Setelah nenek dan kakeknya pergi meninggalkan kamarnya Juan pun berjalan mengitari setiap sudut kamar, sorot matanya menatap kagum pada seisi kamar yang terdapat banyak barang baru yang menghiasi ruangan, ia pun mendudukan dirinya di atas ranjang yang empuk seraya menatap kalung di lehernya.
" Guru, apa kamu menyadarinya? ada yang salah dengan sikap kakek ku? dia seperti merahasiakan sesuatu dari ku. "
hening tak ada jawaban.
Juan menghela nafas, " Guru, sebenarnya ada masalah apa? kenapa kamu masih tak ingin berbicara dengan ku? apa salahku? " tanyanya lagi namun masih tak ada jawaban sama sekali dari dalam sana, andai kata dirinya bisa masuk ke dalam kalung itu, dirinya pasti akan menerobos masuk kesana, sayang nya ia tak tahu bagaimana cara masuk ke dalam sana.
" Jika guru terus terdiam seperti ini, bagaimana bisa aku mengetahui kesalahan ku sendiri? " Sama seperti sebelumn
Pertemuannya dengan Sekar tadi, membuat pikirannya di penuhi dengan tanda tanya besar, bagaimana bisa Sekar teman kecilnya bisa berada di kota ini? Karena dirinya tahu betul, bahwa gadis itu adalah seorang gadis pemalu dan penakut yang tak mungkin berani ke kota seorang diri. Pasti ada seseorang yang membawanya, tapi siapa yang membawanya? apa itu ibunya? jika iya, maka dirinya ingin menemuinya, dan menceritakan kisah perjalanannya, akan tetapi masalah terbesarnya adalah Juan tak sempat menanyakan di mana keberadaan ibunya, dan sekarang ia menyesalinya." Putu ada apa? apa makanan ini tak enak? jika iya, kita bisa memesan yang lain. " tanya Ayu Ningrum.Juan yang tengah tenggelam dengan pikirannya, terlonjak kaget. ia mendongkak dan menatap wajah neneknya, " huh? Tidak, hanya saja aku sedang tak berselera. "" Apa ada masalah?  
Ternyata tak hanya rumor menjadi simpanan wanita tua. Melainkan ada rumor lain yang tersebar di seluruh Akademi Kancah Nangkub yang mengatakan bahwa Juan menggunakan sihir guna-guna untuk mendapatkan perhatian ketiga gadis tercantik di Akademi. yaitu Ling ling, Rengganis dan juga Andara. Tentunya ketiga gadis itu sangat marah, kenapa rumor tak berdasar seperti itu menyebar denga mudahnya? Ling ling yang tadinya diam saja, mulai tak bisa menahan amarahnya, namun, Juan kembali menahan mereka untuk tidak terbawa suasana.Ketiga gadis itu hanya bisa menahan amarahnya dalam hati.Di sisi lain ada seorang pria yang memiliki status bangsawan yaitu Bajra Mahesa yang seorang keponakan raja, yang sangat mempercayai rumor tersebut, Bajra Mahesa kesal sekaligus marah mengetahui hal tersebut, pantas saja Andara selalu mengabaikannya, pastinya itu pengaruh dari sihir guna-guna yang di gunakan oleh Juan
" Apa maksud mu? " tanya Juan yang terheran-heran.Bajra Mahesa mendengus, menatap tak suka pada Juan. " jangan berpura-pura, kamu mungkin bisa menipu semua orang dengan wajah so baik mu, tapi tidak dengan ku. " berkata dengan percaya diri. " Sesuai dengan taruhan kita, kamu harus melepaskan ke tiga gadis itu dari belenggu guna-guna mu itu. "Kedua alis Juan mengerut. " Guna-guna? Apa yang kamu bicarakan? Guna-guna apa? "Bajra Mahesa kembali mendengus, lalu berjalan menghampiri Juan. " Apa kamu sedang berakting? " tuduhnya. " maaf, tapi tipu muslihat mu tak akan bekerja padaku untuk kedua kalinya. "Juan dan Andara saling bertukang pandang. Mereka berdua tak mengerti dengan apa yang di bicarakan oleh Bajra Mahesa.Sedangkan para murid yang tengah menantikan pertandingan tersebut kebingungan karena mereka belum juga memulai pertandingan.
