Share

5. Penolong Tak Dikenal

Auteur: D'Rose
last update Dernière mise à jour: 2024-02-21 22:07:01

Angin sepoi-sepoi menerbangkan anak rambut di wajah Nalini. Menggelitik pipi, membuat dia terbangun.

"Ah, apakah ini surga?" Ucap Nalini dalam hati. Dirinya tengah terbangun di sebuah pondok kecil yang menghadap hamparan padang rumput sejuk.

Seingat Nalini, siang tadi terkena tusukan pedang pengawal putra mahkota. Begitu dia hendak bangun, seluruh badanya terasa sakit. Apalagi pada bagian dada sebelah kiri.

"Eh, kamu jangan bangun dulu!" Seorang pria asing membantu Nalini untuk tetap berbaring diatas ranjangnya. "Akhirnya sadar juga. Sudah lima hari sejak aku menemukanmu di pinggir sungai." Penjelasan pria tersebut membuat Nalini terkejut.

"Racun di lukamu juga semakin membaik." Otomatis Nalini melotot pada pria itu. Jika dia mengobati lukanya berarti dia juga membuka baju Nalini. "Ah, maaf kalau aku bersikap kurang ajar. Tapi kalau enggak diobati, kamu akan demam dan luka yang enggak sembuh menimbulkan infeksi."

"Heh, apa kamu juga bisu? Dari tadi aku ngomong sendirian."

"Apa kamu tidak punya tatakrama ketika berhadapan dengan seorang wanita?" Nalini langsung tersulut emosi.

"Ternyata bisa bicara. Apa itu tatakrama, aku terbiasa hidup di alam liar." Nalini langsung saja melihat sekitar dan tidak ada siapa pun selain mereka berdua.

"Namaku Janu. Sejak kecil aku sudah hidup di gubuk buatan Kakek."

"Lalu kemana Kakekmu? Sejak tadi aku tidak melihatnya."

"Ah, jangan tanya, dia selalu datang dan pergi sesuka hatinya."

Nalini kembali terdiam, mencoba mengingat apa yang terjadi setelah dia dibawa ke kediaman putra mahkota. Walau dia tidak sadarkan diri, tapi dia bisa mendengar sayup-sayup pembicaraan putra mahkot di sana. Bersama bawahannya, raja dan permaisuri serta Arkana yang turut hadir.

"Jadi asal mu dari mana dan bagaimana ceritanya kamu bisa hanyut di sungai?" Nalini merasa kurang sopan tidak memperkenalkan diri.

"Na--" Nalini terlihat ragu, bagaimana kalau pria dihadapannya bukan orang baik.

"Na?"

"Nanda. Aku berasal dari barat dan... aw! Aku tidak ingat. Mungkin kepalaku terbentur bebatuan." Waktu yang singkat untuk Nalini menyadari keputusannya merahasiakan identitas asli. Lebih waspada setelah beberapa kejadian yang dia alami belakang ini.

"Ahey, aku memang liar tapi aku enggak bodoh. Dikepalamu enggak ada luka." Sengaja Nalini ingin menguji pria siang di hadapannya. Dengan perkataan palsu. Pria itu memang bodoh. Nalini setidaknya tahu aliran sungai yang mengairi empat negara. Tidak ada yang mengalir dari wilayah barat ke utara.

Sumber mata air berawal dari negara bagian timur yang akan mengalir ke dua bagian negara, utara dan selatan. Kemudian bermuara di wilayah negara bagian barat.

"Aku minum terlalu banyak air. Iya! Oleh sebab itu ingatanku melemah."

"Iyakah?" Dengan memasang wajah yang meyakinkan Nalini membuat perdebatan diantara mereka meredam.

"Baiklah aku akan membuat obat dan makanan dulu." Janu masuk sambil menenteng kantung yang terbuat dari serat kayu dianyam rapih. Benar dia berasal dari alam liar, semua yang ada disana sangat alami dan sederhana.

"Kalau boleh tahu, kita berada dimana?"

"Hutan terlarang perbatasan dari Utara dan timur."

Nalini pernah dengar soal hutan terlarang. Dulunya tempat ini dijadikan tempat peperangan terakhir dunia persilatan. Banyak korban yang berjatuhan dan dibiarkan begitu saja. Akibatnya tidak banyak orang yang berani menginjakan kaki di hutan ini.

Mereka mempercayai bahwa arwah yang penuh dendam telah menguasai hutan. Rumornya tidak ada yang keluar hidup-hidup dari hutan tersebut.

"Selama kamu tinggal disini, apa pernah ada orang lain yang datang atau setidaknya Kakekmu mencerita tentang tempat ini?"

"Kakek melarangku keluar dari hutan ini. Dia bilang aku akan mati." Janu membalikan badan dan menatap Nalini. "Berhenti berbicara tentangku. Sekarang apa rencamu?"Janu sedikit terusik dengan Nalini yang terus bertanya hal pribadinya.

