Share

Puaskan Aku, Sahabat Suamiku!
Puaskan Aku, Sahabat Suamiku!
Author: Khai Tsan

Bab 1

Author: Khai Tsan
last update Last Updated: 2025-11-06 13:47:24

Waktu menunjukkan pukul 22.00 WIB. Ayu duduk di ruang tamu yang hening. Di seberang meja, layar laptop menyala, memancarkan wajah Rangga dengan senyuman khasnya yang hangat. Saat ini, Rangga tengah berada di Perth untuk menjalankan tugas perusahaan memimpin proyek luar negeri. Di sana, waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Enam bulan sudah sejak kepergian Rangga ke Australia, yang membuat mereka terpisah jarak ribuan kilometer.

"Gimana harimu tadi, Sayang? Aku lihat foto steak yang kamu kirim. Enak, ya?" tanya Ayu sambil menyeruput teh hijau melati hangat favoritnya.

Rangga tertawa. "Lumayan sih, tapi rendang daging buatanmu tetap juara, Sayang. Di sini semua serba keju, aku bosan."

Mereka mengobrol ringan tentang urusan kantor, hal-hal yang terjadi seharian, dan janji kapan Rangga bisa pulang. Tapi, di balik obrolan itu, ada ketegangan yang tidak asing. Selama enam bulan ini, sesi video call adalah ritual bagi mereka. Bukan hanya untuk saling bertukar kabar, tetapi juga untuk pelepas rindu dan hasrat. Hasrat keintiman yang kini terpisah jarak dan waktu.

Rangga menatap lurus ke Ayu. "Ay, kamu malam ini pakai baju apa?" Suaranya merendah.

Ayu tersenyum tipis seolah tahu ke mana arah pembicaraan ini. "Baju tidur, Sayang. Kenapa?"

"Baju tidur yang gimana? ehem Bukan yang itu kan?" Rangga menarik napas. "Aku kangen banget, Ay."

Ayu mengangguk sambil tersenyum. "Aku juga, Sayang. Malam ini... Sayang mau?"

"Tentu," jawab Rangga cepat, dengan mata yang berbinar-binar penuh gairah.

Rangga memindahkan laptopnya ke meja di samping tempat tidur. Pencahayaan di kamarnya kini hanya berasal dari lampu meja yang redup, membuat otot-otot di bahunya terlihat samar namun menarik.

Ayu bangkit dari sofa dan berjalan ke kamar tidurnya. Ia duduk di pinggir kasur, tepat di depan laptop. Ia mengenakan kemeja longgar Rangga dan celana pendek.

Perlahan, Ayu mulai membuka kancing kemejanya satu per satu, tanpa terburu-buru, sambil menikmati sensasi kemeja itu melonggar. Ketika kancing terakhir terbuka, ia menahan diri sejenak, membiarkan Rangga menikmati pemandangan di layar.

Wajah Rangga memerah. Ada yang menonjol dari balik celana boksernya. "Ya Tuhan, kamu cantik banget," bisiknya dengan suara serak. Rangga meraih selimutnya di samping, lalu meremasnya dengan frustrasi.

Ayu tersenyum. Ia menanggalkan kemeja itu sepenuhnya, menampakkan bra renda hitam yang membungkus dada penuhnya. Rangga memejamkan mata sesaat, lalu membukanya lagi, tatapannya kini tidak lepas dari Ayu.

"Ay, aku mau kamu buka semuanya, Sayang," kata Rangga.

Ayu menurut. Ia berdiri, dan celana pendeknya meluncur ke lantai. Ia hanya menyisakan bra dan celana dalam renda. Pantat yang padat dengan lekuk tubuh sempurna itu langsung terpampang jelas di layar.

Di layar, Rangga menarik napas dalam. Wajahnya dipenuhi gairah. Ia dengan cepat menanggalkan kaus yang dikenakannya, memperlihatkan dada bidangnya yang atletis. Hanya menyisakan bokser hitam yang semakin sesak seolah ada yang meronta-ronta ingin keluar.

"Aku suka bra itu," ujar Rangga, nadanya pelan dan menggetarkan. "Tapi aku lebih suka lihat kamu tanpa apa-apa."

Ayu tersenyum. Ia menanggalkan bra dan celana dalamnya, membiarkan tubuhnya sepenuhnya telanjang di depan kamera. Ia berbaring perlahan di atas bantal, menghadap ke layar.

Ayu mulai memejamkan mata. Tangannya bergerak menyentuh pinggulnya sendiri, kemudian naik ke atas, dan turun ke paha. Tangannya bergerak menyentuh bagian sensitif di antara pahanya. Ia mulai menikmati sentuhan itu. Ia membayangkan Rangga yang menyentuhnya. Desahan kecil lolos dari bibirnya.

Di layar, Rangga sudah tak terlihat. Kamera hanya menangkap bagian lehernya, tapi suara napasnya yang berat dan erangan-erangan tertahan menjadi petunjuk bahwa ia sedang berada dalam momen yang sama.

