Share

Bab 5

Penulis: Zaina Aulia
Rangga hanya melihat kotak bahan obat di tangannya dan tidak berbicara. Abimana makin gelisah. Dia bertanya lagi, "Hari ini kamu nggak dipanggil ke istana. Apa kamu khusus pergi ke istana untuk menjemput Andin?"

Rangga tetap tidak berbicara. Abimana tumbuh besar bersama Rangga, mana mungkin dia tidak memahami respons Rangga?

Abimana berucap, "Rangga, kamu gila, ya? Dulu kamu abaikan Andin waktu dia terus mendekatimu. Sekarang kamu sudah menjadi tunangan Dian, kamu baru memperhatikan Andin? Aku peringatkan kamu, mereka berdua itu adikku, jangan desak aku putus hubungan denganmu!"

Rangga hanya mendengus setelah mendengar ucapan Abimana. Dia memandang Abimana sembari menimpali dengan sinis, "Kamu bersikap seolah-olah kamu sangat memedulikan Andin."

Jelas-jelas, Abimana melontarkan kata-kata yang menyakiti Andini. Ucapan Rangga membuat Abimana tidak bisa berkata-kata.

Abimana menatap Rangga lekat-lekat. Dia berpikir sejenak sebelum membalas, "Memangnya kamu sangat memedulikan Andin? Jangan lupa, 3 tahun yang lalu kamu juga ada di tempat. Andin membenciku, begitu pula kamu!"

"Aku tahu," sahut Rangga dengan dingin. Kemudian, dia menambahkan dengan tatapan muram, "Andin nggak sentuh kue di kereta kuda."

Bahkan, Andini sama sekali tidak menyentuh penghangat yang disiapkan Rangga. Takutnya Andini juga tidak akan naik ke kereta kuda jika Rangga tidak menggunakan Ainun sebagai alasan.

Rangga ingat hari ini Andini menyapanya dengan hormat. Jelas-jelas dulu Andini sering mengatakan dia menyukai Rangga. Setelah memikirkan hal ini, ekspresi Rangga makin muram.

Abimana juga terkejut sesudah mendengar perkataan Rangga. Dia bisa menebak Andini pasti membencinya dan Rangga. Namun, dulu Andini yang marah tetap memaafkan Rangga setelah Rangga menunjukkan sedikit perhatiannya.

Tidak disangka, sekarang Andini malah mengabaikan perhatian Rangga. Emosi Abimana tersulut begitu teringat luka di lengan Andini. Beraninya pelayan sialan di penatu istana menyakiti adiknya!

Para pelayan itu memang mendapatkan perintah dari Putri. Namun, Andini adalah putri Keluarga Adipati. Apa mereka sama sekali tidak memedulikan statusnya?

Abimana merasa sakit hati. Dia memelototi Rangga seraya bertanya, "Kamu bawa salep dari kemiliteran?"

Salep yang dipakai Rangga di kemiliteran didapatkan dari Lembah Raja Obat dan sangat berkhasiat.

"Nggak," jawab Rangga. Dia mengeluarkan sebotol obat dari sakunya dan menambahkan, "Tapi, kakinya terkilir. Seharusnya obat ini bisa menyembuhkan cederanya."

Abimana langsung mengambil obat itu, lalu berucap, "Terima kasih."

Selesai bicara, Abimana pun pergi. Tiba-tiba, dia kembali lagi. Abimana menarik kerah baju Rangga dan memperingatkan, "Jangan macam-macam!"

Rangga memandang Abimana sambil menyipitkan matanya dan tersenyum sinis, seolah-olah menyiratkan Abimana tidak bisa mengaturnya.

Abimana benar-benar kesal. Dia memang tidak bisa mengatur Rangga, tetapi dia bisa mengatur Andini. Abimana mendengus, lalu pergi.

Rangga merapikan bajunya, lalu memanggil seorang pelayan dan menyerahkan kotak di tangannya. Dia berkata, "Ini untuk Nenek Ainun."

Kemudian, Rangga pergi. Wakil jenderal yang bernama Byakta Muhadir menunggu di luar Kediaman Adipati. Melihat Rangga keluar, Byakta bertanya dengan ekspresi kaget, "Kenapa Jenderal keluar begitu cepat?"