"Jangan bilang kamu akan terus-terusan tinggal disini." Tenaga Nalini yang baru pulih langsung habis menghadapi Janu kalau seperti ini terus.

Janu lebih mirip seperti anak yang menginjak masa remaja. Tidak mengenal lelah, padahal kalau Nalini perhatikan, sepertinya umur mereka tidak jauh beda atau bisa jadi sama.

"Baiklah, aku akan mengizinkan tinggal asal bantu aku cari bahan makanan. Itu pun untuk dirimu sendiri."

"Aku tidak--"

"Setelah sehat!" Janu duduk dihadapan Nalini sambil menyodorkan satu buah sendok sup kedepan wajah Nalini. "Aku tahu badanmu masih lemah. Jadi biar aku suapi."

Nalini masih menatap Janu dengan waspada tidak menurunkan tensi ini, Janu menghela napas. "Ini ikan dan kentang." Seolah Janu bisa membaca tatapan mata Nalini yang menelisik kedalam mangkuk

Dalam pikiran Nalini terus saja terbayang pesan terakhir sang kakek. Bagaiman dia bisa menjalankan itu, jika pedang legendaris saja tidak berada padanya.

Rencana apa yang harus disusunnya untuk kembali merebut pedang legendaris. Sekarang Nalini merasa dirinya benar-benar sendirian di dunia ini.

Semua orang yang baik semasa hidup kakeknya kini menghilang bahkan orang yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Nalini juga tidak tahu siapa itu lawan dan kawan.

Selesai makan, Janu kembali sibuk dengan urusan beberesnya. Dari tempat Nalini bahkan bisa mendengar suara ribut yang ditumbulkan Janu.

"Aku hampir lupa. Di tubuhmu terlilit pedang ini."

Pedang legendaris hanyut bersamanya! Tanpa memperdulikan apapun lagi, Nalini bangkit dan mengabil pedang lengedari sercara kasar. Membolak-balik, buka-tutup. Secermat itu Nalini memperhatikan pedang legendaris ditangannya.

Pedang legendaris ini, asli.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Pusaka Legendaris Sang Guru Besar   41. Acara Makan Malam

    Belum menjelang malam tapi para bangsawan yang berada di ibu kota dan sudah mendapatan undangan Jahan, sejak pagi mulai berdatangan. Bahkan bangsawan dari luar kerajaan timur pun turut hadir. Siapa yang tidak tahu tentang keluarga bangsawan Altarik yang terkenal dengan kerendahan hatinya walau memiliki harta yang sangat melimpah. “Nona, apa ada sudah memilih pakaian dan riasan seperti apa yang akan anda kenakan saat makan malam.” Pelayan ini memang terlalu patuh pada peraturan, untungnya ada dua pelayan yang Jahan tempatkan untuk melayani Nanda agar dia lebih leluasa. “Aku rasa Nona akan memilihya nanti. Sekarang bagaiman kalau kita bantu bagian yang lain untuk menyiapkan acara makan malam. Pasti mereka kewalahan.” Sekarang Nanda kembali sendiri. Pikirannya masih berkenalan tentang percakapan tadi siang dengan Jahan. Memang lebih baik dia mengaikut arahan Jahan. Lagi pula dengan begitu Nanda tidak perlu merasa bersalah dengan menolak perasaan putra mahkota padanya. Satu jam kemudi

  • Pusaka Legendaris Sang Guru Besar   40. Ibu Kota Negara Utara

    Kakek itu mengehela napas dan menepuk pundak Janu. “Aku tidak yakin untuk memberitahumu saat ini. Tapi, apa kamu sudah menemukan kunci peti yang lainnya?” Janu menggeleng lemah. Selama ini dia sudah mencari ke seluruh penjuru pondok. Bahkan sampai ke ujung hutan sekali pun tetap saja sisa kuncinya tidak ditemukan.“Apa harus sampai semua peti itu terbuka?”“Kamu pernah mencoba buka paksa peti-peti tersebut, misalnya dengan cara apapun namun masih tidak berhasil bukan?” Kakek itu kembali menyeruput teh nya.“Itu artinya kunci-kunci tersebut enggak berada di pondok atau hutan terlarang sekalipun. Mereka ada di luar dan aku harus mencarinya agar bisa bertemu dengan kakekku?”“Apakah gadis yang kamu sebutkan kemarin sebagai teman adalah orang yang membantumu mempelajari tingkat dasar ilmu bela diri yang ada dalam buku panduan?” Bukannya menjawab pertanyaan sebelumnya, kakek itu malah melemparkan topik lain pada Janu sehingga membuatnya termenung sesaat. Semua hal tidak mungkin hanya kebet

