Share

Bab 7

Author: Si Kecil Tangguh​
Abimana memandang Andini dengan ekspresi tak percaya. Dia ingin segera menuduh Andini berbohong, tetapi ketika matanya menangkap ibunya yang hanya duduk di sana dengan kepala tertunduk tanpa memberikan tanggapan apa pun, dia segera memahami kebenarannya.

Namun, bagaimana ini mungkin? Sejak kecil, Kresna selalu paling menyayangi Andini. Bagaimana mungkin ayahnya membiarkan dia mengubah marganya?

Rasa seperti jantungnya sedang disobek oleh sesuatu kembali membuat Abimana sulit bernapas. Hatinya terasa kacau balau. Ketika dia memandang orang-orang di dalam ruangan, tidak ada satu pun yang membuatnya merasa nyaman.

Dengan emosi yang tak terkendali, Abimana akhirnya membalikkan badan dan pergi dengan mengibaskan lengan bajunya.

Kepergian Abimana membuat Rangga merasa canggung. Dia melangkah maju dan memberi hormat, "Hormat pada Nyonya Ainun."

Ainun bersikap ramah terhadapnya. Sebagai seorang jenderal muda yang mencapai prestasi besar, Rangga terkenal berani sekaligus cerdas. Selain itu, sikapnya selalu lembut dan sopan. Ini membuatnya sangat disukai oleh para orang tua.

"Jenderal Rangga, duduklah. Kamu bawa begitu banyak bahan obat yang berharga kemarin. Seharusnya aku yang datang langsung untuk mengucapkan terima kasih," ujar Ainun sambil tersenyum ramah.

Rangga duduk di depan Dianti dan membalas dengan sopan, "Ayah dan ibuku masih sehat, jadi nggak membutuhkan semua itu. Ginseng dan tanduk rusa yang dihadiahkan Kaisar lebih cocok untuk kesehatan Nyonya Ainun."

Mendengar itu, Ainun tertawa gembira. Dia menimpali, "Kamu benar-benar berbakti. Hari ini, kamu datang tepat waktu."

"Kirana barusan membicarakan tentang menetapkan tanggal pernikahanmu dengan Dianti. Gimana kalau kamu tanyakan pada orang tuamu nanti? Kapan mereka punya waktu luang, biar kedua keluarga kita bisa duduk bersama untuk mendiskusikannya," ujar Ainun.

Setelah mendengar kata-kata itu, Rangga melirik Dianti sekilas. Lantaran merasa dilirik olehnya, Dianti buru-buru menunduk. Wajahnya bahkan langsung memerah. Dia terlihat seperti sedang malu-malu.

Pemandangan itu membuat Kirana tertawa. Dia segera meledek, "Gadis ini masih saja malu-malu!" Kemudian, Kirana menoleh pada Rangga sambil menambahkan, "Rangga, kamu tahu sendiri, kalian sudah nggak muda lagi. Sudah waktunya menetapkan pernikahan ini."

Rangga mengangguk, seolah-olah setuju dengan ucapan Kirana. Namun, dia tiba-tiba menoleh ke arah Andini sambil bertanya, "Nona Andini, gimana menurutmu?"

Pertanyaan itu membuat Andini terkejut. Dia memandang Rangga dengan tatapan bingung dan penasaran. Apa hubungannya dengan dia?

Tidak hanya Andini yang kebingungan, Kirana dan Dianti pun terkejut. Dianti menatap Rangga, lalu menoleh ke arah Andini seakan-akan menyadari sesuatu. Perlahan, matanya mulai memerah. Apakah orang yang sebenarnya disukai Rangga adalah Andini? Akan tetapi, dia adalah tunangannya.

Kirana segera menangkap perubahan ekspresi Dianti. Mengingat status Rangga sebagai orang kepercayaan Kaisar, bahkan dia pun tidak berani berbicara keras kepadanya. Itu sebabnya, dia hanya bisa coba menjaga sikap ramah.