Rangga tidak menjawab pertanyaan Byakta. Dia mengeluarkan sebotol obat dari sakunya dan berujar, "Berikan pada putri Keluarga Biantara."

Byakta mengangguk, lalu bertanya, "Apa Nona Dianti terluka? Kenapa Jenderal nggak memberikannya secara langsung?"

Rangga menatap Byakta dengan dingin. Byakta baru paham Rangga memberikan obat ini kepada Andini. Byakta langsung menutup mulut dan masuk ke Kediaman Adipati.

Sementara itu, Laras membawa salep yang diberikan tabib kediaman dan mengolesnya di luka Andini dengan hati-hati. Laras memang cengeng. Sejak melihat luka di lengan Andini, air matanya terus mengalir.

Melihat Laras mengobatinya sembari menangis, Andini merasa tidak tega. Dia membujuk, "Kalau kamu terus menangis, nanti orang lain mengira aku menindasmu."

Laras segera menyeka air matanya dan membalas seraya terisak, "Selama ini Nona pasti sangat menderita."

Jelas-jelas Laras adalah bawahan Abimana, tetapi dia malah merasa kasihan pada Andini. Hati Andini terasa tidak nyaman. Dia mendesah dan tidak berbicara lagi.

Laras melanjutkan lagi, "Tuan Abimana keterlaluan sekali! Jelas-jelas Nona Andini yang menderita dan terluka, kenapa dia terus membela Nona Dianti? Hidup Nona Andini sangat menderita ...."

Laras tidak bisa berhenti menangis. Andini merasa tidak berdaya. Dia tersenyum dan bertanya, "Apa kamu nggak takut nanti dia salahkan kamu kalau kamu jelek-jelekkan dia?"

Laras menghela napas, lalu menanggapi, "Hamba sudah diutus ke Paviliun Ayana. Ke depannya hamba ini bawahan Nona Andini. Tuan Abimana nggak akan pedulikan hamba lagi. Padahal dulu hamba menganggap Tuan Abimana itu orang baik! Cih!"

Melihat ekspresi Laras yang marah, Andini tidak tahu apakah Laras benar-benar merasa kasihan padanya atau hanya berpura-pura demi mendapatkan kepercayaannya.

Orang-orang yang sangat mencintai Andini dulu sudah mencampakkannya. Andini tidak bisa memastikan orang yang tidak mempunyai hubungan apa pun dengannya bisa memperlakukannya dengan tulus.

Ketulusan adalah hal yang sulit didapatkan oleh Andini. Apa di dunia ini ada yang benar-benar memperlakukan Andini dengan tulus selain Ainun?

Setelah mengamati ekspresi Laras, Andini tetap tidak bisa menebak pemikirannya. Dia pun mengalihkan pandangannya. Begitu memandang ke jendela yang terbuka, Andini mengernyit.

Andini melihat 2 orang berjalan melewati jembatan batu. Salah satunya adalah pelayan pria di paviliun Abimana. Yang satunya lagi adalah pria bertubuh tegap. Pria itu berjalan dengan cepat.

Andini merasa pria itu sangat familier, tetapi dia tidak bisa mengingat identitas pria itu. Laras yang merasakan pandangan Andini juga melihat ke luar jendela. Dia berseru, "Bukannya itu Tuan Byakta?"

"Byakta?" gumam Andini. Dia baru ingat mereka pernah bertemu. Sejak 5 tahun yang lalu, Byakta sudah menjadi orang kepercayaan Rangga.

Namun, kenapa Byakta datang ke Paviliun Ayana? Wajah Rangga yang arogan muncul di benak Andini. Kemudian, Andini berujar kepada Laras, "Coba kamu tanya tujuan kedatangan mereka."

"Iya," sahut Laras. Dia segera berjalan keluar.

Dari jendela, Andini melihat Byakta berbicara dengan Laras dan menyerahkan sesuatu kepadanya. Byakta juga melihat ke arah Andini.

Andini dan Byakta bertatapan, lalu Byakta memberi hormat kepada Andini. Sesudah itu, Byakta langsung pergi.

Tak lama kemudian, Laras kembali. Dia menunjukkan 2 botol obat di tangannya dan menjelaskan, "Nona, ini salep yang diberikan Jenderal Rangga dan ini obat yang diberikan Tuan Abimana. Tapi, hamba merasa obat dari Tuan Abimana juga berasal dari kemiliteran."

