Purnama

Purnama

By:  Juniya Andromeda  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 ratings
18Chapters
1.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Sebuah pernikahan seharusnya membawa kebahagiaan tetapi tidak bagi Purnama. Bintang sang suami kerap melakukan kekerasan bahkan menuduh Purnama berselingkuh. Perceraian akhirnya terjadi. Akankah Purnama meraih bahagia setelah bertemu pria lain sedangkan Bintang tak rela jika mantan istrinya menikah lagi?

View More
Purnama Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Juniya Andromeda
banyak pelajaran
2021-08-01 01:07:12
0
user avatar
Juniya Andromeda
Semangat nulisnya ya
2021-07-17 07:36:36
0
user avatar
Juniya Andromeda
semangat nulisnya
2021-07-17 07:32:38
0
user avatar
Hilivia Latte
Lanjut kak author. Ceritanya semakin seru nih.
2021-06-24 08:21:19
1
user avatar
Juniya Andromeda
layak dibaca
2021-06-09 12:08:59
0
user avatar
Juniya Andromeda
kisah rumah tangga yang banyak hikmah, kesabaran seorang istri, kekuatan seorang perempuan
2021-06-09 06:50:03
0
18 Chapters
1-2
Malam yang gelap, Purnama baru saja pulang dari tempat kerjanya. Setelan blazer dan rok sepannya sudah kusut setelah seharian bekerja. Jam 6.30 pagi ia berangkat dan kini jam 11 malam dia pulang.Turun dari mobil milik rekan kerjanya, Purnama tergesa memasuki rumah. Menoleh pada rekan kerjanya lalu Purnama melambaikan tangan.Setelah melepas sepatu dan menaruhnya di rak Purnama mengetuk pintu. Namun, beberapa kali ia mengetuk tidak ada siapa pun yang menjawab. Purnama berinisiatif menggerakkan gagang pintu.Krek!Pintu rumah ternyata tidak dikunci, ia membukanya. Di dalam keadaan amat gelap karena lampu ruang tamu dimatikan.Klik!Lampu menyala saat Purnama menutup pintu."Dari mana kamu jam 11 malam baru pulang?" tanya Bintang–suami Purnama– duduk di sofa sambil merokok."Lembur, Mas. Ini kan akhir tahun, aku harus nyelesaiin laporan.""Lembur apa lembur?!" Bintang meniup asap rokok, menaruh puntungnya lalu
Read more
3-4
Jam 5 sore hari ini Purnama bersiap pulang. Ia tidak perlu lembur lagi karena proyek yang ditangani kantornya telah selesai. Kali ini Bintang menjemputnya ke kantor.Bintang menunggu di pelataran kantor sambil merokok. Kaos oblong warna hitam dan jeans belel adalah pakaian favoritnya. Ia berdiri di samping Avanza hitam miliknya.Purnama keluar dari kantor bersama beberapa karyawan lain. Ia sudah tahu bahwa Bintang telah menunggunya di pelataran kantor."Gue udah dijemput nih." kata Purnama pada Dewi rekan kerjanya."Mana yang jemput lu?" tanya Dewi dan Purnama menjawab dengan menunjuk ke arah Bintang."Taksi online?"Purnama menggeleng, "Itu laki gue.""Owh, kucel amat." ucap Dewi jujur, Purnama merasa sedikit tersinggung."Dah ah, gue balik. Bye!"Bintang membuang puntung rokoknya begitu memasuki mobil, tidak mungkin ia merokok karena mobil itu berpendingin. Purnama duduk di sebelah Bintang, ia merasa senang sang suami
Read more
5-6
Purnama tidak banyak bicara sampai acara berakhir. Pernikahannya memang belum dikaruniai keturunan dan Purnama tidak tahu siapa yang bermasalah, dia atau suaminya karena memang keduanya belum pernah melakukan pengecekan. Selama ini Purnama selalu beranggapan bahwa Allah memang belum memberi mereka kepercayaan bukan masalah siapa yang bermasalah.Selama perjalanan pulang, Purnama berfikir untuk mempertimbangkan usul Tante Wisman agar memeriksakan diri ke dokter.Purnama ingin membicarakan hal ini dengan suaminya setelah mereka tiba di rumah. Ia memikirkan waktu yang tepat untuk bicara dengan suaminya.Sesampainya di rumah, makan malam Purnama siapkan. Ia tidak memasak hanya menghangatkan makanan yang diberikan oleh Tante Wisman.Bintang menikmati hidangan dengan lahap bersama istrinya. Selesai makan, Bintang duduk di sofa sambil menonton TV. Purnama yang sejak tadi duduk di sampingnya mencari kesempatan untuk bicara."Mas," panggil Purnama lembut.
