Share

Ramadhan Senja Di Taplau
Ramadhan Senja Di Taplau
Author: Melda Fitri

Bab I

Tiga tahun yang lalu,

Ramadhan Sanjaya, merupakan pewaris tunggal distributor kerupuk Sanjay terbesar dan juga terkenal dari kota Padang yang saat ini sudah mulai merambah keberbagai negara.

Sang nenek sengaja memberi nama belakang nya dari nama hasil produksi usaha mereka yaitu Sanjay.

Rama,ya itulah panggilan sehari-hari anak muda ini, terlahir dari keluarga kaya yang nggak bakal habis tujuh turunan, sang nenek juga merupakan Puti (putri) bangsawan dari ranah Minang, tentunya memiliki Pusako Laweh (harta pusaka yang sangat luas).

Untuk di Sumatra Barat khususnya suku Minang seluruh harta akan jatuh ketangan anak perempuan,begitu juga dengan Bundo (bunda) panggilan Rama ke ibunya yang merupakan anak perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara, kesiapa lagi jatuh nya harta itu kalau bukan ke Bundo Rama, dan kelak semuanya akan menjadi milik Rama.

Kehidupannya yang bergelimang harta justru menyesatkan nya, entah terlalu dimanja dimasa kecil hingga saat inipun, bolak balik jeruji besi karena kasus narkoba dan perkelahian.

Tidak sekali dua kali Rama membuat ulah hampir tiap bulannya dalam tiap tahun hingga detik ini, kalau bukan karena uang mungkin Rama tidak akan pernah menghirup udara luar lagi.

Namun ulahnya tidak berhenti sampai disitu, Rama tidak pernah jaran (kapok).

"Sampai bilo ang mode iko nak, yo ndak talok di den mancaliak ulah ang ko doh, dari dulu hinggo kini, ndak takana dek ang, aturan alun ka mati enek ang lai, ang buek gaek tu mati capek,beko aden santalai dek ang."

(Sampai kapan kamu seperti ini nak, Bunda udah nggak sanggup lagi melihat tingkahku, dari dulu sampai sekarang, kamu ingat, harusnya nenekmu belum meninggal, tapi karena ulahmu Nenek mu keburu meninggal, bisa jadi sebentar lagi bunda ).

Sang Bunda terus terisak karena nggak habis pikir oleh tingkah Rama.

"Enek maningga dek lah tuo,jan Bundo sangkuik an lo jo kasus patang lai, nn jaleh lah salasainyo mah."

( Nenek meninggal kan karena udah tua, nggak perlu bunda sangkut pautkan dengan kasus kemaren yang jelaskan sudah selesai.)

"Lah salasai a dek ang?, Malu Bundo dek ang nak, mambana Bundo ka ang a, barubahlah ang nak, bisuak kok mati bundo jo sia ang ka bagantuang lai, iyo kok adoh taruih pitih awak, iyo kok nyo agiah taruih dek Tuhan awak kayo, kok indak ka joa ang hiduik,co tanyo den ka ang lu a,ndak buliah wak takabua do nak, sadarlah ang lai, awak ndak kakayo salamonyo do, kalau Allah menghendaki awak jatuah kini ko tingga mambaliak an talapak tangan se dek Allah nyo nak,jadi a lo nan ka ang sombongkan di dunia ko,baa lo nasib anak cucu ang bisuak ko hahh?"

( Selesai apa mu? Bunda malu dengan ulah mu nak, Bunda mohon berubah lah nak, suatu saat kalau Bunda meninggal bagaimana nasib mu, Iya kalau kita selalu ada uang Iya kalau kita selalu kaya, kalau nggak bagaimana hidupmu Coba tanya dirimu, kita nggak boleh takabur, sadarlah nak, kalau Allah menghendaki kita jatuh, Allah tinggal membalikkan telapak tangan Nya, jadi selama hidup tidak ada yang perlu kamu sombongkan, bagaimana pula nasib anak cucumu kelak? ).

"Kenapa pula itu Bunda pikirkan kan, masalahnya sudah selesai."

Rama sudah kenyang, padahal baru dua sendok makanan dipiring iya sentuh, kemudian berdiri, tiba-tiba...

"Kama ang lai, mpak tu a, jo taratik se sampai kini ndak ngarati ang doh,lai tahu ang nak, lah bara umua ang, ang tu lah patuik jadi abak urang, duduak lah ang lu, Bundo alun salasai ngecek jo ang lai."

( Mau kemana, tuh kan cara beretika aja nggak ngerti sampai sekarang apa kamu tahu umur kamu tu udah berapa, kamu tu udah pantas jadi bapak orang duduklah dulu bunda belum selesai bicara ).

Rama kembali duduk, siap jadi  pendengar.

"Ustad Marzuki Cokro pemilik pesantren Al-Kautsar yang di indaruang ( Indarung salah satu nama daerah dikota Padang yang terkenal dengan pabrik semen Indarung yang berada di daerah itu juga ), beliau mamintak kito samo-samo hadir ka panti asuhan Sanjaya beko sore untuk acara manyambuik bulan puasa jo( bersama ) anak-anak di panti."

"Bundo surang se lah pai, kan ado sikaih!"

( Bunda aja sendiri ,lagian kan ada si Ikas ).

"Beliau minta Bundo baok keluarga, baa tu malu lo jalan jo Bundo, ndak lo tiok hari ang jalan jo bundo doh mah, sakali satahunnyo nak, duo hari lai urang puaso."