Ucapan Laras memang benar. Namun, hubungan Abimana dan Rangga sangat dekat. Jadi, wajar saja jika Abimana mendapatkan barang dari kemiliteran.

Hanya saja, Andini tidak mengerti tujuan mereka memberikan obat-obat ini kepadanya. Apa mereka memang mengkhawatirkan luka Andini atau hanya ingin menghilangkan perasaan bersalah mereka?

Apalagi Abimana. Tadi dia baru memarahi Andini, sekarang dia malah memperhatikannya. Apa Abimana berniat mempermainkan Andini?

"Kamu ambil saja obat itu," ujar Andini. Dia tidak berniat menerima pemberian Abimana dan Rangga.

Laras ingin membujuk Andini. Akan tetapi, dia mengurungkan niatnya saat melihat ekspresi Andini yang dingin.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sulas Sulas
ceritannya sangat bagus sedih banget ketika membayangkan andini
goodnovel comment avatar
Narita Hilyatuhulwun
...️suka sekali
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1097

    Sementara itu, Aiyla berdiri di samping, menatap Andini yang melangkah pergi dengan cemas. Keningnya pun tak sadar berkerut.Setelah berpikir sejenak, dia tetap merasa khawatir. Dia buru-buru berkata kepada Laras, "Aku juga pergi dulu!"Dia harus memberi tahu Kalingga soal ini.Saat Andini memasuki istana, matahari hampir terbenam. Sisa sinar senja di langit berwarna merah darah, memantul di atas jalan batu, membentuk retakan yang menyerupai jaring laba-laba berwarna merah.Andini melangkah di atas pola-pola itu, hatinya semakin gelisah. Dia buru-buru masuk ke kamar Haira, lalu melihat Harafah sedang berlutut di luar. Tubuhnya yang tua sedikit bergoyang, entah sudah berlutut berapa lama.Andini mengerutkan kening. Sementara itu, seorang pelayan masuk dan melapor. Tak lama kemudian, terdengar suara Haira memanggil. "Cepat biarkan Nona Andini masuk!"Seolah-olah baru menyadari kedatangan Andini, Harafah menoleh dan memandangnya. Andini menatapnya sejenak, lalu masuk ke kamar.Putri Kecil

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1096

    Aiyla menarik Andini dan berbicara panjang lebar. Mungkin karena selama lebih dari sepuluh tahun di suku Tru dia selalu mengajak orang-orang di sekitarnya berbicara, jadi sekarang saat bersama Andini, dia selalu punya banyak topik untuk dibicarakan.Mereka berbicara tentang ternak di suku Tru, lalu beralih ke bintang-bintang di langit. Mereka juga membahas tentang kakak laki-laki yang memaksanya menikah demi aliansi, hingga membicarakan Kaisar Negara Darsa.Dalam pembicaraan itu, wajar jika kadang ada sedikit ucapan yang tidak sopan. Namun, untungnya tempat ini adalah Kediaman Pangeran Surya. Selama Surya pergi meninggalkan ibu kota, semua orang yang tidak relevan di kediamannya sudah disingkirkan.Bahkan jika ada yang mendengar obrolan mereka, itu sama sekali tidak masalah. Keduanya berbincang dari satu topik ke topik lain selama empat jam penuh dan Aiyla sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda ingin pergi.Andini juga ingin membuat Aiyla tinggal lebih lama, agar malam itu mereka bi

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1095

    Tubuh Kresna yang tampak agak bungkuk tiba-tiba mematung, bahkan napasnya pun ikut tertahan sesaat. Kemudian, dia menjawab pelan, "Mm."Sementara itu, Andini sudah lebih dulu melangkah pergi. Ucapannya tadi terdengar seperti sekadar sopan santun kepada orang yang lebih tua, tetapi hal itu justru membuat Kresna berlinang air mata.Sesudah meninggalkan Kediaman Adipati, Andini pun kembali ke Kediaman Pangeran Surya. Dia pernah berjanji pada Surya, selama Surya meninggalkan ibu kota, dia akan tinggal dengan patuh di kediaman, tidak ke mana-mana.Karena itu, hari ini Aiyla datang menemuinya. Dia mengenakan pakaian khas Negara Darsa. Gaun panjang berwarna putih dilapisi dengan kain tipis kuning muda, membuat kulitnya yang memang seputih salju tampak semakin lembut dan menawan. Dari kejauhan, dia tampak seperti bidadari.Andini pun tak bisa menahan diri untuk berdecak kagum. Wanita suku Tru ini memang cantik sekali!"Andin!" Aiyla berlari kecil dengan gembira menghampiri Andini."Aku bawakan

