Share

RETAKNYA MAHLIGAI PERNIKAHANKU
RETAKNYA MAHLIGAI PERNIKAHANKU
Author: Dewi Ratna Sari

BAB 1

Tanganku gemetar hebat, aku menyalakan kamera video bersiap siap untuk merekam aksi bejat mereka saat ini. Pintu itu tidak tertutup rapat sehingga menyisakan sedikit celah untuk aku merekam aksi mereka.

Mataku terbelalak melihat mas Ardi melepaskan satu persatu pakaian yang wanita itu pakai. Dia meraba lalu mengecup setiap inci tubuhnya, bulir bulir bening mengalir deras di carik manikku.

Tangan kiriku memegangi dada yang terasa begitu sakit dan sesak. Aku menghembuskan nafas dengan kasar. Ingin rasanya aku mendobrak pintu ini dan melemparkan seember air ke wajah mereka agar mereka sadar dengan perbuatan yang sedang mereka lakukan saat ini.

Wanita itu membuka kancing piyama yang mas Ardi kenakan. Setelah semua kancing piyama itu terlepas ia mengelus ngelus dada bidang mas Ardi.

Mas Ardi membopongnya lalu membaringkan wanita itu diatas kasur. Dia mengecup mesra menjelajahi leher jenjang wanita itu. Wanita itu mendesah perlahan.

Hati ini bergemuruh, darahku mendidih. lututku terasa begitu lemas, ingin rasanya aku menjerit meluapkan segala rasa perih ini. Ingin rasanya aku mendobrak pintu ini lalu meluapkan segala rasa dan amarah yg sudah tak terbendung lagi, namun aku harus menahannya. Aku menangis tanpa bersuara. Aku harus menahan segala goresan luka ini agar semua rencanaku berjalan lancar.

PERNIKAHANKU

Namaku Nanda, aku adalah seorang wanita yang meninggalkan karir cemerlang demi sebuah mimpi. Ya, sebuah mimpi yang di idam idamkan oleh semua wanita di muka bumi ini.

Mimpi itu adalah sebuah pernikahan, pernikahan indah yang di harapkan oleh semua wanita. Aku adalah seorang istri, yang saat ini mengabdikan seluruh hidupku pada seorang pria yang sangat aku cintai, pria itu bernama Ardi.