  • Pusaka Legendaris Sang Guru Besar   39. Nanda Altarik

    Nanda berjalan dengan sangat tergesa-gesa. Beberapa pelayan mengekor dibelakangnya dan begitu sampai depan ruang pribadi Jahan, penjaga pintu mencoba untuk menghentikan Nanda, itu juga tidak berhasil. Nanda masuk begitu saja kedalam ruangan.“Jahan! Apa yang kamu lakukan--” Tanpa tahu siapa yang sedang bersama dengan Jahan. Nanda terdiam ketika tahu tidak hanya Jahan yang berada di ruangan itu. Nanda kemudian berbalik melihat penjaga pintu yang mengekor padanya. “Kenapa kamu tidak mengatakan kalau didalam sedang ada tamu?” Langsung saja penjaga pintu mendapat tatapan tajam dari Nanda. Jahan membebaskan penjaga itu dari amukan adiknya, dia langsung memberi isyarat untuk meninggalkan mereka bertiga dalam ruangan.“Selamat siang Nanda, bagaimana istirahatmu setelah melakukan perjalanan panjang?” Nanda cukup terkejut dengan reaksi putra mahkota yang seperti baru saja melakukan pertemuan pertama mereka. Namun itu tidak bukan masalah, yang penting saat ini adalah rencana Jahan yang dirasa

  • Pusaka Legendaris Sang Guru Besar   38. Kisah Empat Sekawan

    Janu masih menatap kakek itu dengan tatapan tidak percaya. Antara dia salah dengar atau dia benar mendengar semua itu. Untu memastikan semuanya, Janu mencoba mengambil posisi kuda-kuda yang benar dan mengambil napas yang sudah dilatihnya selama ini dengan Nanda. Melakukan ancang-ancang dan menghitung dalam hati, hingga hitungan ketiga. Kapak itu berhasil dicabut dari alas potong kayu.“Kakek! Ini berhasil lihat—“ Antusias Janu tertahan begitu dia mengingat kalimat yang sebelumnya kakek itu ucapkan. “Bagaimana Kakek tahu hal seperti tadi.”“Itu bukan sembarangan kapak. Itu adalah senjata pribadi miliku. Pasti ada banyak pertanyaan dalam kepalamu saat ini. Duduklah temani aku minum teh, kalau tidak keberatan aku ingin menceritakan kisah lama.” Janu tergugu dan dengan patuh melakukan semua perkataan kakek itu, tanpa membantah satu pun.Dua cangkir teh sudah tersaji diatas meja, mereka menikmatinya dengan bermain catur kuno yang diperkenalkan oleh para pedagang yang singgah. Janu awalnya

  • Pusaka Legendaris Sang Guru Besar   37. Penawaran Jahan

    Sejenak Jahan mengerutkan kening melihat reaksi Nalini yang tidak memperhatikan percakapan mereka sebelumunya. Bahkan Nalini mulai turun dari ranjang, bergerak dengan gusar keseluruh ruangan membuka apapun yang menutupi pandangan. Nalini menyingkap kain pentup meja, membuka seluruh pintu disana, membongkar laci-laci dan pintu lemari.“Dimana barang-barangku, kamu simpan?” “Harusnya semua yang ada di kamar ini adalah barang milikmu. Aku hanya memindahkan dari buntalan kain yang kamu bawa.”“Pedang, Seingatku aku selalu membawanya dan baru sadar sejak tinggal disini hanya pedang peninggalan Kakek yang belum aku lihat.”“Maksudmu ini.” Jahan menekan bagian bawah ranjang yang tidak terlihat secara kasat mata dan sebuah mekanis sederhana membuat laci rahasia muncul dibawahnya. Pedang tersebut tersimpan dengan aman bersama dengan Nalini di kamar ini. Segera Nalini menghampiri dan mengambil pedang tersebut. Membuka dari sarungnya, mengamati setiap lekukan pada pedang. “Oh, sungguh ke

  • Pusaka Legendaris Sang Guru Besar   36. Pria Tua Misterius

    Seorang pria tua tertegun melihat kemampuan Janu yang bisa mengalahkan lima pemuda dalah waktu yang sangat singkat. Bahkan penilaian Janu terhadap pedang legendaris juga membuatnya kagum. Janu sangat mengenali pedang tersebut dan dapat membedakan dengan yang palsu.“Anak muda, kamu tahu pedang apa yang barusan dibuang itu?”Janu menoleh melihat sosok kakek tua yang rentan dengan sebuah tongkat kayu menopang tubuhnya saat berajalan. Janu melihat kesana kemari untuk memastikan ada orang lain yang datang bersama kakek tersebut. “Apa Kakek terbiasa berjalan sendirian, ditengah hutan dan malam-malam seperti ini.”“Tenanglah aku tinggal tidak jauh dari sini. Hanya keluar sebentar untuk melihat ada keributan apa.”“Ah, maaf membuat Kakek khawatir.” Pandangan pria paruh baya itu tertuju pada pemuda yang berjatuhan dibelakang Janu. “Kakek tenang saja, mereka masih hidup dan cuman kehilangan kesadaran sejenak.” Lanjut Janu, tidak mau disalah pahami sebagai kasus pembunuhan.“Dari tampang mereka

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status