Kirana bertanya, "Rangga, kenapa pernikahanmu dengan Dian harus ditanyakan pada Andin?"

Andini memiliki pertanyaan yang sama dalam pikirannya. Namun, sikap Rangga tetap tenang seperti biasa. Dia bahkan penuh tata krama ketika membalas, "Nyonya Kirana, harap jangan salah paham."

Rangga menjelaskan, "Nona Andini masih dianggap sebagai putri sah di keluarga ini. Dian juga memanggilnya Kakak. Dalam aturan adat, seharusnya kakak menikah lebih dulu."

Alasan Rangga cukup masuk akal. Dalam keluarga yang memegang teguh adat istiadat, jika anak tertua belum menikah, adik-adik di bawahnya pun tidak boleh menikah lebih dulu.

Namun, Keluarga Adipati sebenarnya tidak terlalu ketat dalam memegang aturan ini. Bahkan, Keluarga Maheswara juga bukan tipe keluarga yang terlalu peduli pada tradisi semacam itu.

Andini berpikir, Rangga mungkin hanya ingin mendorongnya untuk segera menikah. Apakah dia khawatir bahwa dia masih akan mengejarnya seperti dulu?

Pikiran itu membuat Andini ingin tertawa. Namun, dia hanya berujar sambil tersenyum, "Kalau menurut ucapan Jenderal Rangga, seharusnya Tuan Abimana yang nikah lebih dulu, 'kan?"

Bagaimanapun, Abimana adalah kakaknya. Hanya saja, masih belum ada tanda-tanda pembicaraan tentang pernikahan Abimana. Jika menunggu Abimana menikah, lalu Andini menikah, barulah giliran Dianti dan Rangga, mungkin akan memakan waktu satu atau dua tahun.

Meski Rangga tidak terburu-buru, orang tuanya mungkin tidak akan sependapat dengannya. Sementara itu, Rangga tampaknya tidak menyadari sindiran Andini. Dia malah berujar sambil mengangguk dengan serius, "Memang seharusnya begitu."

Mendengar itu, mata Dianti yang semula sudah memerah, kini makin basah. Dia memandang Rangga dengan penuh kesedihan, seolah-olah ingin menanyakan alasan dia melakukan ini.

Dianti merasa dirinya sudah terlalu tua untuk menjadi seorang gadis. Bahkan jika Rangga bisa menunggu, bagaimana dengan dirinya?

Meski merasa tidak nyaman, Kirana hanya bisa menahan diri dan tetap bersikap ramah. Berhubung tidak ada jawaban jelas dari siapa pun, akhirnya topik itu pun dibiarkan berlalu.

Setelah berbasa-basi beberapa saat, Ainun mengaku lelah dan meminta Andini untuk membantunya kembali ke kamar. Sementara itu, Kirana membawa Dianti dan Rangga pergi meninggalkan tempat tersebut.

Tak lama setelah Rangga keluar dari halaman paviliun Ainun, dia mendengar suara lembut memanggilnya. "Kak Rangga."

Suara itu membuat Rangga terhenti sejenak. Untuk sesaat, dia berpikir bahwa itu adalah suara Andini. Namun, suara itu terlalu lembut, tidak seperti Andini yang biasanya berbicara dengan nada tajam.

Rangga menghela napas pelan sebelum akhirnya berbalik. Ketika matanya menangkap Kirana yang berjalan di kejauhan, dia kembali menoleh pada Dianti. Pria itu bertanya dengan suara rendah tetapi masih hangat, "Ada apa?"

Dianti selalu merasa bahwa cara Rangga berbicara padanya sangat lembut. Itu sangat berbeda dari bagaimana dia berbicara pada orang lain dengan sikap yang formal dan penuh tata krama. Itu sebabnya, Dianti selalu mengira dirinya memiliki tempat istimewa di hati Rangga.