Suara itu, ditambah gerakannya sendiri, membawa Ayu ke puncak. Ayu meningkatkan ritme sentuhannya, erangan panjang tak bisa lagi ia tahan. Tubuhnya melengkung, mencapai titik pelepasan. Bersamaan dengan itu, terdengar desahan keras dari Rangga.

Keduanya kembali di layar, terengah, rambut sedikit berantakan, tetapi dengan senyum puas.

"Sial, itu luar biasa," kata Rangga, mengatur napasnya. "Aku kangen sentuhanmu, Sayang."

"Aku juga, Sayang. Cepat pulang, please!" jawab Ayu dengan sedikit merengek.

"Iya, Sayang, pasti pulang kok untuk kamu," jawab Rangga dengan senyum hangatnya.

"Terima kasih ya, Ay, untuk malam ini. Di sana juga udah larut malam banget, udahan dulu ya video call-nya, kamu harus istirahat."

"Sayaaaang, masih kangen!" kata Ayu semakin merengek.

"Iya, besok lagi, ya! Aku matikan, ya!" jawab Rangga dengan nada bijak.

"Yaaang, tu..." Belum habis Ayu menjawab.

Tiba-tiba, ponsel Ayu berdering. Notifikasi W******p masuk dari nomor tak dikenal. Ayu meraih ponselnya dengan sedikit kesal karena gangguan itu.

Ia membaca pesannya:

+62 812 XXXX XXXX: Kamu cantik malam ini, Ayu. Jangan matikan panggilannya... aku sedang menikmati.

Tubuh Ayu langsung kaku. Darahnya terasa membeku. Rasa gairah yang baru saja mereda langsung digantikan oleh ketakutan yang dingin.

"Ay? Kamu kenapa?" Suara Rangga terdengar cemas.

Ayu tidak menjawab. Matanya terpaku pada pesan itu. Rasa takut yang sedingin es tiba-tiba menyelimuti, menggantikan gairah yang membara. Ia baru menyadari, ada sepasang mata lain yang mengintip momen rahasia mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Puaskan Aku, Sahabat Suamiku!   Bab 51

    Ayu menyesap gelas cocktail-nya perlahan, matanya tidak sedetik pun lepas dari interaksi di sofa seberang. Dentum musik house yang menggema di beach club itu seolah menjadi latar suara bagi badai yang mulai bergemuruh di kepalanya.Pandangannya terpaku pada tangan Jack. Pria Australia itu kini menyandarkan lengannya di sandaran sofa, tepat di belakang leher Rangga, seolah sedang memagari wilayah kekuasaan.Apa aku saja yang terlalu sensitif? batin Ayu. Atau memang ada yang salah dengan cara Jack menatap suamiku?Ayu memperhatikan bagaimana Rangga tertawa lepas. Rangga bukan tipe pria yang dingin, ia ramah pada siapa saja, tapi ada sesuatu yang mengusik Ayu malam ini. Rangga tidak tampak risih saat Jack sesekali menepuk paha atau mendekatkan wajah untuk berbisik di tengah kebisingan musik. Biasanya, Rangga akan sedikit menjaga jarak jika ada orang lain—siapa pun itu—yang masuk ke ruang pribadinya secara berlebihan. Tapi dengan Jack? Rangga seolah melarutkan diri dalam kenyamanan yang m

  • Puaskan Aku, Sahabat Suamiku!   Bab 50

    Suara koper yang ditutup rapat menggema di kamar yang luas itu. Rangga tampak sibuk memeriksa daftar barang di ponselnya, sementara Ayu terduduk di tepi ranjang, menatap kosong ke arah jendela."Sayang, sunblock kamu sudah masuk? Di Bali nanti bakal panas banget," tanya Rangga tanpa menoleh."Sudah, Sayang. Semuanya sudah lengkap," jawab Ayu pendek.Rangga menghampiri Ayu, lalu berlutut di depannya. Ia menggenggam tangan istrinya dengan hangat."Hei, kenapa lemas gitu? Ini second honeymoon kita, Yu. Aku ingin kita benar-benar lepas dari penat Jakarta. Cuma aku dan kamu di Uluwatu. Oke?"Ayu tersenyum dipaksakan. "Iya, Sayang. Aku cuma... sedikit kurang tidur saja.""Makanya, nanti di pesawat kamu tidur ya," ujar Rangga sambil mengecup keningnya. "Aku ke ruang kerja sebentar, mau kirim email terakhir ke kantor supaya tidak diganggu selama kita di sana."Begitu Rangga menutup pintu, Ayu segera meraih ponselnya. Jantungnya berdebar saat membuka kolom percakapan dengan Daniel.Ayu: "Niel,

