Share

PART DUA

Author: white alfie
last update Last Updated: 2021-01-19 19:49:34

Ganindira sedang sarapan bersama nenek dan Stefana. Sambil mengunyah roti yang telah diolesi selai nanas terlebih dahulu, Ganindira mengabaikan ucapan yang dikatakan neneknya sedari tadi. Meskipun Ganindira mengabaikan ucapan tersebut,, telinganya menangkap kata - kata yang di lontarkan neneknya sedari tadi.

"Apa aku harus mengenalnya dulu..?", ucap Ganindira sambil meminum jus jeruk yang sudah disediakan. Stefana yang mengamati percakapan kedua orang itu hanya bisa melihat tanpa bisa menyela karena Stefana tahu kalau yang mereka bahas ini bukan masalah pekerjaan, melainkan pertemuan dua keluarga yang akan di jodohkan  dengan Ganindira.

"Setidaknya kau kalian harus bertemu dulu untuk pertama kalinya...", jawab Miranda.

Sambil menghela nafas keras Ganindira menatap Miranda yang juga menatapnya. "Baiklah, aku akan mencoba, tetapi hanya untuk kali ini. Aku tidak mau lagi ada rencana seperti ini lagi.Masa depanku aku yang menentukan dan kebahagiaanku aku juga yang menentukan. Aku hanya mau mengatakan kalau kalian tidak perlu khawatir tentang diriku karena kau tahu tentang diriku sendiri...", Ganindira beranjak dari duduknya dan berdiri dan mulai melangkah meninggalkan Stefana dan Miranda denga fikiran masing - masing.

*****

Berjalan tak tentu arah membuat Ganindira menjadi lapar lagi. Ya, setelah percakapan bersama neneknya saat sarapan pagi tadi, Ganindira langsung pergi dan meninggalkan sarapan nya yang masih tersisa. Percakapan tersebut membuat selera makannya langsung menghilang. Bagaimana tidak, entah kenapa neneknya itu terus menggencar dirinya untuk mau menghadiri pertemuan yang tidak ia ketahui sebelumnya. Tetapi, dengan niat yang gigih dari nenek  nya tersebut, Ganindira bisa berfikir kalau pertemuan yang sudah di canangkan neneknya itu bukanlah pertemuan yang main - main.

Setelah mengambil mantel tebal dari dalam kamar dan memakai boots yang ada di rak sepatu, Ganin langsung pergi tanpa memberi tahu kepergiannya, baik kepada Stefana maupun neneknya. Dengan menahan dingin, Ganin melangkah keluar Apartement nya dengan berjalan kaki. Meskipun cuaca sedang dingin salju tetap turun meski tidak terlalu deras, Ganin bisa merasakan kalau semua orang sangat menanti salju turun.

Sambil memandang sekitarnya, tidak terasa Ganin melangkahkan kakinya terlalu jauh hingga ia berhenti di depa sebuah cafe bernama "What A Bagel". Karena penasaran, Ganin melangkahkan kakinya masuk kedalam cafe karena sejak tadi, banyak orang yang keluar masuk dari cafe yang ia datangi sekarang.

Entah apa arti nama cafe tersebut, Ganin tidak ambil pusing yang penting untuk saat ini Ganin meu mengisi perutnya yang masih lapar dengan makanan yang di sediakan di cafe ini. Saat masuk kedalam, Ganin melihat suasana cafe yang Cozy dan nyaman. Sambil  berjalan mata Ganindira sesekali mengamati konsep yang di usung cafe tersebut.

Ganin melihat ada kursi yang kosong dan berjalan melangkah ke kursi tersebut. Sambil meletakkan mantel di atas salah satu kursi , Ganin mendudukkan dirinya di kursi tersebut dan  melihat daftar menu lalu memesan. Sambil menunggu pesanannya datang, Ganindira masih tetap  mengamati cafe tersebut, 

Namun tatapannya teralihkan saat melihat pintu masuk terbuka dan menampilkan sosok seorang pria masuk kedalam cafe. Pria tersebut berbadan tegap dengan memakai mantel berwarna coklat tua. Sesetel Suit tercetak jelas di badan nya yang bidang, dan juga rambut senada dengan warna mantel membuat penampilan pria tersebut sempurna. Tidak ingin ketahuan karena mengamati penampilan, Ganinidra langsung mengalihkan tatapannya ke luar sambil memandangi salju yang turun dari atas langit.

