DI RUANG PENGADILAN
Simon dan Sandra yang baru saja tiba mengambil posisi duduk di kursi paling depan, melihat Shania berdiri di tengah ruang pengadilan dengan rambut kusut dan wajah pucat.Keadaan masih hening, ia menjadi kesempatan, Shania mencari kekuatan dari seorang pengacara, tatapannya mengiba, seakan telah kehilangan harapan untuk kehidupan selanjutnya.Di depan juri, seorang Jaksa Penuntut Umum berjalan dengan langkah tegap serta raut muka tegas, di tangannya terdapat berkas bukti kejahatan yang dilakukan oleh Shania. "Shania, kamu telah dinyatakan bersalah atas pembunuhan terhadap orang tuamu dan anakmu sendiri."Sontak, pengacara Sandra berdiri, membuat pernyataan saat semua orang melihatnya. "Selamat pagi, Tuan Hakim, saya Arnold, akan mengklarifikasi masalah yang dihadapi klien saya, Shania, serta ingin menyorot bukti yang diajukan jaksa tidak cukup kuat membuktikan keterlibatan Shania dalam kasus ini.""Apa video ini belPada jam istirahat, Simon membelikan makan siang khusus untuk istrinya, “Sayang, makanannya mau dimakan sekarang?"“Nanti saja, aku masih sibuk.” Sandra menyahut sambil menandatangani berkas yang masih bertebaran di mejanya. Simon tersenyum dan tak lupa memberikan kecupan hangat di pipi Sandra. "Baiklah, kalau begitu aku taruh disini saja, jangan lupa dimakan." "Hmm..."Simon beranjak meninggalkan Sandra diruangannya, di depan pintu, ia kembali menoleh. “Oh, ya. Hari ini Aku mau ke rumah sakit dulu, antar ibu terapi rutin, mungkin sekitar jam tiga sore aku sudah kembali untukmu. Oke?”"Baiklah, akan kutunggu.""Pak Simon ..." suara itu membuat Sandra mengalihkan fokusnya diluar pintu, ia menunggu Simon akan seperti apa reaksi suaminya ketika dihadapkan wanita lain, apa Simon tahan godaan? Atau mudah tergoda ketika melihat wanita cantik?"Kamu ...""Ah, salam kenal. Aku Alessa Mahenra, sekretaris anda, sekarang.”
"Sandra, ini ada undangan buat kamu, Acara ulang tahun teman seperjuangkan kita waktu kuliah dulu.” Sandra menerima kertas perpita pink dengan desain amplop yang cantik, ia membacanya. “Diana?” “Benar, katanya dia bikin party besar-besaran di rumahnya. Kebetulan dia juga balik dari London, sekalian mau minta oleh-oleh sama dia.” cerocos Alessa sambil berlalu pergi. Sandra menatap lama undangan itu, haruskah dia datang malam ini?"Sandra..." Lagi-lagi dia dikejutkan saat punggungnya disentuh. "Simon, kamu bikin aku kaget." Melihat ekpresi Sandra, Simon tertawa kekeh sebelum menghibur istrinya. "Kamu sendiri lagi serius melihat apa?""Ini, kamu mau temani aku?" Sandra menunjukkan undangan tadi pada Simon."Acara ulangtahun?"Sandra mengangguk, "Acaranya tidak lama, mungkin dari jam tujuh sampai jam sepuluh malam."***“Sandra, akhirnya kamu datang…” Baru saja memasuki ruangan, semua mata tertuju pada pasangan ya
"Di mana dia?"Simon gelisah, sejak tadi istrinya belum juga muncul. "Alessa, kamu lihat Sandra tidak?" Ini pertama kalinya Simon berbicara pada sekretarisnya yang baru itu. Alessa cukup kaget, namun melihat ekspresi Simon, ia juga tak tega. "Kenapa kamu hubungi dia saja?"Nafasnya terdengar berat, matanya melirik setiap wajah yang lewat, mencari pemilik senyuman manis yang biasa dia lihat. Hampir setiap detik dia mengecek ponselnya, berharap ada pesan dari istrinya. "Apa ada kabar?"Saat ditanyai Alessa, Simon mengeleng lemah. "Aku sudah mencoba mendeteksi lokasinya berkali-kali, namun lokasinya belum terlihat." "Simon..." Diana tiba-tiba berlari menghampiri mereka. "Ada apa Diana?"Mereka penasaran menunggu sampai Diana menyetabilkan nafasnya yang sesak. "Aku... curiga sesuatu, apa Gerald masih disini?" "Apa?" Simon langsung merespon. "Jangan-jangan... Kepanikan yang melanda pikirannya membuat Simon langsung berlari m
