Bintang menghabiskan baksonya dalam waktu singkat. Rupanya dia benar-benar lapar.
"Nama, aku mohon kamu pertimbangkan keinginanku. Aku tau kamu masih cinta, buktinya kamu belum menikah juga sampai sekarang."
Purnama diam sejenak, memori saat menjalin rumah tangga bersama Bintang menyeruak. Luka yang sudah mengering itu kembali terasa sakit.
"Mas, kamu sudah menorehkan luka yang begitu dalam."
"Aku sudah minta maaf, beri aku kesempatan kedua."
Purnama berdiri lalu membayar pesanan bakso Bintang dan berlalu pergi. Ia malas melayani omongan Bintang.
"Nama, tunggu!" seru Bintang yang setengah berlari mengejar Purnama.
Purnama tak peduli dengan teriakan Bintang. Yang penting saat ini Langit telah mendapatkan donor dan mulai membaik. Biarlah ia dianggap tidak tau terima kasih oleh Bintang.
Grep!
Bintang berhasil menarik tangan Purnama hingga Purnama menoleh ke arahnya dan berusaha melepaskan diri.
"Lepas!"
"Denge
Dokter Surya melakukan kunjungan ke kamar Langit pagi itu. Ia tahu sebentar lagi Langit dan Purnama akan pulang."Assalamualaikum. Selamat pagi,""Waalaikumsalam. Pagi, Dok." jawab Purnama yang menghentikan sejenak kegiatannya berbenah pakaian Langit."Bagaimana Langit, sudah mau pulang ya?" tanya Surya melihat Purnama yang berbenah. Ia mendekat ke ranjang pasien tempat Langit yang sedang duduk."Iya, Dok. Tadi dokter Andra sudah mengizinkan kami untuk pulang.Surya menganggukkan kepala, Andra adalah dokter spesialis anak yang bertanggung jawab menangani Langit."Dokter, Langit suka mobilannya, terima kasih." ucap Langit."Alhamdulillah kamu suka. Kalo ice cream suka gak?" Dokter Surya mengusap kepala Langit."Suka, suka banget.""Suka rasa apa?""Rasa vanilla, Om Dokter suka rasa apa?""Rasa vanilla juga. Kita samaan, tos dulu."Su
Langit sudah sembuh dari sakitnya dan mulai bersekolah. Hari pertama setelah sembuh dari sakit, Purnama mengantarkannya ke sekolah. "Mama mau ke bagian administrasi, Langit belajar di kelas ya! Nanti waktunya pulang, kakek yang jemput." "Iya, Ma." Purnama mencium pipi Langit dan Langit membalasnya lalu mencium punggung tangan Purnama lalu masuk ke kelas. Purnama ingat ia belum membayar administrasi sekolah bulan ini. Sebenarnya bisa dilakukan secara online tetapi mumpung ia berada di sekolah tidak ada salahnya ia membayar secara langsung. "Selamat pagi, Miss." sapa Purnama pada gadis muda yang bertugas di bagian administrasi sekolah. "Pagi, Mom." "Saya mau bayar SPP atas nama Langit," Gadis itu mengetik sesuatu di komputer lalu mengernyitkan dahinya. "SPP atas
Terdiam sejenak Purnama berpikir, apakah ia harus ikut bersama Bintang ke rumahnya dan bertemu dengan mantan mertuanya? Rumah itu penuh dengan kenangan buruk semasa ia menikah dengan Bintang."Ayolah, Nama. Cuma sebentar, kita gak akan lama kok.Langit setuju kan kalo mama ikut?" "Iya, Ma. Temenin Langit."Purnama bernapas berat lalu mengangguk."Terima kasih kamu mau ikut." ujar Bintang dengan mata berbinar.Setelah semua ice cream di meja mereka habis, ketiganya bergegas pergi ke parkiran. Lalu mendekati mobil Bintang."Naik," Bintang berkata pada Purnama sambil membuka pintu penumpang di bagian depan."Aku di belakang saja. Langit, kamu yang di depan!""Kenapa bukan kamu? Biar Langit di belakang." ujar Bintang."Aku pengen istirahat, jadi mending di belakang." Purnama beralasan, ia sebenarnya tak nyaman jika harus duduk berdekatan dengan Bintang."Ok lah kalau begitu. Langit, kamu yang di depan."