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya makanan yang dipesan Ganin datang dan dengan segera Ganin langsung memakannya mumpung masih hangat. Sesekali Ganin mencuri - curi tatapan kepada pria tersebut. Entah kenapa, sedari tadi Gani tidak bisa mengalihkan tatapannya dari pria itu, padahal Ganin sudah sering bertemu dengan pria seperti itu.

Mungkin pria tersebut tahu kalau Ganin sedang mengamatinya, Ganin langsung tersedak dengan makananya saat menyadari tatapan pria tersebut kearahnya. Dengan menunduk Ganin fokus dengan makanannya. Karena saking fokusnya Ganin dengan sarapannya yang sebentar lagi akan habis,  Ganin sampai tidak meyadari kalau salah satu kursi yang ada di mejanya di tarik kebelakang hingga menimbulkan bunyi gesekan.

"Maaf, apa aku boleh duduk di sini..? tanya pria itu sambil memandangi Ganindira yang sudah selesai dengan makanannya.

Ganindira mendongak dan menatap pria yang sejak tadi ia lihat saat  ini berdiri dihadapannya sambil memegang secangkir minuman di tangan kirinya. Ganindira mengangguk. "Silahkan...".

"Terima kasih...", ujar pria itu. Setelah itu, Ganindira meminum minuman yang belum ia sentuh sejak tadi. Saat air baru saja melucur ketenggorokannya, ujung matanya menangkap kalau pria yang duduk didepannya ini sedang menatap dirinya. Sambil bersikap acuh, Ganindira terus minun dan menghabiskan minumannya sampai tandas lalu meletakkan  gelas yang sudah kosong itu di atas meja. Bukannya berhenti melihat, pria itu secara terang - terangan menatapnya dan itu membuat Ganindira risih.

"Maaf, apa ada sesuatu di wajahku..?, Ganindira memberanikan diri bertanya. Bukan nya menjawab, pria tersebut malah tersenyum. "Tidak ada...", jawabnya. Hanya saja aku baru saja melihat dirimu datang ke cafe ini, apa kau turis yang baru datang ke Negara ini?", tanya pria itu lagi

Ganinggira menggeleng. "Aku sudah sering datang kesini, namun baru tahu kalau di dekat sini ada cafe...", jawabnya. 

Pria tersebut mengangguk kan kepalanya. "Begitu..."

Setelah pembicaraan singkat ini, tidak ada lagi kata - kata yang terucap di antara mereka. Haingga akhirnya dering ponsel Ganindira memecahkan kesunyian diantara mereka berdua. Ganindira mengambil ponselnya dari saku mantel dan melihat siapa yang menelfon dan ternyata Stefana yang menelponnya.

"Ada apa..", Jawab Ganindira.

"Kau ada di mana..?", tanya suara Stefana dari sebrang sana

"Di cafe..."

"Nenek mencarimu...."

"Aku segera kembali...". Setelah berkata setelah itu Ganindira mematikan panggilannya dan beranjak berdiri untuk segera kembali ke apartement. Melangkah meninggalkan pria yang duduk di kursinya dan mengabaikan tatapan yang diberikan pria itu. Namun belum lagi kakinya melangkah, tangan Gnaindira ditahan dan ternyata pria tersebut yang memegang tangannya.

"Maaf...", ujar pria tersebut sambil melepas genggamannya. Sangat tidak sopan kalau kita belum berkenalan setelah kau mempersilahkanku duduk satu meja denganmu" lanjut pria itu sambil mengukurkan tangannya kedepan.

Ganidira menatap datar wajah pria tersebut sambil melihat uluran tangan didepannya.. Untuk menghormati kesopanan, Akhirnya Ganindira membalas uluran tangan pria tersebut.

"Perkenalkan namaku Ganesha Erlangga..." ujar pria tersebut.

Ganindira yang mengetahui nama pria tersebut mengucap namanya sambil menatap wajah tampan wajah pria bernama Ganesha itu.

"Ganindira Violeta...."

*****

"Ganindira Violeta...". Setelah itu Ganindira melepas jabatan tangan mereka dan memasukan tangannya kedalam saku mantel. "Aku pergi..".