Mas Ardi adalah pria yang baik, penyayang dan romantis. Kami menjalani hubungan cukup lama hingga akhirnya hubungan kami berlabuh pada sebuah mahligai pernikahan.

~~~

Suara kumandang adzan shubuh membangunkanku, saat aku membuka mata rasanya badanku ini begitu lelah dan letih. Apalagi kemarin malam aku dibuat bergadang oleh mas Ardi. Saat ini dia masih tertidur pulas, dia pasti sangat kelelahan. Setelah kemarin acara pernikahan selesai, kami memutuskan untuk berbulan madu ke sebuah Villa yang berada di Bogor.

"Mas bangun mas, sudah adzan shubuh kita shalat berjamaah yuk mas".

Aku membangunkannya sambil menggoyang goyangkan tangannya.

"Hmmm.. iya sayang", Jawabnya lemas dengan mata yang masih tertutup rapat.

"Ayok mas, nanti telat shalat Shubuhnya", ungkapku masih menggoyangkan kedua tangannya.

"Iya iya.. sekarang pukul berapa?", ia beranjak duduk sambil menahan rasa kantuknya.

"Sekarang sudah pukul 05.00 mas", aku berjalan untuk menghamparkan sajadah berwarna merah maroon berlukiskan Ka'bah.

"Yah, mas telat bangun shubuhnya jadi gak bisa shalat di masjid deh", Ungkapnya beranjak dari tempat tidurnya.

"Iya mas gak apa apa, kita shalat berjamah saja disini ya mas",

"Iya sayang", Ungkapnya memeluk mesra tubuhku.

Setelah selesai shalat berjamaah, kami pun bersiap siap untuk lari pagi sambil menikmati suasana vila yang sejuk nan asri ini, lalu kami begegas untuk mandi dan pergi mencari sarapan.

Sepanjang perjalanan aku tak henti hentinya melihat ke arah langit dan sekitarnya, betapa cerahnya langit di pagi hari ini, suara kicauan burung yang silih bersahutan, hamparan pohon pohon hijau membuat mata dan badan ini terasa segar kembali.

Kami menginap di Vila ini selama 3 hari, karena esok lusa kami harus kembali beraktifitas. Mas Ardi mengajukan cuti selama 1 minggu sedangkan aku memilih untuk berhenti bekerja, tentu saja itu atas perintah dari mas Ardi.

Tak terasa, sudah 2 bulan aku resmi menjadi istri sah mas Ardi. Hari hari kami lalui dengan penuh kehangatan dan kemesraan. Mas Ardi memperlakukan aku dengan sangat baik, dia menjadikan aku ratu dalam hidupnya.

Hari ini langit terlihat begitu cerah, kami berencana untuk pergi ke sebuah Mall, saat kami hendak menaiki mobil tiba tiba ponselku berdering,

"kringggg.. kriingggg...",

"Nomor siapa ini? aku tidak pernah memberikan nomor ponsel ke sembarangan orang", dalam batinku.

"Siapa yang telepon sayang?", tanya mas Ardi penasaran,

"Tidak tahu mas, nomor tidak dikenal", jawabku sambil memperlihatkan nomor itu kepadanya

"Coba angkat saja sayang siapa tahu saudara atau temanmu",

"Iya mas", jawabku sambil mengangkat teleponnya.

"Halo Assalamualaikum", ungkapku

"Waalaikumsalam, Nanda..... apa kabar sayang? nikah kok tidak memberi kabar? aku tahu pernikahan kamu lewat postingan mas Yoga di instagramnya". Timbal seorang wanita disana yang entah siapa dia.

"Oh iya, maaf sebelumnya ini dengan siapa ya? jawabku sambil melirik ke arah jam tangan, rupanya sudah pukul 10.00 pagi.

"Ya ampun aku lupa, ini Anggi sayang.. Maaf aku ganti nomor tidak sempat memberitahu kamu, aku beberapa kali DM kamu tapi tidak ada balasan dan akhirnya aku hubungi saudara kamu mas Yoga lewat Instagramnya , dia juga yang memberi nomor kamu ". Jawab wanita itu.

"Anggi? Anggi Adelia? Ya ampun kemana saja sayang, bagaimana kabar kamu dan Sheena?", aku bertanya dengan mata yang berbinar binar.

"Iya sayang ini Anggi, alhamdulillah aku dan Sheena sehat kebetulan aku sudah tidak bekerja lagi di Jakarta dan ada rencana untuk pindah mencari pekerjaan di Bandung", jawabnya.

"Oh iya sayang nanti kabarin lagi aja ya kalau mau ke Bandung biar nanti aku jemput", jawabku

"iya Nda makasih banyak ya sebelumnya kalau begitu aku pamit ya, Assalamualaikum", ungkapnya

"Waalaikumsalam", jawabku sambil mematikan ponselku.

"Siapa sayang yang telepon barusan", tanya mas Ardi penasaran

"Anggi mas". Jawabku dengan bahagia karena sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya.

"Oh Anggi, kemana saja dia selama ini? sekarang baru kasih kabar lagi", ungkap mas Ardi fokus menjalankan mobil.

"Iya mas, dia ganti nomor. Katanya dia sudah tidak bekerja di jakarta mau cari kerjaan di Bandung mas", timbalku.

Ya, dia Anggi adalah sahabat terbaikku semasa kami duduk dibangku kuliah. Dia berasal dari Surabaya, dia merantau mengemban pendidikan ke Kota Bandung. Dia pribadi yang ramah dan menyenangkan, aku dan Anggi sudah seperti adik dan kakak kemana mana selalu bersama dan tidak dapat dipisahkan. Namun saat lulus kuliah Anggi mendapatkan perkerjaan di Ibu Kota Jakarta, dia menikah lalu menetap disana dengan suaminya, sehingga membuat kami jarang berkomunikasi tepatnya setelah dia tiba tiba menghilang dan tidak bisa dihubungi lagi.

Mas Ardi mengenalnya, karena mereka berteman semasa kuliah dan mereka cukup dekat.

