Rahim yang Tergadai

Rahim yang Tergadai

last updateLast Updated : 2025-04-15
By:  Iftiati MaisyarohCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
0 ratings. 0 reviews
100Chapters
780views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Demi melunasi utang ayahnya, Kalingga yang lugu dan polos terpaksa menikah dengan Gala Sagara, seorang pria dingin yang telah memiliki istri. Pernikahan itu hanyalah kesepakatan—Kalingga diminta melahirkan seorang pewaris karena istri Sagara tak mau kariernya rusak karena anak. Setelahnya, ia harus pergi..! Lantas, bagaimana nasib Kalingga? Terlebih, di tengah pernikahan mereka yang penuh rahasia, tumbuh rasa yang tak pernah direncanakan keduanya.... Terdiri dari Season 1 mulai bab 1-52 Season 2 mulai bab 53 kisah anak-anak Gala-Kalinhga dan Selena enjoy reading 🤗🥰

View More

Chapter 1

Bab 1

Senyum Kalingga memudar kala mendengar suara gaduh dari ruang tamu.

Di sana,  berdiri tiga orang pria berbadan besar yang wajahnya seperti ditorehkan amarah. Salah satu dari mereka sedang menunjuk-nunjuk ayahnya—Pak Kasno, yang berdiri gemetaran dengan tongkat kayunya.

"Pak Kasno, kita dah kasih banyak waktu buat Bapak! Dan kita sudah cukup bersabar untuk ini! Kalau nggak bisa bayar sekarang, keluarkan semua barang-barang dan keluar dari rumah ini!" bentak salah satu pria, wajahnya memerah.

"Bapak belum bisa kalo hari ini, Bang. Beri Bapak waktu lagi," Suara Pak Kasno serak dan lemah.

"Berapa lama lagi? Tahun depan? Atau sampai kamu terbujur kaku?"

Melihat itu, Kalingga segera berlari ke dalam rumah, menyelipkan tubuhnya di antara ayahnya dan para penagih utang. "Pak, ini ada apa?!"

Pria bertubuh kekar menatap Kalingga dari ujung kepala sampai kaki. "Kamu anaknya? Bagus. Bapak kamu utang, harus dibayar lunas hari ini!"

"Jangan bawa-bawa anak saya!" Pak Kasno berseru, meski suaranya lemah.

Kalingga memeluk ayahnya, berusaha tegar. "Kalian nggak bisa seenaknya datang ke sini. Kami pasti bayar, tapi kasih waktu. Jangan main paksa!"

"Ah, bocah kecil mau ngatur!" Pria itu melangkah maju, tapi gerakannya dihentikan seorang laki-laki lain. "Sudah, jangan pakai kekerasan. Kita kasih waktu, tapi nggak gratis. Bunganya naik lagi!"

Perseteruan itu menarik perhatian tetangga. Beberapa orang mulai mendekat, termasuk Pak Darto, seorang pria tua yang sudah lama mengenal keluarga Kasno. Ia maju dengan wajah penuh keberanian.

"Kalian ini nggak tahu aturan, ya? Orang tua sakit-sakitan kok malah ditekan begitu. Keluar kalian dari sini, atau saya laporkan Pak RT!" seru Pak Darto sambil menunjuk-nunjuk.

Salah satu pria berbadan besar mendengkus dan mendorong Pak Darto hingga tersungkur. "Heh, Tua Bangka! Jangan ikut campur! Ini bukan urusan kamu!"

Kekacauan itu makin memanas. Beberapa tetangga mencoba melerai, tapi tiga pria itu terlalu arogan untuk mendengarkan.

Tiba-tiba, langkah berat mendekat. Suara sepatu mahal menginjak tanah berdebu diiringi bunyi pintu mobil ditutup. Semua orang menoleh.

Seorang pria dengan penampilan rapi dan wajah dingin muncul di antara kerumunan. Juragan Sagara. Dengan jas hitam yang pas membalut tubuhnya, berdiri tenang namun menebar aura menekan.

"Ada apa ini ribut-ribut?" Suaranya rendah, tapi cukup untuk menghentikan semua keributan.

"Juragan!" Salah satu pria tadi langsung membungkuk. "Kami hanya menjalankan tugas."

"Diam kamu!" Tatapan Juragan Sagara seperti pisau yang memotong keberanian mereka.

Semua orang mundur, memberi jalan. Juragan Sagara menatap Pak Kasno dengan senyum kecil yang dingin. "Berapa total yang harus dilunasi Pak Kasno?" tanyanya tajam.

"Seratus juta, Tuan!" jawab anak buahnya yang tadi paling lantang bicara.

Pak Kasno gemetar. "Juragan, saya mohon, beri waktu lagi. Saya akan bayar, tapi tidak sekarang."

Juragan Sagara mengabaikan permohonan itu. Sebaliknya, matanya tertuju pada Kalingga yang berdiri di sisi ayahnya.

"Anak perempuan ini siapa?" tanyanya, meski ia sudah tahu jawabannya.

Kalingga menggenggam tangan ayahnya, berusaha tegar. "Saya anaknya. Kalau mau bicara soal utang, bicara dengan saya. Jangan tekan bapak saya."

Juragan Sagara mengangguk pelan. "Baik. Kalau begitu, dengarkan penawaranku."

Semua mata tertuju padanya. Bahkan Pak Kasno tampak bingung, antara takut dan penasaran.