  • Puaskan Aku, Sahabat Suamiku!   Bab 49

    "Sshhh... pelan-pelan, Sayang. Itu... ahhh, di situ," desis Rangga. Kepalanya mendongak ke belakang, urat-urat di lehernya menegang. "Kamu luar biasa malam ini. Kenapa kamu begitu lapar, hmm?"Ayu tidak menjawab dengan kata-kata. Ia justru semakin memperdalam hisapannya, menciptakan suara-suara basah yang memenuhi keheningan kamar. Tangan Ayu meremas paha dalam Rangga, menarik tubuh suaminya agar semakin mendekat padanya."Sayang... kamu suka?" gumam Ayu di sela-sela kegiatannya. Suaranya terdengar sangat provokatif."Suka? Aku bisa gila, Yu! Terus... jangan berhenti," rintih Rangga. Tangannya kini berpindah ke rambut Ayu, mencengkeramnya dengan lembut namun posesif, membimbing ritme istrinya agar sesuai dengan pacuan jantungnya yang kian menggila.Gerakan Ayu semakin cepat. Ia memberikan stimulasi yang begitu intens hingga Rangga merasa dunianya hanya terfokus pada satu titik itu. Napas Rangga menjadi pendek-pendek; tubuhnya mulai mengejang karena sensasi yang terlalu kuat."Aku mau

  • Puaskan Aku, Sahabat Suamiku!   Bab 48

    Suasana di ambang pintu dapur terasa membeku selama beberapa detik yang menyiksa. Ayu masih bisa merasakan denyut di pusat kewanitaannya, sebuah sensasi yang baru saja mencapai puncaknya dan meninggalkan jejak lemas di sekujur kakinya. Tangannya masih sedikit gemetar saat ia berpura-pura merapikan letak piring pencuci mulut di atas meja.Rangga berdiri di sana, menatap mereka berdua dengan dahi berkerut, mencoba mencerna pemandangan di depannya. Daniel, dengan ketenangan luar biasa, hanya memutar tubuhnya perlahan. Tidak ada kegugupan, tidak ada keringat dingin. Ia justru menyunggingkan senyum tipis yang tampak sangat alami."Tadi Ayu hampir terpeleset, Ngga," ucap Daniel santai, suaranya terdengar stabil dan berat. "Lantainya agak licin di dekat wastafel. Untung gue sempat menahan lengannya supaya nggak jatuh ke arah meja."Daniel bahkan sempat melirik ke arah lantai seolah benar-benar ada tumpahan air di sana. Kebohongan itu meluncur begitu mulus dari bibirnya, seolah ia sudah terbi

  • Puaskan Aku, Sahabat Suamiku!   Bab 47

    "Niel, lo nggak ada niatan cari pasangan?" tanya Rangga tiba-tiba. "Lo ganteng, mapan, tinggal di gedung elit. Masa betah sendirian?"Daniel memotong daging stiknya dengan presisi. "Gue sudah punya seseorang yang gue mau, Ngga. Masalahnya, dia sudah punya orang lain.""Wah, serius lo? Siapa? Orang kantor? Kenapa nggak lo rebut aja? Seorang Daniel mana pernah gagal?" pancing Rangga sambil tertawa.Ayu merasa jantungnya mau copot. Ia menatap Daniel dengan tatapan memohon agar pria itu tidak bicara macam-macam."Nggak sesederhana itu, Ngga," Daniel menatap Ayu intens. "Gue lebih suka menunggu dia sadar, siapa yang sebenarnya bisa melayani dia lebih baik. Gue cukup sabar buat jadi 'pelarian' sampai waktunya tiba.""Hahaha, gaya lo puitis banget!" Rangga menepuk bahu Daniel. "Tapi ingat, Niel. Jangan sampai lo jadi perusak hubungan orang. Mending cari yang single."Daniel hanya tersenyum miring. "Gue nggak merusak, Ngga. Gue cuma mengisi kekosongan yang ditinggalkan pemilik aslinya."Ayu s

  • Puaskan Aku, Sahabat Suamiku!   Bab 46

    Ayu tersentak bangun.Napasnya tersengal-sengal, dadanya naik turun dengan cepat. Ia segera meraba area di sekelilingnya. Tidak ada Daniel. Hanya ada Rangga yang tertidur lelap di sampingnya dengan posisi membelakanginya.Ayu terduduk, menyeka keringat dingin di dahinya. Jantungnya masih berdegup kencang, dan sensasi "penuh" dari mimpinya tadi masih terasa begitu nyata di tubuhnya. Anehnya, ia tidak merasa jijik atau ketakutan.Ia justru merasakan aliran kenyamanan yang sangat dalam menjalar di hatinya. Mimpi itu seolah-olah memberikan izin bagi sisi gelapnya untuk muncul ke permukaan.Kenapa rasanya begitu... nyaman? batin Ayu.Ia menatap punggung suaminya, lalu beralih menatap pintu kamar yang tertutup rapat. Sebuah pemikiran nakal dan berbahaya melintas di benaknya: Bagaimana jika Daniel benar-benar datang besok malam? Dan bagaimana jika Rangga tidak semarah yang aku bayangkan?Ayu merebahkan diri kembali, menarik selimutnya. Ia tersenyum tipis dalam kegelapan. Rasa penasaran itu k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status