Seperti yang dikatakan oleh Gentala, mereka pun akhirnya memulai pertandingan yang sempat tertunda.Sebelum memulai bertanding, Juan sempat bertanya pada gurunya, memintanya saran untuk jenis kekuatan apa yang harus ia gunakan untuk melawan? Akan tetapi Gentala tersenyum, memegang ke dua bahu muridnya lalu menjawab dengan santai. " Yang bertanding itu adalah dirimu bukan aku, maka kamu pikirkan saja sendiri. "Juan tertegun sejenak. " Apa guru tak ingin memberiku saran? "" Aku di sini untuk mengevaluasi dirimu, bukan membantumu, " timpalnya, merapihkan baju Juan. " kalau begitu selamat berjuang dan pastikan untuk memenangkan pertandingan ini, dan jangan sampai membuat guru mu ini malu, jika tidak? maka aku tak akan memberi tahumu rahasia kecil ku. " bisiknya, Juan terdiam menatap wajah gurunya. " Ingat, kamu harus memenangkan pertandingan ini dan membuat gurumu ini bangga, kalau begitu, guru mu yang tampan i
Setelah pertandingan telah selesai, Bajra Mahesa pun di bawa ke ruang pengobatan oleh pihak pengurus. SedangkanPara murid yang tadi memasang taruhan pada Bajra Mahesa pun mendesah kecewa, mereka tak menyangka kalau Juan si pemula ternyata menyembunyikan kekuatannya, mereka berpikir awalnya uang taruhan itu akan kembali pada mereka, namun siapa sangka bahwa ada dua orang yang memasang taruhan pada Juan, dan orang itu adalah Ling ling dan Rahadyan.Ling ling yang senang karena mendapat taruhan pun memutuskan untuk mentraktir teman-temannya untuk makan sepuasnya, akan tetapi Rengganis yang merasa kesal dan marah pada Ling ling karena menjadikan Juan sebagai bahan taruhan. ia pun menolak memakan uang hasil taruhan itu." Kalau begitu, itu terserah padamu, lagi pula sejak awal aku tak pernah berpikir untuk membelikan mu, cukup Aku, Andara, Ju. . . an, kemana mereka pergi? " mereka bertiga pun kebingungan atas menghilangnya Juan
" Apa?! " teriak Yodha Wisesa beserta Ayu Ningrum secara bersamaan, mereka tak pernah menduga dengan apa yang Gentala katakan." Tuan, bisakah anda menjelaskan Jenis racun apa yang terdapat tubuh cucu kami? " Tanya Yodha Wisesa dengan kedua tangan yang gemetar menahan amarah.Gentala terdiam, tak langsung menjawab, menaruh kembali segelas teh di tangannya di atas meja.Keduanya menunggu dengan sabar menanti jawaban dari Gentala termasuk Juan sendiri.Beberapa saat kemudian, Gentala pun mulai menjelaskan asal mula racun itu.Racun itu berasal dari sebuah bunga berwarna hitam pekat yang di campur dengan darah hewan spiritual yang memiliki racun. Biasanya racun itu akan di campurkan dengan makanan atau pun minuman, sebab racun itu tak memiliki bau sama sekali.Jenis bunga hitam ini biasanya tumbuh saat musim hujan mendatang. Namun b
" Kamu sudah bangun? " tanya Gentala.Juan mengerjapkan kedua matanya beberapa kali, tangannya meremas bajunya di bagian dadanya " Apa yang terjadi? Apa aku pingsan? "" Kenapa kamu tak bilang? bahwa tubuh mu ada yang terasa sakit, lihat! masalah yang kamu timbulkan, aku harus mempobong tubuh mu yang berat itu. "Kepala Juan tertunduk menyadari akan kesalahannya seraya mengatakan maaf dengan suara lirihnya.Gentala yang sudah bosan mendengar kata maaf yang keluar dari mulut muridnya membuatnya mendesah frustasi sekaligus kesal. " Maaf! sudah berapa ratus kali aku mendengar kata maaf dari mu?! "Kepala Juan semakin tertunduk membuat Gentala menjadi tak tega melihatnya seperti itu, tangannya memijit keningnya lalu menghela nafas, " lain kali jika kamu merasa ada yang sakit, katakan saja, jangan memendamnya sendiri, kamu tahu betapa khawatirnya dan cema
Sejak saat itu mereka pun tumbuh bersama menghadapi segala macam kondisi baik itu hujan maupun panas atau pun suka dan duka. Menjalani kehidupan tanpa ada beban sedikit pun, meski terkadang mereka selalu berakhir dengan mendapat luka berat di sekujur tubuh mereka. Tapi mereka tak pernah mengeluh sama sekali, asalkan mereka selalu bersama maka semua itu bukanlah masalah besar. Mereka bahkan melakukan sumpah untuk tidak meninggalkan satu sama lain, jika ada salah satu dari mereka yang mati maka yang satunya pun akan ikut mati.Beberapa tahun kemudian, mereka pun telah tumbuh remaja, berkat kehadiran Gentala, Nayaka pun tumbuh menjadi seorang remaja periang, sedangkan Gentala sendiri tetap sama tak ada yang berubah darinya kecuali ukuran tubuhnya yang sudah tumbuh sebesar seukuran Kambing dewasa, dengan memiliki tinggi yang sedikit lebih tinggi dari tubuh Nayaka.Nayaka yang menyadari perubahan tubuh Gentala yang m