~~~

"Sayang, hari ini Anggi mau ke Bandung. Bolehkan aku menjemput dan bertemu dengannya?", Tanyaku pada mas Ardi saat kami sedang video call.

"Memangnya mau bertemu sama dia jam berapa?",

"Sekitar jam 10an, gak akan lama kok. Sore sebelum kamu pulang aku pasti sudah dirumah. Bolehkah sayang?", bujukku padanya.

"Iya deh iya, tapi aku gak bisa nganter gak apa apa ya? pekerjaan kantor menumpuk banget nih, dikantor sedang banyak pekerjaan sayang", jawabnya yang terlihat sibuk dengan laptopnya.

"Iya mas, aku pergi sendiri saja yang penting sudah dapat izin dari kamu ya". Jawabku dengan girang.

"Iya sayang, hati hati dijalannya ya",

"Iya mas, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam", mas Ardi mematikan ponselnya. Dan aku pun segera bersiap siap untuk pergi menemui Anggi.

~~~~

"Anggi...", teriakku dari kejauhan saat bertemu dengannya, beberapa orang disana memperhatikanku membuat aku tertunduk malu sendiri.

"Nanda..", dia berjalan lalu memelukku.

"Mana Sheena?", tanyaku.

"Dia ada disana lagi makan dulu, ayok kita kesana sambil makan siang", ajaknya sambil menggandeng tanganku.

Kami memesan beberapa makanan di sebuah Resto terkenal di daerah Bandung, lalu kami mulai bercerita banyak hal hingga lupa waktu.

Ternyata dia sudah bercerai dengan suaminya beberapa bulan yang lalu, perusahaan tempat dia bekerja pun sudah gulung tikar jadi dengan terpaksa dia harus berhenti bekerja.

Anggi memiliki anak perempuan yang sangat cantik berusia 4 tahun, namanya Sheena. Sheena sangat cantik seperti ibunya. Anggi memiliki kulit putih bersinar, wajah mungil, hidung mancung, bola mata berwarna coklat, bibir yang kecil dan rambut berwarna pirang kecoklatan.

"Rencananya sekarang mau tinggal dimana?", tanyaku pada Anggi yang sedang membersihkan tangan dan mulut anaknya.

"Mungkin aku akan mencari penginapan", jawabnya.

"Kasian dong ya Sheena gak ada yang nemenin kalau kamu cari pekerjaan nanti", ucapku sambil mengusap rambut anak kecil itu.

"Nggi, bagaimana kalau untuk sementara waktu kamu tinggal dirumah aku saja sambil mencari pekerjaan dan tempat tinggal yang baru, nanti aku tanyakan juga pada mas Ardi siapa tahu ada lowongan pekerjaan yang cocok untuk kamu diperusahaannya", Tanyaku padanya.

"Makasih banyak loh Nda, tapi aku gak mau merepotkan kamu dengan suami mu". Jawab Anggi sambil memegangi kedua tanganku.

"Engga kok gak ngerepotin, dulu kamu sudah sering bantu aku sekarang giliran aku yang bantu kamu", bujukku padanya.

"Tapi Ardi bagaimana?", tanyanya memasang wajah cemas.

"Nanti aku izin dulu sama mas Ardi ya, kebetulan kami hanya tinggal berdua kalau ada kamu dan Sheena rumah pasti jadi makin ramai," jawabku sambil memegang tangannya.

"Makasih banyak ya Nanda", ungkap Anggi tersenyum.

"Maafkan aku ya, kehadiranku disini malah merepotkan kamu dan Ardi", ujarnya memasang wajah penuh penyesalan.

"Ya ampun Nggi, kamu kayak yang ke siapa saja", ungkapku tersenyum sambil membelai rambut Sheena.

Tanpa Nanda sadari, Anggi sedang tersenyum sinis memandangnya tajam penuh arti.

***

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status