhatian Zaydan dari Qiara dan Zahwa. "Sayang, kita mandi yuk. Udah sore nih." Qiara membujuk Zahwa agar mandi. "Nggak mau." "Tapi ini udah sore." "Nggak mau!" "Zahwa, jangan lari-lari gitu. Umi capek." Qiara menyeka dahinya yang berkeringat karena mengejar Zahwa di halaman rumah. "Sayang, kamu aja deh yang bujuk Zahwa. Aku capek banget." Qiara akhirnya pasrah. Ia duduk di tepi kolam ikan sambil melipat tangan di dada. "Ya udah, Mas bujuk dia dulu. Kamu mandi duluan gih." "Oke." "Tunggu." "Apa lagi, Mas?"

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Pernikahan Amira

    "Ayah harus mencicipi tumis kangkung buatan Mas Zaydan. Kali ini tumis kangkungnya pakai cumi loh." Qiara meletakkan satu sendok tumis kangkung ke dalam piring ayahnya."Kalau Zaydan yang masak, tentu saja ayah tidak meragukannya lagi. Tapi kalau kamu yang masak, ayah masih agak sedikit ragu.""Iihhhh. Ayah kok gitu sih? Di sini kan Qiara yang anaknya ayah."Suasana makan malam begitu hangat karena Pak Bustomi yang sudah merindukan masakan Zaydan hari itu terbalaskan sudah kerinduannya.Zahwa selalu terkekeh setiap kali digoda oleh Pak Bustomi. Bayi mungil itu merasa teramat sangat senang karena bertemu dengan seorang lelaki yang sangat mirip dengan ibunya."Ayah sangat setuju dengan ide Zaydan memakaikan Zahwa hijab sejak bayi. Jangan sampai kesalahan ayah dan ibumu akan terulang kembali pada cucu ayah ini." Pak Bustomi membantu Zaydan memasangkan hijab untuk Zahwa karena bayi itu baru saja selesai gumoh.Ponsel Pak Bustomi berdering dengan kencang ketika mereka masih asyik berbincan

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Melepas rindu

    "Saya tidak pernah menimpakan kesalahan Zaydan di bahu saya. Justru Zaydan lah yang sudah mengemban dosa saya sehingga perseteruan ini bisa terjadi. Kalau saja saya tidak mendorong Qiara dengan keras. Kalau saja saya menuruti permintaan Qiara untuk menceritakan tentang jati diri saya. Kalau saja saya tidak memiliki pemikiran buruk pada Qiara, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi." Air mata meleleh membanjiri pipi Bu Jamilah.Pak Budi dan istrinya yang berada di dalam mobil tidak tahan melihat perdebatan antara Pak Bustomi dan Bu Jamilah yang tak kunjung usai. Sepasang suami istri itu pun menghampiri Pak Bustomi yang masih berdebat dengan Bu Jamilah."Budi?""Apa Anda percaya jika saya yang menceritakan kejadian sebenarnya?"Pak Bustomi menatap sepasang suami istri yang wajahnya begitu tegang. Hubungan baik sebagai sesama donatur di yayasan kasih ibu membuat Pak Bustomi mempersilakan sahabatnya itu masuk ke dalam rumah.Pak Budi pun menceritakan semua yang terjadi antara Bu Jami

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Benang merah

    "Harganya 150 juta?" Zaydan terbelalak ketika cincin itu sudah diletakkannya di toko berlian terbesar di kota Jambi."Benar sekali, Pak. Berlian ini penuh dengan permata dan hanya gagangnya saja yang kecil. Sehingga harganya memang relatif tinggi.""Sebentar. Saya tanya istri saya dulu." Zaydan segera menghubungi Qiara dan mengabarkan bahwa harga berlian itu dibeli dengan nilai 150 juta."Alhamdulillah. Berarti tidak terlalu banyak mengalami penyusutan. Mas minta pihak toko berlian mentransfer ke rekening Mas saja supaya lebih aman.""Oke, Sayang."Zaydan merasa lega karena satu permasalahan telah selesai di rumah tangganya. Kemarin setelah berdebat dengan Qiara, Zaydan akhirnya memenuhi keinginan istrinya itu untuk menjual cincin berlian tersebut dan segera mengambil program S2.Pak Rektor kampus IAI Nusantara merasa bersyukur karena akhirnya Zaydan memutuskan mengambil program S2. Pihak kampus memang teramat sangat menyayangi Zaydan karena kedisiplinannya di kampus dan beberapa pres

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Cincin berlian

    "Bukan begitu, Sayang." Zaydan menarik Qiara ke dalam pelukannya dan mencium pipi istrinya itu Dengan mesra."Aku tahu, Mas, tapi aku tetap sependapat dengan kamu. Aku tidak ingin jika nanti calon menantuku memiliki nasib yang sama dengan suamiku. Aku tidak ingin Zahwa seperti ibunya yang sangat membangkang soal memakai hijab karena tidak dibiasakan dari kecil." Qiara mengecup telapak tangan Zahwa dengan lembut."Dia cantik sekali. Kulitnya putih bersih dan wajahnya ....""Fotocopy Mas Zaydan. Sepertinya aku hanya tempat penampungan benih saja.""Bukankah lebih baik seperti itu, Nak? Hari-hari kamu akan ditemani oleh dua Zaydan yang generasi dan versinya berbeda."Qiara hanya terkekeh mendengar ucapan Bu Jamilah. Dia sendiri sebenarnya merasa bangga melihat kemiripan Zaydan dan Zahwa. Dari raut wajah Zahwa yang menandakan bahwa Qiara memiliki cinta yang begitu teramat sangat besar kepada Zaydan. Sehingga sedikitpun tak ada celah wajahnya di tubuh bayi mungil itu.***"Ibu mau ke mana?

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Hijab Zahwa

    Pak Bustomi mengusap kasar wajahnya. Menyesal karena sudah mendatangi rumah anak menantunya yang akan berdampak pada kekecewaan di hatinya sendiri."Terserah bagaimana kemauanmu. Ayah tidak akan pernah peduli lagi apapun yang terjadi padamu." Pak Bustomi pergi meninggalkan kediaman Qiara dan Zaydan."Sayang, Mas tahu Mas bukanlah suami yang baik untukmu. Mas mungkin tidak bisa memberikan kehidupan yang baik seperti ayahmu. Tapi Mas berjanji tidak akan pernah membiarkan kalian tidak makan seperti yang ditakutkan oleh Ayah." Zaydan merangkul bahu Qiara dan mengecup kening istrinya itu dengan mesra.***"Kamu keberatan nggak kalau ibu pulang ke rumah kita?" Zaydan menggulung lengan baju sambil menatap Qiara yang tengah menyusui Zahwa."Mas kok nanya sama aku sih? Mas kepala keluarga yang wajib mengambil keputusan di rumah ini.""Tapi kamu adalah istri Mas. Keputusannya Mas ambil harus sesuai dengan persetujuan darimu.""Masalahnya, apa ibu juga setuju untuk tinggal di sini?"Zaydan mengh

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status