Share

RUN! [Bahasa Indonesia]
RUN! [Bahasa Indonesia]
Penulis: Secret King

Satu -Ajakan Rio

Indonesia-Jakarta

23.30

Seorang gadis berjalan dengan lunglai, hari ini cafe tempat nya berkerja kedatangan sangat banyak pelanggan apa lagi dia lembur karena menggantikan temannya yang sedang sakit.

Dia adalah Terisya Alexandra, gadis dengan paras cantik yang biasa di panggil Risya dengan orang orang sekitar nya. Rumahnya cukup jauh dari kafe tersebut, dia tidak menggunakan kendaraan umum karena harus menghemat uang bulanan nya.

Terisya menghela nafas berat saat mendapati rumah yang masih gelap, pasti mereka bertiga saat ini tidak ada di rumah. Dengan cepat Terisya membuka pintu rumah yang bisa di bilang sederhana itu. Dia masuk dan dengan cepat mengganti pakaian di dalam kamarnya.

Saat ini Terisya tinggal bersama paman dan bibinya serta satu sepupunya karena kedua orang tuanya meninggal 4 tahun yang lalu karena kecelakaan mobil saat pergi ke luar kota.

Rumah mendiang ayah dan ibunya terpaksa iya jual untuk membantu melunasi hutang pamannya yang entah uangnya untuk apa. Sebenarnya dia berniat untuk kuliah namun karena masalah paman nya dia mengubur dalam-dalam keinginan tersebut.

Klek

Pintu rumah tersebut terbuka dan menampilkan sosok bibi, paman dan Chelsea yang sedang tertawa bahagia. Terisya yang mendengar itu langsung keluar dari kamar dan menyambut mereka dengan senyum tulusnya.

"Malam" sapanya lembut.

"Duh ngerusak suasana banget sih" ucap Chelsea dengan nada ketusnya, dia menatap tak suka Terisya.

Entah kenapa sejak mereka SMA Chelsea tampak tidak suka dengan Terisya bahkan di sekolah mereka tak pernah bertegur sapa.

"Aku gak bermaksud begitu Chel" Terisya menunduk menyesal, dirinya memang tak bermaksud merusak kesenangan Chelsea.

"Sana Lo pergi" Terisya hanya mengangguk dan kembali masuk kedalam kamarnya. Dia menatap sendu cermin yang ada di sampingnya. Perasaan dulu dia sangat bahagia namun kini? Dunia seakan menolaknya untuk bahagia.

Terisya berjalan kearah kasurnya, dia duduk dan meraih bingkai foto yang ada di bawah bantal. Dia menatap foto yang di dalamnya terdapat ayah, ibu dan dirinya lima tahun lalu dimana semuanya terasa sangat bahagia.

Kini di umurnya yang ke 20 tahun Terisya sudah tau bagaimana kerasnya dunia. Apa lagi tanpa kedua orang tua yang menemani langkahnya. Tanpa di sadari cairan bening keluar dari matanya membuat pipi mulus itu basah.

"Ayah ibu Risya rindu" ucapnya sembari memeluk erat foto tersebut dan membaringkan tubuhnya.

* * * *

Pagi ini Terisya sudah siap untuk ke cafe, sebelum itu dia akan mampir ke makam kedua orang tuanya untuk melepas rindu. Terisya keluar kamar, dia menuju ke ruang tamu dan mendapati Chelsea yang sedang sibuk nonton tv.

Setelah lulus sekolah Chelsea tidak mau berkerja, kedua orang tuanya pun nampak tak keberatan dengan hal itu. Namun mereka selalu mengambil uang gaji Terisya setiap bulannya, untung saja setiap hari ada saja orang yang memberi kan tip kepadanya hitung hitung untuk tabungan.

"Sana Lo pergi, ngapain masih di rumah. Kerja!" Bentak Chelsea, Terisya yang sudah terbiasa hanya mengangguk.

Dengan senyum tipis dia menyapa beberapa tetangga yang di temuinya. Jalur cafe dan makam sebenarnya tidak sejalur namun Terisya tetap ingin berkunjung untuk melepas rindunya.