( Beliau minta Bunda bawa keluarga, kenapa, kamu malu jalan bareng Bunda, kan nggak tiap hari kamu jalan bareng Bunda, hanya sekali setahun, karena kan dua hari lagi puasa ).

"A a lo ka dimaluan, jam bara acarae Bun?"

( Ngapain malu, jam berapa acaranya Bun).

"Siap Ashar sampai salasai."

"Jam bara lo salasai nyo?" ( Jam berapa selesainya ).

"Kemungkinan sampai Isya, nyo beko ado ceramah agama sabanta diselingi dengan snack, sekalian sholat Maghrib dan makan malam bareng anak-anak panti, ang harus ikuik, apo kecek urang beko salamo ko kama pai Bundo surang taruihnyo paliang sikaih ( Sikas)  nan jo Bundo kama ka pai, nan anak surang ndak pernah nampak batang hiduang e dek urang.

( Kemungkinan sampai isha, nanti ada ceramah agama sambil menikmati hidangan Snack sekalian sholat Maghrib dan makan malam bersama anak-anak panti. Dan kami juga harus ikut, selama ini yang dilihat orang kemana-mana tuh selalu Bundo dengan Ikas padahal yang anak sebenarnya itu kamu masa nggak pernah nampak batang hidungnya).

"Bundo atur se lah." ( yaudah bunda atur aja)

Sambil kembali menyantap sarapannya begitu juga dengan sang bunda yang diam-diam tersenyum penuh makna.

Rama malas berdebat panjang lebar jadi mau tak mau dia harus mengikuti keinginan Bundo nya.

Menjelang Ashar Rama berserta Bundo telah tiba di panti asuhan Bundo Sanjaya milik keluarga Rama.

Semua penghuni panti begitu antusias menyambut kedatangan pemilik sekaligus donatur rutin untuk panti tersebut.

Rama kemudian bersama Bundo turun dari mobil, semua menyambut kedatangan mereka.

Rama yang datang menggunakan kemeja koko warna putih  dan peci hitam sesuai perintah Bundo terlihat sangat bersahaja, siapa yang akan menduga kalau aslinya tidak sesuai yang terlihat.

Bundo pun demikian dengan balutan syar'i dan jilbab dalam nya dengan warna peach krim senada seakan menyiratkan kelembutan hati seorang Bundo.

Acarapun dimulai, semua sudah berkumpul di Musholla, saat ini Rama dan Bundo terpisah, Rama berada di shaf pria dan Bundo di shaf wanita

Usai sholat berjamaah, acarapun dimulai dari penyambutan hingga acara berdoa bersama penyambutan bulan suci Ramadhan dan menjelang Maghrib pun kembali diakhiri dengan sholat berjamaah.

Setelah selesai membagi rata bingkisan, sembako dan amplop yang berisi uang kepada anak-anak panti Rama dan Bundo pun berpamitan.

Rama sempat berbincang lama dengan  ustadz Marzuki setelah akhirnya sambil melangkah keluar dari musholla, setibanya dipintu hendak memakai sandalnya, diseberang sana Rama melihat Bundo tengah asyik berbincang dengan seorang wanita berhijab.

Rama masih fokus dengan pandangannya sambil melangkah perlahan ia mendekat.

"Ndeehh, rancak paja ko lai, perasaan tadi kok ndak nampak, manga lo kapulang baru sobok ko aa?"

( Mak, cantik sekali, perasaan tadi nggak ada, malah mau pulang baru nongol )

Rama bergumam.

"Nak, kenalkan ini Rama anak Bundo."

Tiba-tiba Bundo langsung aja memperkenalkan keduanya.

Refleks Rama menyodorkan tangan yang hanya dibalas dengan penyatuan telapak tangan oleh Azize.

"Rama"

"Azize" Jawab gadis itu.

"Nak zize, kapan-kapan main kerumah ya, biar Bundo ada kawan." Basa basi Bundo ke gadis berhijab itu.

"InshaAllah Bundo."jawab Azize dengan santun.

"Jadi sekarang kuliahnya sudah semester berapa?"

"Mau semester V Bundo."

"Tuh kan Rama, si zize se lah ka semester limo lo santa lai." ( Tuh an, Zize aja bentar lagi mau semester lima)

Rama hanya tersenyum malas berkomentar.

Akhirnya setelah berbincang-bincang Rama dan Bundo pamit.

Diperjalanan, Rama pun bertanya tentang Azize ke Bundo nyo.

"Azize anak baik, Soleha, santun, namonyo se (namanya juga) anak pak ustadz , nampak tadikan salaman se dk buliah jabatan tangan doh kecuali sesama mukhrim."

"Dimanyo kuliah Bun?"

"Kalau ndak salah di Unand (Universitas Andalas) katonyo.

Bundo hanya melirik paham melihat sikap Rama yang sepertinya tertarik dengan gadis muslimah itu.

"Seperti apa tertutupnya cewek itu, akan ku buat dia luluh." Gumam Rama sombong.

Buat para readers dimanapun berada, kecuali Sumbar, author mohon maaf , ini kan ceritanya author ambil setting dan judul dari ranah Minang.

Jadi mohon maaf kalau readers agak sedikit repot dengan bahasa yang author gunakan, tapi jangan khawatir bahasa minang nya hanya di bab I ini aja kok, kalau pun nanti ada di bab berikutnya author pasti kasih terjemahannya 😁.

Jangan lupa feedback-nya, biar author makin semangat💪🥰

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status