Namun hari ini, untuk pertama kalinya Dianti merasakan jarak dalam kelembutan itu. Dia menyadari bahwa selama ini mungkin hanya dirinya yang salah paham.

Mata Dianti mulai basah dan memerah. Dia menggigit bibirnya dan menggenggam ujung bajunya dengan gelisah. Setelah mengumpulkan keberanian, dia akhirnya bertanya, "Kak Rangga, apa ... kamu nggak mau nikah denganku?"

Pertanyaan itu membuat Rangga terkejut. Setelah beberapa saat, dia membalas sambil tersenyum, "Kenapa kamu berpikir seperti itu?"

"Tadi ... kamu tadi ...." Dianti tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Berbicara terlalu banyak hanya akan membuatnya terkesan terlalu ingin menikah. Sebagai seorang wanita, Dianti tetap ingin menjaga martabatnya.

Melihat keraguan di wajah Dianti, Rangga sudah memahami apa yang ingin dia katakan. Hanya saja, dia tetap menjawab dengan santai, "Jangan berpikir terlalu banyak. Pernikahan kita adalah keputusan para orang tua, itu nggak akan berubah."

Setelah itu, Rangga menambahkan seraya tersenyum, "Aku akan mengunjungimu lagi beberapa hari ke depan."

Tanpa menunggu tanggapan, Rangga segera berbalik dan pergi. Kata-kata terakhirnya mungkin seperti memberi jaminan untuk menenangkannya. Namun ... Rangga tidak menjawab pertanyaannya dengan pasti.

Sementara itu di aula leluhur Keluarga Biantara, Abimana sedang berlutut di lantai. Di hadapannya, terdapat buku silsilah Keluarga Biantara yang sudah agak kusut karena terlalu sering dibolak-balik.

Kata-kata Andini sebelumnya tidak dapat dipercayainya. Bagaimana mungkin Kresna benar-benar sekejam itu hingga membiarkan Andini mengubah marganya?

Namun setelah membolak-balik buku silsilah itu belasan kali, Abimana tidak menemukan nama Andini di mana pun. Nama Andini Biantara tidak ada, bahkan nama Andini pun tidak ada. Abimana tidak bisa mengerti.

Bukankah hanya sebuah mangkuk kaca yang pecah? Kenapa harus sampai menghapus nama Andini dari buku silsilah? Itu hanya sebuah mangkuk, bukan?

Apakah setelah nama Andini dihapus, orang lain akan lupa bahwa Andini adalah bagian dari Keluarga Biantara yang dibesarkan di sini?

Meskipun Andini bukan anak kandung Keluarga Biantara, mereka telah merawatnya selama 15 tahun. Apakah hubungan selama 15 tahun itu tidak lebih berarti dibandingkan sebuah mangkuk?

Pantas saja setelah tiga tahun, Andini sama sekali tidak terlihat bahagia ketika melihatnya. Pantas saja Andini tidak mau memanggil Karina dengan sebutan Ibu, juga tidak mau memanggilnya Kakak.

Abimana menarik napas dalam-dalam. Ada momen singkat di mana dia merasa dirinya bisa memahami Andini. Namun tak lama kemudian, rasa marah yang aneh kembali membara di dalam hatinya.

Pada akhirnya, buku silsilah itu hanyalah beberapa lembar kertas. Jika nama Andini tidak ada di sana, apakah itu berarti bisa menghapus semua kasih sayang mereka selama 15 tahun?

Bahkan jika mereka hanya memelihara seekor anjing, memberinya makan makanan terbaik selama 15 tahun, merawatnya dengan baik, bukankah anjing itu akan tetap mengibaskan ekornya sebagai tanda kasih? Namun, bagaimana dengan Andini?

Pada akhirnya, masalahnya adalah Andini terlalu pendendam. Padahal mereka sudah membawanya kembali. Kirana bahkan sudah berkata dengan jelas bahwa semuanya akan tetap sama seperti dulu.

