Share

Ultimatum Asyila

Auteur: ShaSheMie
last update Dernière mise à jour: 2025-12-09 00:37:52

“Selamat, Nona.”

Alana tersenyum saat Ema menyambutnya dengan raut girang di ambang pintu. Entah harus bahagia atau bagaimana, Alana bingung mengekspresikan. Hamil memang menjadi tujuan dari segala kerjasama ini, tapi jujur Alana tak merasakan apapun.

“Makasih, Ema. Aku mau langsung mandi.”

Ajaibnya, beberapa saat setelah mengetahui jika hamil, sel-sel dalam tubuh Alana bereaksi aneh. Dia merasakan lelah yang teramat sangat. Padahal, sama sekali tidak melakukan aktivitas berat. Apa karena habis terpeleset tadi yang membuat Alana harus sedikit menahan sakit? Entahlah, semua terasa ambigu.

“Hmm, Nona. Tapi ….”

Alana mengernyit. “Ada apa, Ema?” tanyanya khawatir.

Meski ragu akan berakhir baik, Ema tetap harus menyampaikan. “Hmm … itu … Nyonya Asyila menunggu di taman belakang.” Suara Ema mengecil di akhir.

Napas Alana tertahan beberapa detik, lantas hembusan yang cukup berat mampu membuat Ema sadar jika Nona-nya ini jelas merasa tidak nyaman.

Angan untuk segera merebahkan diri sirna. A
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Rahasia di Rahim Alana   Ultimatum Asyila

    “Selamat, Nona.”Alana tersenyum saat Ema menyambutnya dengan raut girang di ambang pintu. Entah harus bahagia atau bagaimana, Alana bingung mengekspresikan. Hamil memang menjadi tujuan dari segala kerjasama ini, tapi jujur Alana tak merasakan apapun.“Makasih, Ema. Aku mau langsung mandi.” Ajaibnya, beberapa saat setelah mengetahui jika hamil, sel-sel dalam tubuh Alana bereaksi aneh. Dia merasakan lelah yang teramat sangat. Padahal, sama sekali tidak melakukan aktivitas berat. Apa karena habis terpeleset tadi yang membuat Alana harus sedikit menahan sakit? Entahlah, semua terasa ambigu.“Hmm, Nona. Tapi ….”Alana mengernyit. “Ada apa, Ema?” tanyanya khawatir.Meski ragu akan berakhir baik, Ema tetap harus menyampaikan. “Hmm … itu … Nyonya Asyila menunggu di taman belakang.” Suara Ema mengecil di akhir.Napas Alana tertahan beberapa detik, lantas hembusan yang cukup berat mampu membuat Ema sadar jika Nona-nya ini jelas merasa tidak nyaman. Angan untuk segera merebahkan diri sirna. A

  • Rahasia di Rahim Alana   Positif

    Ratri melangkah tak sabar, sepatu pantofelnya sibuk memberi irama riuh. Sampai pada tangan dinginnya meraih gagang pintu dengan semangat.“Alana!” pekiknya tak tertahan.“Bu Ratri.” Serta merta Alana bangkit dari duduknya.Kilat kemarahan yang menumpuk seketika luluh saat menatap mata Alana yang bening.Entah mendapat dorongan dari mana Ratri memeluk Alana dengan posesif.“Syukurlah kamu baik-baik aja.”Meski ragu, Alana membalas pelukan Ratri demi untuk menenangkan diri.“Dia baik-baik aja, hanya lututnya ada sedikit luka.” Dokter Harjito menepuk bahu Ratri, membuat wanita itu melepas pelukan lantas memeriksa bagian yang dimaksud sahabatnya itu.Ratri kembali menatap Alana. “Bagaimana bisa jatuh?”“Hmm, saya terpeleset. Maaf,” ucapannya lirih diakhir kalimat. Ya, dia yang jatuh dia juga yang harus meminta maaf. Alana sadar betul keselamatannya adalah diatas segalanya saat ini.“Ayo duduk,” ajak dokter Harjito pada keduanya.“Selamat Ratri.” Pria berjas putih rapi itu menyodorkan sele