Firasat buruk "Argh! Sial!" umpat Simon kesal, mobilnya hampir saja menabrak sebatang pohon yang melintang di tengah jalan. "Tak ada jalan lain, selain memutar balik." Namun, baru saja mobilnya bergerak, tiba-tiba malah mogok. "Apa lagi kali ini?" Simon turun dan melihat permasalahannya. "Kempes? Kenapa ban sekuat ini bisa kempes?" Sekali lagi dia mengumpat sambil menendang roda mobil. Saat melihat ke jalan, dia baru sadar ada bebatuan kerikil yang tajam. Ini wajar, tapi ban mobil ini dibeli ratusan juta dan dengan kualitas terbaik, bagaimana bisa hal yang selalu dihindari ini terjadi? "Pasti ada yang tidak beres." Simon menarik nafas dalam-dalam, "Apa yang harus kulakukan sekarang? Tempat ini terlalu sepi, bahkan kendaraan pun tak ada yang lewat. Apa jangan-jangan Alessa memberikan alamat yang salah, dan ingin menjebakku?" Dari awal dia merasa wanita itu agak posesif, jadi dia ragu Alessa akan serius membantunya dalam pencarian
"Dokter ..." Gerald menoleh kearah pintu saat seorang dokter muda masuk ke ruangan Sandra. "Siapa keluarga Ibu Sandra?" Detik itu juga, Simon muncul di antara mereka, dengan nafas tersengal-sengal."Ma-maaf dokter, saya suaminya..." "Beraninya kamu mengikutiku?" Gerald terlihat tak senang, namun melihat ekspresi bingung sang dokter, Gerald memilih tak berkomentar, terlebih lagi media menyorotnya sebagai penolong Sandra. Dia tak ingin kehilangan kehormatan hanya karena hal sepele.Dokter cantik itu menarik nafas berat, setelah agak tenang, barulah ia kembali berbicara pada Simon. "Jadi, siapa nama anda?""Simon Cowell."Lagi-lagi dia menarik nafas berat. "Ini mungkin agak mengejutkan, benturan di kepala Ibu Sandra sepertinya sangat kuat, ini mungkin sangat fatal dan berkemungkinan terjadi pendarahan di otak. Dan lagi, tes menunjukkan dinding rahim ibu Sandra sangat tipis, jadi cukup rawan untuk kandungannya."
“Sandra akhirnya kamu sadar …” Mengetahui kesadaran istrinya, Simon segera berlari menghampiri tubuh pucat yang ringkih itu dengan wajah haru.Namun, bukannya menjawab, dia malah menoleh pada pria yang berniat untuk kabur dari sana. "Gerald, kamu mau kemana?" Sandra menanyainya dengan lembut.Gerald segera berbalik, lalu meringis menutupi kegundahannya. "Sa-Sandra, kamu sudah bangun? Saya akan panggil dokter." "Gerald, jangan pergi ...""Sandra ..." Simon menahannya yang akan mengejar Gerald, "Kamu belum cukup pulih untuk banyak bergerak.""Siapa kamu?" Deg! Simon maupun Gerald tertegun sesaat, keduanya menatap wajah yang memasang tampang masam melihat Simon. "Sandra kamu ...""Gerald, aku mau kamu yang menemani aku di sini, bukan bawahanmu."Ketakutan Gerald perlahan menghilang, berubah menjadi senyum lega. Dia senang karena bebas dari tuntutan yang sebenarnya dia waspadai sejak hari Sandra terjun bebas dari
"Nenek..."Wajah Sandra berbinar senang saat Nyonya Felicia muncul dengan kursi rodanya. "Kamu belum istirahat?"Sandra mengangguk patuh, "Mungkin sebentar lagi, tapi ..." pandangannya beralih menatap pria yang berdiri di sebelahnya. "Em ... Maaf Sandra, aku harus segera pergi karena ada beberapa pekerjaan yang belum selesai.” ucap Gerald yang tiba-tiba bersiap pergi."Loh, kenapa buru-buru? Nenek kan baru saja tiba ...""Biarkan dia pergi ..."Melihat kedekatan mereka, Nyonya Felicia berpikir itu sama sekali tidak pantas, sedangkan cucunya itu sudah menikah dengan Simon, mereka sudah dua tahun lebih bersama. Ia lalu melihat setengah memicing pada Gerald. "Gerald, bisa tolong ke sini sebentar?" Gerald merasa ada yang aneh dari nada bicaranya, namun rasa sungkan tetap mengalir hingga dia mendatangi Nyonya Felicia.Namun, wanita paruh baya itu menatap Gerald dengan tajam, "Maaf Nek, ada apa?" Dia menya
Di depan rumah mertuanya, Simon merasa sakit hati melihat Sandra berduaan dengan Gerald. Bagaimanapun dia tidak rela istrinya kembali menikah dengan pria itu. Tidak akan!Simon menarik nafas sebelum melewati pagar gerbang besi, lalu melihat keadaan sekitarnya, beberapa orang menatapnya dengan dingin.Terlebih lagi Ny Leslie, wajah yang biasanya hangat itu kini tak tampak tanda-tanda keramahan sedikitpun. Sampai akhirnya Simon berdiri di balkon teras, Roger ayah Sandra saat itu mengangkat tangannya.Plak!Suara tamparan terdengar nyaring, menarik perhatian semua orang. "Kenapa lama sekali!"Mata besar Roger memerah penuh emosi. Saat ini, Nyonya Felicia tiba-tiba keluar dari kamarnya, dengan di dorong oleh Anne sang asisten yang biasanya mempercayai Simon. "Nenek, um... Maksudku Nyonya, Simon sudah datang." Gerald menghampiri dan berusaha mencari perhatian semua orang.Wanita dengan cat rambut coklat menatap tajam p