Read more
7-8
Purnama ingin membuat masakan kesukaan suaminya begitu sampai di rumah, untunglah bahan-bahan telah tersedia di dalam kulkas. Ia ingin momen ketika suaminya tahu ia hamil menjadi amat spesial.Ayam, tempe, sayuran dan bumbu-bumbu dikeluarkannya dari kulkas. Sejak kecil Purnama terbiasa membantu ibunya memasak hingga ia sudah mahir mengolah berbagai jenis masakan.Ayam yang sudah dibersihkan lalu diungkep dengan bumbu racikannya. Tempe pun digoreng.Sambil menunggu masakannya matang, Purnama mengabari suaminya.[Mas aku sudah di rumah, ada kejutan loh ♥]Tanpa menunggu jawaban dari suaminya, Purnama kembali memasak. Ayam goreng serundeng, tempe goreng, sambal dan lalapan disiapkan Purnama.Masakan telah ditata di atas meja makan, Purnama bergegas mandi dan bersiap sebelum suaminya pulang.Bintang masuk ke dalam rumah tanpa mengucap salam. Purnama mendengar pintu terbuka menghentikan kegiatan menyisirnya. Ia berdiri lalu berjalan
Read more
9-10
"Apa  perlu  ke  dokter?"  tanya  Bintang  sambil duduk di sebelah Purnama.Purnama menoleh ke arah suaminya. Sejak tadi ia berbaring dan Bintang meninggalkannya entah untuk keperluan apa."Nggak usah, Mas. Ini biasa bagi orang hamil. Morning sicknes.""Tapi kamu lemes gitu, dari tadi tiduran terus.""Cuma pusing sedikit, nanti juga reda.""Ada obat yang dikasi dokter?""Ada. Vitamin sama obat mual.""Udah diminum?""Udah."Bintang memperbaiki posisi selimut Purnama, lalu diusapnya kepala Purnama."Purnama!" seru kedua mertua Purnama, mereka berdiri di pintu kamar."Bintang bilang kamu hamil?" "Iya, Mi.""Alhamdulillah ya, mudah-mudahan anaknya laki-laki.""Papi juga pengen cucu laki-laki.""Laki-laki atau perempuan yang penting sehat, Mi." jawab Purnama sambil mengelus perutnya yang masih rata."Orang hamil jangan suka males, biar bayinya j
Read more
11-12
Purnama benar-benar kesal dengan ulah suaminya. Ia mengusap perutnya perlahan sambil berbisik, "Jangan kamu tiru kelakuan ayahmu!"Ia berharap anaknya hanya mewarisi hal-hal baik dari kedua orang tuanya.Purnama membereskan rumah, menyapu dan mengepelnya. Begitu sampai di bagian dapur ia melihat persediaan berasnya menipis. Ia juga teringat dengan saldo ATM-nya yang nyaris 0 rupiah.Aku harus berbuat sesuatu!Selesai membersihkan rumahnya, Purnama menyalakan laptopnya. Ia berselancar di dunia maya mencari lowongan pekerjaan. Beberapa lowongan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya dan berlokasi tidak jauh dari rumahnya ia simpan.Purnama mulai membuat surat lamaran pekerjaan dan mengirimkannya.Bismillah, semoga keterima. Aamiin.***Selama berhari-hari Purnama menunggu jawaban dari lamaran yang ia kirimkan namun tiap kali mengecek email tidak ada jawaban yang ia harapkan. Sementara itu persediaan beras ma
Read more
13-14