Bukankah mereka bisa kembali hidup seperti sebelumnya? Kenapa Andini harus membuat hubungan mereka menjadi sekaku ini?

Mengingat sikap Andini yang dingin dan berjarak, Abimana merasa sangat kesal. Dia berpikir, mungkin sudah saatnya memberikan pelajaran kepadanya.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Issa Syara
aneh Abimana ini ckckckk
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1307

    Dia akhirnya menurunkan kelopak matanya perlahan. Bulu mata yang tebal memunculkan dua bayangan berat di atas wajahnya yang pucat.Seolah-olah seluruh tenaganya tersedot habis, Rangga tenggelam di sandaran kursi yang dingin. Seluruh dirinya seperti sedikit demi sedikit ditelan kegelapan tak berwujud, semakin dalam, hingga akhirnya jatuh ke lautan keputusasaan yang sunyi."Pasti ...." Suaranya serak dan lirih, seperti helaan napas yang melayang di udara beku, membawa rasa sesak seakan-akan sedang tenggelam. "Pasti telah terjadi banyak sekali hal, 'kan?"Di luar jendela, cahaya fajar tampak semakin berkilau indah. Namun, dua orang di dalam ruangan itu seperti sejak lama sudah tenggelam ke danau yang begitu dingin dan menusuk tulang.Andini mengerahkan tenaga, mencubit pergelangan tangannya sendiri. Kuku-kukunya menancap dalam ke kulit. Rasa sakit yang tajam itu membuatnya dengan susah payah mendapatkan sedikit kejernihan kembali.Dia menarik napas panjang, menekan rasa sesak di tenggorok

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1306

    Andini mengerutkan alis. Rasa aneh yang muncul di hatinya semakin membesar.Dia menatap Rangga dengan tatapan selidik, dan akhirnya tak bisa menahan diri untuk bertanya, "Rangga, kenapa kamu ada di sini?"Rangga menarik kembali tangannya, lalu perlahan-lahan menyeret langkah masuk ke ruangan. "Aku nggak tahu."Saat berbicara, dia sudah kembali duduk di kursi itu. Seolah-olah akhirnya tak perlu lagi memaksakan diri, dia mengembuskan napas berat, mengangkat tangan dan menekan pelipisnya yang masih terasa nyeri. Gerakannya membawa sedikit sikap keras kepala dan ketidaksabaran yang hanya dimiliki oleh Rangga saat masih muda.Dia perlahan membuka mulut. Suaranya rendah dan serak, mengandung kebingungan. "Aku hanya ingat kalau aku terluka sangat parah. Seluruh tulangku seperti hancur, rasanya sangat sakit. Setelah itu, semuanya menjadi kacau dan gelap. Aku nggak tahu siang atau malam, nggak tahu berada di mana."Dia terhenti, terengah-engah beberapa kali, seakan-akan sekadar mengingat rasa s

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1305

    "Pangeran adalah orang yang bijaksana!" Agos segera menyangkal, "Hal ini sangat rahasia. Hamba menjaga mulut rapat-rapat, mustahil ada kebocoran. Lagi pula, langkah kaki hamba sangat ringan, bahkan ahli persilatan pun belum tentu bisa menyadarinya. Nona Andini hanya gadis biasa. Bagaimana mungkin dia dapat mengetahuinya?"Ucapan itu justru mengingatkan Ganendra. Keterampilan Agos sudah sangat ia pahami. Teknik meringankan tubuhnya termasuk yang terbaik di Negara Tarbo.Jika dia sengaja menyembunyikan jejak, memang hanya sedikit sekali orang yang mampu mendeteksinya.Kalau begitu, rencana menampilkan kelemahan untuk memperoleh simpati itu, mungkin memang bisa berhasil?Hanya saja, Andini dan Rangga telah tumbuh bersama sejak kecil. Hubungan mereka memang berbeda ....Setitik kepuasan muncul di sudut bibir Ganendra. Benar, bagaimana mungkin tidak berhasil?Dia kehilangan ibunya saat masih kecil, diabaikan oleh ayahnya, bukankah justru dengan penampilan yang rapuh, patuh, dan penuh kesaba