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1094

    "Andin!" Kirana memanggil sambil melangkah cepat menuju Andini. Ternyata dia benar-benar mengenali putrinya.Andini merasa linglung untuk sesaat. Bagaimanapun, sudah lama sekali Kirana tidak bisa mengenali orang. Kali ini, Kirana bisa mengenalinya.Saat Andini masih dalam kebingungan, Kirana sudah mendekat, lalu menggenggam erat tangannya. "Andin, akhirnya kamu pulang! Selama kamu nggak ada di rumah ini, Ibu sangat merindukanmu!"Andini berniat mencari tahu tentang keadaan Kirana, jadi dia bertanya, "Kenapa aku nggak berada di rumah?"Mendengar itu, Kirana tertegun. Sepertinya dia lupa alasannya, kedua matanya tampak kosong. Ya, dia memang tidak ingat.Andini lalu bertanya lagi, "Bukankah kamarku dulu di Paviliun Persik? Kenapa sekarang aku harus tinggal di Paviliun Ayana?"Kirana refleks menoleh ke belakang, seakan-akan dia sendiri tidak tahu apakah tempat ini Paviliun Ayana atau Paviliun Persik."Dianti di mana?"Kirana mengerutkan kening, wajahnya penuh kebingungan. "Di ... Dianti?"

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1093

    Begitu bangun tidur, Andini sudah mendengar Laras berkata bahwa Surya sejak pagi-pagi sekali telah meninggalkan ibu kota. Hatinya seketika merasa agak kehilangan. Namun mengingat semalam mereka sudah saling mencurahkan perasaan, hatinya kini sedikit terhibur.Setelah selesai sarapan, Andini pergi ke kediaman Adipati Kresna bersama Laras.Adipati Kresna sudah berangkat menghadiri sidang pagi di istana. Abimana yang kini telah menjabat sebagai komandan dan memimpin pasukan besar, tentu harus tetap berada di lapangan pelatihan.Maka di kediaman ini, hanya tersisa Kirana yang kini sudah tidak lagi waras.Mungkin karena keadaan kediaman Kresna kini sudah tak lagi semegah dulu, oleh sebab itu ketika sang kepala pelayan tua melihat Andini, matanya langsung memerah. "Nona ... Nona akhirnya pulang!"Andini paling tidak tahan melihat orang tua yang meneteskan air mata. Dia pun buru-buru berkata, "Aku datang untuk memeriksa nadi Nyonya Kirana."Mendengar panggilan Andini yang tetap terasa asing,

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1092

    Mendengar itu, Andini girang bukan main. "Benarkah?! Lembah Raja Obat sudah berhasil menemukan penawar Racun Es? Bagus sekali! Aku akan segera berkemas!"Sambil berkata demikian, dia pun hendak bergegas keluar.Namun, Surya tiba-tiba bangkit berdiri dan memanggilnya, "Aku akan pergi sendiri."Langkah dan senyum Andini langsung terhenti. Dia menoleh pada Surya dengan penuh keterkejutan dan kebingungan. "Pergi sendiri?""Ya," Surya dengan tenang. "Medan di Lembah Raja Obat sangat rumit. Kalau aku sendiri yang pergi, akan jauh lebih mudah."Andini menatapnya, lalu berkedip beberapa kali. "Apakah itu berbahaya?"Surya sempat terdiam. Dia tidak menyangka, hanya dengan kalimat singkat itu, Andini langsung menangkap maksudnya.Sebenarnya memang tak sulit ditebak. Surya tidak pernah menganggapnya sebagai beban atau masalah. Namun, ucapannya kali ini justru menyiratkan bahwa membawa Andini ikut serta hanya akan menambah risiko. Itu berarti, memang berbahaya.Melihat wajah Andini yang dipenuhi r

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status