Hati Purnama benar-benar sakit, ia pulang menggunakan taksi yang lewat di sekitar aula tersebut.Sebisa mungkin ia menahan air matanya selama di perjalanan namun hal itu terasa amat sulit. Air mata Purnama akhirnya menetes. Sang supir memperhatikan Purnama dari kaca."Apa pun masalah yang Ibu hadapi, Allah berikan itu agar Ibu kuat. Penderitaan dan rasa sakit akan menguatkan mental kita."Purnama tidak menjawab ucapan sang supir yang usianya mungkin sekitar usia ayahnya. Ucapan sang supir cukup mengena di hati Purnama, ia harus kuat demi dirinya dan demi calon buah hatinya.Sampai di rumah, Purnama segera masuk ke dalam kamarnya. Ia lelah lahir dan batin.Gawai Purnama berbunyi saat ia baru saja membersihkan diri. Ia melihat nama yang tertera di gawainya. Hatinya bersorak melihat nama sang ibu."Assalamualaikum,""Waalaikum salam,""Ibu, Nama kangen." ucap Purnama begitu mendengar suara ibunya. Di titik terendah, mende
Read more
15-16
Purnama mengingat betul perkataan ibunya, ia harus menyelesaikan masalahnya dengan Bintang atau pulang jika sudah tak sanggup lagi.Sampai di rumah waktu sudah hampir tengah malam. Ingin sekali ia berbicara serius dengan suaminya namun Bintang terlihat lelah dan masih kesal.Pagi hari setelah Bintang sarapan, Purnama sudah menyiapkan kata-kata untuk disampaikan pada suaminya.Segelas air putih ditaruh Purnama tepat di depan Bintang. "Mas, kita harus bicara serius.""Ada apa? Soal orang tua kamu?""Bukan, ini tentang rumah tangga kita.""Memangnya rumah tangga kita kenapa?" tanya Bintang tanpa rasa bersalah."Banyak hal yang harus kamu perbaiki, Mas, sebagai seorang suami.""Memangnya aku kenapa?" Bintang menatap Purnama.Ada kesal di hati Purnama, suaminya tidak merasa bersalah sedikit pun."Sebagai kepala rumah tangga seharusnya Mas lebih bertanggung jawab.""Owh, jadi maksud kamu aku gak bertanggung jawab
Read more
17-18
Purnama menahan tangisnya selama di dalam taksi. Ia sangat butuh dukungan saat ini. Diambilnya gawai di dalam tas. Ia menelpon sang ibu. Di dering pertama ibunya langsung menjawab."Assalamualaikum.""Waalaikum salam. Nama gimana kabar kamu?""Baik, Bu. Nama … mau lahiran, Bu.""Udah mules?" Suara ibu terdengar panik."Belum tapi mau diinduksi, Bu."“Kok induksi?”“Iya, udah lewat waktu,”"Sekarang udah di rumah sakit?""Masih di jalan, Bu.""Kasih ibu alamat rumah sakitnya nanti ibu sama ayah ke sana.""Iya, Bu."Setelah menelpon ibunya, Purnama merasa sedikit tenang. Ia menyandarkan tubuhnya pada jok mobil sambil mengusap perut buncitnya.Sampai di rumah sakit, sang dokter langsung menangani dirinya. Memberi infus yang berisi obat induksi.Purnama berbaring di ranjang rumah sakit. Ia pasrah menyerahkan nasibnya pada Yang Maha Kuasa.Satu jam berla
Read more
19-20
"Maaf ya Purnama, mami sama papi baru sempet ke sini." ucap Mami sambil menaruh sekantung buah di nakas."Iya, Mi.""Ibu Purnama udah lama di sini?" Mami bertanya pada sang besan.Pertanyaan basa basi, batin Purnama bicara."Ibu saya menemani sejak sebelum melahirkan dan belum pulang sampai saat ini." jawab Purnama ketus.Melihat gelagat yang tak baik, ibu Purnama menggendong cucunya yang telah lelap di dekapan Purnama lalu menaruhnya di dalam box bayi."Sorry ya, Sayang, aku gak nemenin kamu. Bengkel lagi rame." Bintang ikut bicara."Mau rame mau nggak, istri lahiran harusnya didampingin suami. Jangan mau bikinnya aja," Ibu menjawab dengan tidak kalah ketus.Mami mendekati box bayi dan memperhatikan wajah cucunya."Bin, mirip banget sama kamu,""Iya, Mi. Bintang tau, kemarin Bintang udah liat." Bintang keceplosan.Mendengar ucapan suaminya, Purnama terkejut. "Kamu kemarin ke sini
Read more
DMCA.com Protection Status