Ganindira benar - benar melangkahkan kakinya keluar cafe dengan cepat. Entah kenapa Jantungnya berdegup dengan cepat saat bersentuhan dengan pria bernama Ganesha tadi.  Sambil berjalan dengan cepat, tangan kirinya memegang dadanya masih berdegup dengan cepat. Namun tanpa sepengetahuannya, Ganesha mengejar dirinya kelar cafe sambil memanggil namannya.

Ganindira yang namanya dipanggil memberhentikan langkahnya dan menolah kebelakang. Dirinya mendapati kalau Ganesha berlari kecil kearahnya. Sambil mengulurkan sesuatu kearahnya, Ganesha mengatakan sesuatu kepadanya.

"Ini bill mu, kau lupa mengambilnya..".

Ganindira merasa wajahnya memerah menahan malu. Bagaimana bisa ia makan dan lupa membayarnya. "Maafkan aku, berapa semuanya. Aku akan membayarnya..".

Ganesha menolak. "Tidak perlu. kalau kau tidak keberatan besok pagi maukah kau datang ke cafe tadi dan sarapan bersamaku?anggap saja kau membayar makanan yang aku bayar barusan..".

Ganindira mengiyakan perkataan Ganesha. "Baiklah, besok jam 9 pagi aku akan datang ke cafe tadi..".  Aku pergi dulu..."setelah mengatakan itu Ganindira meninggalkan Ganesha yang masih setia berdiri di tempatnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • RINTIK YANG MENGGENANG   PART DUA PULUH TUJUH

    Langit tinggi berwarna biru dengan awan berwarna putih bersih membuat langit semakin cantik bagi siapapun yang melihatnya. Baik dari sisi dan segi manapun bagi yang mengerti dan mengagumi keindahan ciptaan tuhan satu ini pasti akan merasa bahagia saat melihat awan bergerak dan membentuk sesuatu yang lucu sesuai harapan dan keingin orang yang melihatnya. Tidak jarang kalau bagi segelitir orang yang suka memandangi langit cerah akan membuat sedikit rasa did alam hatinya bahagia, termasuk Ganindira saat ini. Duduk di halaman belakang rumah seorang teman Ganesha yang menghadap laut lepas membuat Ganindira betah berlama – lama duduk sendirian di sini. Menyendiri sambil merenungi nasibnya saat menikah dengan Ganesha Erlangga membuat seorang Ganindira bisa tahu bagaimana sikap dan sifat suaminya tersebut. Bagi Ganindira, Ganesha itu ternyata pria hangat dan rendah hati. Di saat pertama kali mereka bertemu, Ganindira bisa mengetahui salah satu sifat milik Ganesha tersebut. L

  • RINTIK YANG MENGGENANG   PART DUA PULUH ENAM

    Gedung pencakar langit yang terlihat mewah dan elegan bagi siapapun yang melihatnya terlihat ramai pada malam hari.Mobil mewah dengan penumpang yang memakai pakaian serba mewah terlihat memasuki gedung tersebut.Malam ini, Ganesha mengadakan acara untuk memperingati ulang tahun perusahaannya yang ke sepuluh tahun sekaligus memperkenalkan Ganindira sebagai istri di hadapan dunia.Sebenarnya Ganesha tidak menginginkan hal tersebut karena baginya keselamatan Ganindira bisa menjadi ancaman untuk Ganesha sendiri bagi orang yang tidak menyukainya, namun hal tersebut harus Ganesha ambil karena tidak mungkin keberadaan istrinya akan ia sembunyikan. Semua orang harus tahu kalau Ganindira Violeta Erlangga adalah istri dari Ganesha Erlangga.Milik seorang Ganesha seorang.Malam ini Ganesha memakai Tuxedo berwarna hitam, lengkap dengan kemeja putih, rompi berwarna senada dan dasi kupu - kupu. Sedangkan Ganindira sendiri memakai dress berwarna hitam den