Purnama menatap layar ponselnya, ada beberapa pesan masuk dari Bintang sejak dia di dalam kamar mandi.[Nama, kita jalan yuk, berdua aja.][Aku pengen kita mengenang masa lalu, masa pacaran kita.][Mau ya?][Jawab dong pesan saya.]Baru saja Purnama menekan tombol untuk menjawab pesan Bintang, sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Dokter Surya begitu kata yang terpampang di layar."Assalamu'alaikum, Dok.""Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.""Ada apa, Dok?""Maaf mengganggu aktivitas sore kamu, saya mau mengajak Langit nonton film anak-anak yang baru tayang di bioskop ... sekalian sama kamu.""Nonton?""Iya, besok ba'da Zuhur saya jemput."Purnama terdiam sesaat, haruskah ia menerima ajakan Surya?"Diam berarti iya." Surya menyimpulkan sendiri lalu menutup panggilan.***Adzan Maghrib telah berkumandang beberapa saat yang lalu, Langit bersama ayah Purnama shalat berjamaah
Malam yang gelap, Purnama baru saja pulang dari tempat kerjanya. Setelan blazer dan rok sepannya sudah kusut setelah seharian bekerja. Jam 6.30 pagi ia berangkat dan kini jam 11 malam dia pulang.Turun dari mobil milik rekan kerjanya, Purnama tergesa memasuki rumah. Menoleh pada rekan kerjanya lalu Purnama melambaikan tangan.Setelah melepas sepatu dan menaruhnya di rak Purnama mengetuk pintu. Namun, beberapa kali ia mengetuk tidak ada siapa pun yang menjawab. Purnama berinisiatif menggerakkan gagang pintu.Krek!Pintu rumah ternyata tidak dikunci, ia membukanya. Di dalam keadaan amat gelap karena lampu ruang tamu dimatikan.Klik!Lampu menyala saat Purnama menutup pintu."Dari mana kamu jam 11 malam baru pulang?" tanya Bintang–suami Purnama– duduk di sofa sambil merokok."Lembur, Mas. Ini kan akhir tahun, aku harus nyelesaiin laporan.""Lembur apa lembur?!" Bintang meniup asap rokok, menaruh puntungnya lalu
Jam 5 sore hari ini Purnama bersiap pulang. Ia tidak perlu lembur lagi karena proyek yang ditangani kantornya telah selesai. Kali ini Bintang menjemputnya ke kantor.Bintang menunggu di pelataran kantor sambil merokok. Kaos oblong warna hitam dan jeans belel adalah pakaian favoritnya. Ia berdiri di samping Avanza hitam miliknya.Purnama keluar dari kantor bersama beberapa karyawan lain. Ia sudah tahu bahwa Bintang telah menunggunya di pelataran kantor."Gue udah dijemput nih." kata Purnama pada Dewi rekan kerjanya."Mana yang jemput lu?" tanya Dewi dan Purnama menjawab dengan menunjuk ke arah Bintang."Taksi online?"Purnama menggeleng, "Itu laki gue.""Owh, kucel amat." ucap Dewi jujur, Purnama merasa sedikit tersinggung."Dah ah, gue balik. Bye!"Bintang membuang puntung rokoknya begitu memasuki mobil, tidak mungkin ia merokok karena mobil itu berpendingin. Purnama duduk di sebelah Bintang, ia merasa senang sang suami
Purnama tidak banyak bicara sampai acara berakhir. Pernikahannya memang belum dikaruniai keturunan dan Purnama tidak tahu siapa yang bermasalah, dia atau suaminya karena memang keduanya belum pernah melakukan pengecekan. Selama ini Purnama selalu beranggapan bahwa Allah memang belum memberi mereka kepercayaan bukan masalah siapa yang bermasalah.Selama perjalanan pulang, Purnama berfikir untuk mempertimbangkan usul Tante Wisman agar memeriksakan diri ke dokter.Purnama ingin membicarakan hal ini dengan suaminya setelah mereka tiba di rumah. Ia memikirkan waktu yang tepat untuk bicara dengan suaminya.Sesampainya di rumah, makan malam Purnama siapkan. Ia tidak memasak hanya menghangatkan makanan yang diberikan oleh Tante Wisman.Bintang menikmati hidangan dengan lahap bersama istrinya. Selesai makan, Bintang duduk di sofa sambil menonton TV. Purnama yang sejak tadi duduk di sampingnya mencari kesempatan untuk bicara."Mas," panggil Purnama lembut.
Purnama ingin membuat masakan kesukaan suaminya begitu sampai di rumah, untunglah bahan-bahan telah tersedia di dalam kulkas. Ia ingin momen ketika suaminya tahu ia hamil menjadi amat spesial.Ayam, tempe, sayuran dan bumbu-bumbu dikeluarkannya dari kulkas. Sejak kecil Purnama terbiasa membantu ibunya memasak hingga ia sudah mahir mengolah berbagai jenis masakan.Ayam yang sudah dibersihkan lalu diungkep dengan bumbu racikannya. Tempe pun digoreng.Sambil menunggu masakannya matang, Purnama mengabari suaminya.[Mas aku sudah di rumah, ada kejutan loh ♥]Tanpa menunggu jawaban dari suaminya, Purnama kembali memasak. Ayam goreng serundeng, tempe goreng, sambal dan lalapan disiapkan Purnama.Masakan telah ditata di atas meja makan, Purnama bergegas mandi dan bersiap sebelum suaminya pulang.Bintang masuk ke dalam rumah tanpa mengucap salam. Purnama mendengar pintu terbuka menghentikan kegiatan menyisirnya. Ia berdiri lalu berjalan