  • Rahasia di Rahim Alana   Perebutan Kekuasaan

    “Hari ini aku mau ke rumah sakit, Santi.” Alana mematut dirinya pada cermin. Dress putih panjang dibawah lutut bermotif bunga kecil warna-warni itu membuatnya tampak berbeda. Alana yang dulu hanya dress well saat ada acara saja, sedang belakangan baju hariannya sudah seperti akan menghadiri pesta sederhana.“Apa perlu aku temani?”Alana menggeleng. Dia ingin menikmati kesendiriannya. Satu bulan terus menerus berada dirumah membuatnya jengah.“Aku udah kabarin Bu Ratri. Dia izinkan aku, tapi syaratnya jangan pulang sampai sore.”Santi tersenyum. Alana begitu lemah lembut, meski full fasilitas gadis itu tak semena-mena. Meski istimewa, tapi tak pernah mau merepotkan.Santi menyerahkan sebuah tas bekal ukuran sedang warna silver. “Ema sudah siapkan makan siang, cemilan, dan vitamin. Nikmati saat bersama ayahmu.”“Ah, kalian berlebihan. Aku hanya pergi sebentar.”“Ini titah Nyonya Ratri. Bagaimanapun kesehatan Nona nomor satu.” Santi mengerling disambut senyum simpul Alana.Dengan perasaa

  • Rahasia di Rahim Alana   Kecemburuan Asyila

    “Nona, Nona Alana harus makan.” Kali ini Ema berusaha membujuk.Alana sadar dirinya tak pantas merajuk, tapi rasa dalam dirinya masih begitu berantakan, dan kini hari sudah menjelang malam.“Ema, aku nggak tau apa aku bisa menelannya.”Ema tersenyum. “Ini adalah potato cheese bread hangat kesukaan nona. Aku tambahkan banyak keju di dalamnya.” Lantas menyodorkan sepiring tanggung kue yang dimaksud.“Aromanya enak,” gumam Alana. Aroma butter, keju dan susu yang menggoda.Sebenarnya dia lapar, entah apa yang membuat Alana malas makan. Tidak semua orang bisa cepat menerima perubahan bukan? Begitupun dengan Alana.“Dan ini susu cokelat hangat.”Akhirnya Alana beranjak, duduk perlahan di tepian ranjang. Bagian bawah tubuhnya masih terasa ngilu.“Aku mau susu cokelatnya dulu aja, Ema. Terima kasih banyak.”Ema mengangsur mug putih dari atas meja.Alana menerima lalu meneguknya perlahan. Hangatnya pas, jadi bisa meluncur nyaman di tenggorokan.“Tadi ada telepon dari Nyonya Ratri. Katanya dia

  • Rahasia di Rahim Alana   Hari Subur

    Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Alana duduk tegang di pinggiran ranjang dengan tangan saling meremas keras, hati serta pikirannya gagal membuat santai. Bunyi detik waktu menambah serunya permainan semesta. Alana menunggu Tara dengan tidak sabar. Bukan karena Alana menginginkannya. Gadis itu hanya penasaran, apakah sang suami siri benar-benar akan mendatanginya malam ini atau tidak. Tak lama, suara deru mobil membuatnya memejam kaku. Satu … dua … tiga …. Derap langkah cepat dan suara pintu dibuka dengan kasar sontak membuat Alana menoleh. Tara datang dalam keadaan kacau. Aroma alkohol menguar tajam, kemejanya tak serapi biasanya. Alana bimbang, bergerak mendekat untuk menyambut atau justru menjauh karena jujur dia sangat takut. Sorot tajam Tara menusuk mata Alana. Pintu kamar ditutup dengan sangat keras, lalu Tara mengancing serta melempar kuncinya ke sembarang arah. “Kamu nggak akan bisa melarikan diri. Kamu bilang aku bisa melakukan hal terburuk sekalipun kan? Jangan men

  • Rahasia di Rahim Alana   Tiba-Tiba Menikah

    Ijab kabul dilaksanakan dengan sangat privat, hanya ada saudara sang ayah yang mewakili Alana sebagai wali, Ratri, Tara dan Penghulu.Pernikahan mereka sah secara agama. Tidak ada sesi foto bersama atau hal-hal yang membahagiakan di momen ini. Hening dan singkat. Bahkan, sang paman tidak diperbolehkan banyak berbincang dengan Alana.Gadis itu kembali ke kamarnya segera setelah ijab kabul selesai. Seperti sebuah permainan gelap yang hanya membutuhkan sedikit formalitas saja agar semua tetap berjalan dengan semestinya.Meski hanya sebuah pengukuhan ikatan semu, tapi hari ini Alana tetap dirias menawan meski sederhana. Alana mematut diri di cermin besar pojok kamar. Baju kurung putih dipadukan dengan bawahan songket warna abu-abu tua membuatnya berbeda. Anggun dan cantik. Sayangnya, sama sekali tidak ada yang peduli akan hal itu saat ini. Alana hanyalah alat untuk mewujudkan impian seorang kaya yang ingin tetap kaya.Tanpa sadar Alana tersenyum pada kaca. Senyum pahit yang entah bermak

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status