  • RINTIK YANG MENGGENANG   PART DUA PULUH LIMA

    Kamar bernuansa gelap dengan jendela besar menghadap kota New York menjadi persinggahan Ganindira selanjutnya meskipun kamar yang ia diami saat ini masih berada di dalam perusahaan milik Ganesha, lebih tepatnya berada di dalam ruangan kerja. Sebelum dirinya berakhir di kamar ini dengan di temani makan siang lengkap dengan dessert, camilan dan menonton film dari layar proyektor yang terhubung dengan laptop, Ganindira masih mengingat percakapannya dengan Ganesha yang terlihat kaku dan tegang saat Adam menyebut nama Lean Damiano. Flashback On "Tuan, Lean Damiano sudah datang.." Ganindira merasakan pinggangnya di peluk dengan erat. Sesaat kemudian, pria bernama Lean Damiano masuk ke dalam ruangan. Disaat yang bersamaan, Ganindira pun mengenali pria yang bernama Lean Damiano tersebut. Kalau tidak salah Lean ini yang bersama dirinya saat berada di dalam lift dan yang mengamatinya. Sem

  • RINTIK YANG MENGGENANG   PART DUA PULUH EMPAT

    Audi R8 membelah jalanan kota New York yang di padati oleh banyak manusia. Meskipun saat ini matahari sudah beranjak tinggi dan sudah masuk ke dalam jam makan siang, Ganindira yang seharusnya bermalas - malasan di apartment baru miliknya kini berada di dalam mobil milik suaminya yang katanya mau mengajaknya makan siang bersama.Padahal sebelum berangkat ke kantor, Ganesha sudah mengatakan kalau dirinya tidak boleh pergi kemanapun sendirian, Ganindira langsung mengiyakan tanpa berfikir panjang karena Ganindira sendiri belum mengenal kota New York.Tapi kini, Ganindira harus menelan keinginan nya untuk bermalas - malasan karena Adam datang dan menyuruhnya bersiap.Perintah dadakan dari suaminya tersebut membuat jengkel Ganindira, namun mau bagaimana lagi. Ganesha dan perkataannya bagaikan sebuah perintah yang tidak bisa di tolak.Dan disini lah Ganindira sekarang, di dalam mobil mewah milik suaminya yang sering Ganesha pakai saat bepergian dengan Adam yang

  • RINTIK YANG MENGGENANG   PART DUA PULUH TIGA

    Suasana Kota New York di pagi hari sudah terlihat ramai. Orang - orang terlihat berlalu lalang di jalanan untuk memulai aktivitas di pagi hari.Seperti saat ini, Ganindira sudah bersiap dengan style nya si pagi hari. Kaos oblong berwarna putih longgar dengan tulisan NYC di bagian tengahnya, jeans berwarna navy dan sepatu converse berwarna putih menjadi pilihan Ganindira hari ini.Sedangkan di dalam kamar, Ganesha sudah meliukan badannya dan mengarahkan tangannya ke samping untuk mencari keberadaan istrinya.Matanya langsung membuka saar menyadari kalau istrinya tidak ada di sebelahnya. Saat ingin berteriak memanggil istrinya, Ganindira masuk kedalam kamar dan menemukan Ganesha sudah dalam posisi duduk di atas ranjang dengan selimut yang turun dan memperlihatkan tubuh bidang suaminya."Sayang, kau sudah bangun...", ucap Ganesha sambil mengulurkan tangannya ke arah Ganindira, dan Ganindira pun membalas uluran tangan Ganesha."Iya, dari ta

  • RINTIK YANG MENGGENANG   PART DUA PULUH DUA

    New York City atau NYC merupakan kota terpadat di Amerika Serikat sekaligus menjadi salah satu wilayah metropolitan terpadat di Amerika Serikat, Sebuah kota global terdepan, New York memberi pengaruh besar terhadap perdagangan, keuangan, media, budaya, seni, mode, riset, penelitian dan hiburan dunia. Sebagai tempat markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, kota ini juga merupakan pusat hubungan internasional yang penting.Dan di sinilah Ganesha berada. di salah satu apartment termahal di New York, Apartemen Penthouse At The Pierre Hotel yang berlokasi di kota New York berada di urutan ketiga dengan harga US$125 juta atau senilai Rp1,66 triliun menjadi salah satu pilihan Ganesha untuk di jadikan kediaman pribadi.Harga tidak masalah bagi Ganesha saat ini, karena pada kenyataan nya yang paling penting saat ini adalah menyembunyikan istrinya dari mata dunia, termasuk dari Lean Damiano.Bukan tanpa alasan kenapa Ganesha membeli apartment ini, selain berada di pusat k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status