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1304

    Cahaya fajar memancar seperti emas cair ke dalam jendela paviliun, menyeret bayangan panjang di atas lantai yang dingin.Andini berdiri terpaku di tepi pintu. Tatapannya jatuh pada wajah pucat yang bersandar pada kursi bundar itu. Dia nyaris lupa, kapan terakhir kali dia mengingat wajah itu dengan jelas.Seseorang yang pernah menghabiskan lebih dari sepuluh tahun dalam hidupnya, seolah-olah telah lama menghilang diam-diam, pergi tanpa suara, hanya menyisakan seberkas bayangan kabur di sudut ingatannya.Saat ini, cahaya fajar menembus kisi-kisi jendela berukir, menutupi wajahnya yang tanpa warna darah itu dengan lembut tetapi juga kejam. Garis-garis wajah yang terlalu jelas itu entah kenapa membuatnya teringat pada bunga plum yang pernah mekar di Paviliun Persik.Ketika bunga mekar, tetap mampu memukau waktu. Namun, perasaan yang dulu membuat hatinya bergetar dan berdebar itu, kini seperti pasir yang mengalir di sela jari, tak bisa lagi digenggam.Namun ... dia masih hidup. Syukurlah.H

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1303

    Saat berbicara sampai di titik ini, Andini menundukkan kepala dan ternyata meniru gaya Ganendra. "Kali ini, aku datang jauh-jauh ke Negara Tarbo hanya untuk Rangga. Keluarga Gutawa bilang Rangga rada di tangan Pangeran. Pangeran mungkin nggak tahu aku dan Rangga tumbuh bersama sejak kecil, jadi ikatan kami cukup kuat.""Karena aku sudah menjaga Pangeran selama dua malam, aku mohon Pangeran bisa izinkan aku bertemu dengannya ...."Ucapan Andini terdengar sangat tulus, tetapi secara tidak langsung ikut menyeret Keluarga Gutawa ke dalamnya juga.Ganendra mengernyitkan alisnya dan menatap Andini dengan tajam. Dia berusaha melihat menembus topeng yang dipakai Andini, tetapi dia tetap tidak bisa memahami pikiran Andini."Kamu ...."Setelah ragu begitu lama, Ganendra tetap tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Dia tidak tahu apakah wanita di hadapannya ini sedang berpura-pura atau memang benar-benar hanya mengkhawatirkan Rangga.Andini bukannya mundur saat melihat reaksi Ganendra yang terl

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 1302

    Malam yang panjang akhirnya berlalu dan cahaya fajar menyingsing di ufuk timur.Saat perlahan-lahan membuka matanya, hal pertama yang dilihat Ganendra adalah Andini yang duduk di kursi tak jauh dari ranjang sambil membaca buku pengobatan di tangan dengan serius. Cahaya matahari yang lembut menyinari sisi wajah Andini, membuat ekspresi Andini yang anggun terlihat sangat suci. Ternyata Andini benar-benar menjaganya sepanjang malam.Namun, reaksi pertama Ganendra malah tersenyum sinis. Dia tidak mengerti mengapa wanita di dunia ini begitu mudah dipermainkan, segala akting pura-pura lemahnya itu ternyata selalu berhasil.Ganendra menundukkan kepalanya. Saat kembali membuka matanya, tatapannya yang tadinya terlihat mengejek sudah berubah menjadi tatapan lemah dan tak berdaya."Nona Andini ...," panggil Ganendra dengan pelan, seperti sebuah helaan napas yang bergema di dalam ruangan yang sunyi itu.Andini mengangkat kepala dan menatap Ganendra, lalu tersenyum dengan hangat dan lembut. "Pange

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status