"Saya ingin menyelesaikan masalah ini dengan cara yang ... menguntungkan. Saya punya seorang anak laki-lak." Juragan Sagara berhenti sejenak, memberi jeda agar semua memperhatikan. "Dia sudah menikah lima tahun, tapi belum juga memiliki keturunan. Saya butuh seseorang yang bisa melahirkan keturunan untuk keluarga kami."

Pak Kasno terperangah. "Apa maksud Juragan?"

"Anakmu. Kalingga. Saya akan menikahkannya dengan Gala Sagara. Sampai dia melahirkan anak. Setelah itu, selesai. Dia bebas, dan utangmu lunas. Bahkan, saya akan tanggung semua kebutuhanmu sampai akhir hidupmu nanti."

Suasana hening. Kalingga hanya bisa menatap pria itu dengan mata membulat. "Itu nggak mungkin!" serunya dengan suara bergetar.

"Ini tawaran, bukan paksaan. Tapi ingat, kalau kamu tolak, rumah ini, tanah ini, semua akan saya ambil. Pilihannya ada di tanganmu."

Kalingga memegang tangan ayahnya, menahan amarah dan kesedihan. Tapi sebelum ia bisa membalas, batuk Pak Kasno pecah, diikuti darah yang keluar dari mulutnya.

"Pak!" Kalingga berteriak panik. "Tolong! Bantu saya bawa ayah ke rumah sakit!"

Juragan Sagara menatap dingin. "Saya bisa bantu. Tapi kamu tahu apa yang saya minta."

Kalingga menangis. Hatinya bergejolak, tetapi keadaan ayahnya membuat pikirannya kacau. Akhirnya, ia mengangguk lemah. "Tolong ayah saya dulu ... baru kita bicara."

Juragan Sagara tersenyum puas. "Bagus. Kita akan siapkan semuanya."

Sesampainya di rumah sakit, Pak Kasno tak segera mendapatkan penanganan. Masih menunggu anak buah Juragan Sagara yang mengurus administrasi sebelum tindakan dokter spesialis dilakukan.

Kalingga memandang ayahnya yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit, tubuhnya pucat dengan alat bantu oksigen yang terpasang di hidungnya. Napas Pak Kasno terdengar berat, seolah setiap tarikan napas adalah perjuangan.

Seorang dokter wanita masuk ke ruangan, membawa berkas hasil pemeriksaan sementara. Wajahnya serius tapi tetap bersikap tenang.

"Anda keluarga Pak Kasno?" tanyanya.

Kalingga mengangguk, berdiri dengan gelisah. "Iya, Bu Dokter. Saya anaknya. Gimana keadaan Bapak saya?"

Dokter menghela napas, meletakkan berkas di meja. "Pak Kasno mengalami komplikasi serius akibat sirosis hati stadium lanjut. Liver-nya sudah sangat rusak, dan fungsi hatinya hampir sepenuhnya gagal. Tadi beliau muntah darah karena ada perdarahan di saluran cerna, yang sering terjadi pada pasien dengan sirosis stadium akhir."

Kalingga terkejut, matanya membelalak. "Maksud Dokter, Bapak saya ... sudah parah?"

Dokter mengangguk pelan. "Iya. Ini kondisi yang sangat serius. Jika tidak segera dilakukan tindakan, risiko gagal hati dan perdarahan lebih parah bisa mengancam nyawa beliau."

"Tindakan apa yang harus dilakukan?" tanya Kalingga dengan suara serak, hatinya berdegup kencang.

"Kami perlu melakukan beberapa tindakan mendesak. Dalam jangka panjang, satu-satunya jalan untuk memperpanjang hidup beliau adalah transplantasi hati."

"Transplantasi hati?" Kalingga mengulang dengan suara hampir tak terdengar.

Dokter mengangguk. "Iya. Untuk saat ini, fokus kita adalah menghentikan perdarahan dan menstabilkan kondisinya."

Kalingga merasa dunia seakan runtuh. Matanya berkaca-kaca, tangannya menggenggam ujung jilbabnya dengan erat.

Kata-kata itu seperti pukulan di hati Kalingga. Ia tahu ayahnya tidak punya asuransi, dan tabungan mereka bahkan tak cukup untuk membayar. Ia menatap ayahnya yang terbaring lemah, lalu mengingat kata-kata Juragan Sagara.

"Kalau kamu bersedia melahirkan keturunan keluarga saya, semua utang bapakmu lunas, dan kebutuhan hidup kalian akan saya tanggung seumur hidup."

Perasaan berat dan bimbang memenuhi dadanya. Namun, melihat ayahnya yang sekarat, Kalingga tahu ia tidak punya pilihan lain. Dengan suara lemah, ia berbisik kepada dirinya sendiri. "Saya akan lakukan apa saja, asal Bapak selamat ...."

"Dia sudah sakit liver parah," ucap Juragan Sagara dengan nada datar. "Kalau tidak segera ditangani, dia tidak akan bertahan lama."

Tiba-tiba laki-laki bertubuh tinggi itu sudah berdiri menjulang di depan Kalingga yang menangis di depan IGD.

"Tolong Tuan ... beri saya waktu!" Kalingga memekik, tangisnya pecah.

"Terserah. Kalau mau bapakmu sembuh, kamu tahu apa yang harus dilakukan."

Belum sempat Kalingga membuka suara untuk mengatakan kalimat persetujuan. Suara langkah kaki di lorong terdengar memburu dan mendekat.

"Tunggu!"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
100 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status