Sesampainya di sana Terisya tersenyum getir, dia mengusap lembut tanah yang tampak mengering karena disana saat ini sedang musim kemarau. Tanpa terasa air mata Terisya turun, dia menangis depan gundukan tanah itu.

"Risya pamit ya Bu, yah" sebelum pergi dia sempat menggali tanah yang ada di makan ibunya sedikit untuk meletakkan surat yang biasa di tulisnya untuk mengeluarkan keluh kesahnya. Dia tak mungkin berlama lama di sini maka dari itu dia selalu membuat surat.

Meskipun dia tau tidak mungkin kedua orang tuanya dapat membaca itu namun setidaknya dia dapat melepaskan sedikit beban yang ada di hidupnya.

Terisya pergi meninggalkan kawasan Makam dan berjalan ke arah Cafe, dia tersenyum saat mendapati Rio satu satunya orang yang selalu ada untuk dirinya. Saat ini Rio sedang belajar menjadi seorang CEO di perusahaan keluarganya.

Terisya selalu merasa beruntung karena masih ada orang yang mau berteman dengannya, apa lagi dalam hal material mereka sangat berbeda. Rio pun selalu baik kepadanya, pria berkulit Asia itu selalu ada di saat Terisya terjatuh dan membantu nya untuk bangkit.

"Pagi" sapa Rio sembari menunjukkan senyum manisnya.

"Pagi, kenapa kesini?" Tanya Terisya, sebenarnya dia tak kaget jika menemukan Rio pagi pagi begini di depan tempat kerjanya. Namun kadang Terisya berfikir, apa kah pria ini tak ada kerjaan penting hingga harus menunggunya di sini?.

"Em aku hanya ingin mengajak mu pergi setelah kau selesai kerja, bagaimana?" Rio menatap Terisya penuh harap.

"Entah lah, tapi aku rasa bisa" Terisya membuka pintu Cafe tersebut dan masuk di ikuti Rio.

"Tunggu di sini aku mau ganti baju" Terisya pergi meninggalkan Rio sendiri di meja nomor 3. Rio hanya mengangguk mengerti.

10 menit kemudian Terisya datang dengan baju khas pelayan cafe, dia mengikat rambutnya menjadi satu. Rio yang melihat kedatangan Terisya dengan cepat berdiri.

"Aku pamit dulu Ris, ayah nyuruh aku ke kantor" pamit Rio dan di angguki Terisya.

Setelah kepergian Rio, Bella datang dengan wajah letihnya. Mari kita tebak, pasti gadis berambut sebahu berwarna coklat tua ini kelelahan karena mengejar bis.

"Kau kenapa?" Tanya Terisya, meskipun dia tau apa penyebab wajah itu tapi tetap saja dia selalu bertanya.

"Kau tau, lagi lagi lagi dan lagi aku ketinggalan bis, sial sekali. Tolong ambilkan aku minum dong baby, aku sangat ke hausan" Bella memandang Terisya memohon. Terisya yang mengerti pun dengan cepat ke dapur dan mengambilkan air putih untuk Bella.

"Sepertinya besok kau harus lebih pagi lagi bangunnya" Terisya terkekeh, dia tidak tahan dengan wajah cemberut Bella.

"Aku tidak bisa, aku akan mati jika begini terus" Bella memasuki ruang ganti.

Terisya bingung dengan Bella, jika di lihat Bella adalah orang yang mampu bahkan sangat mampu. Ayahnya memiliki usaha hotel di Bali, sedangkan ibunya memiliki restoran tak jauh dari hotel milik ayahnya.

Namun lihatlah Bella, dia tetap saja ingin berkerja. Bahkan dia tinggal di kos-kosan yang letaknya cukup jauh dari Cafe ini. Sering kali Terisya bertanya mengapa Bella tetap ingin bekerja, dan jawaban yang sama selalu di dapatkan nya.

'aku ingin mandiri' itu lah jawaban nya.

"Terisya? Ngapain di sana, ngelamunin apa sih?" Tanya Bella yang sudah rapi dengan bajunya.

"Ah gak" Terisya tersadar dan dengan cepat membersihkan meja meja di cafe itu sedangkan Bella membereskan kasir. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status