Azize "Cinta itu memang fitrah, tetapi jika bukan pada tempat dan saat yang tepat ia harus rela menunggu hingga waktu itu tiba." Rama "Dan aku pasti akan menunggumu kembali, seumpama hujan yang menunggu ketika jatuh di atas tanah-tanah kering." "Tidak perlu tergesa-gesa untuk cinta, jika dia mencintaimu, dia tidak akan membuatmu menunggu tanpa kepastian." "Dan cinta ini tak pernah meminta untuk menanti." Perdebatan tentang cinta diantara mereka tak ada usainya, namun Rama pasrah. Azize memutuskan untuk melanjutkan studinya ke Mesir,karena dia punya cita-cita suatu saat ingin menjadi seorang Uztadzah sekaligus guru Tahfiz untuk pesantren milik orang tuanya di Blitar. Setelah sekian lama berkelana menjadi seorang Playboy, entah aura apa yang di bawa oleh Azize setiap bertemu dengan-nya,hingga membuat pemuda itu takhluk. Saking cintanya Rama ke Azize,dia rela meninggalkan kebiasaan buruknya mulai nyabu, hingga gonta ganti pasangan, awalnya sangat sulit bagi Rama untuk meninggalkan kebiasaan nya, akan tetapi demi cinta perlahan semua bisa ia lewati, namun usai melewati hal tersulit dihidup nya, Azize justru menjauh darinya. Rama sempat frustrasi dengan keputusan Azize,tapi apa boleh buat,entah ini karma atau bukan namun Rama menyanggupi keputusan gadis itu. Tiga tahun kemudian Azize dikabarkan sudah kembali ke tanah air,namun fakta tak seindah yang Rama inginkan. Ingin tahu kisah Rama pasca Azize pergi, yuk follow ya, dan jangan lupa feedback-nya
View MoreTiga tahun yang lalu,
Ramadhan Sanjaya, merupakan pewaris tunggal distributor kerupuk Sanjay terbesar dan juga terkenal dari kota Padang yang saat ini sudah mulai merambah keberbagai negara.
Sang nenek sengaja memberi nama belakang nya dari nama hasil produksi usaha mereka yaitu Sanjay.
Rama,ya itulah panggilan sehari-hari anak muda ini, terlahir dari keluarga kaya yang nggak bakal habis tujuh turunan, sang nenek juga merupakan Puti (putri) bangsawan dari ranah Minang, tentunya memiliki Pusako Laweh (harta pusaka yang sangat luas).
Untuk di Sumatra Barat khususnya suku Minang seluruh harta akan jatuh ketangan anak perempuan,begitu juga dengan Bundo (bunda) panggilan Rama ke ibunya yang merupakan anak perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara, kesiapa lagi jatuh nya harta itu kalau bukan ke Bundo Rama, dan kelak semuanya akan menjadi milik Rama.
Kehidupannya yang bergelimang harta justru menyesatkan nya, entah terlalu dimanja dimasa kecil hingga saat inipun, bolak balik jeruji besi karena kasus narkoba dan perkelahian.
Tidak sekali dua kali Rama membuat ulah hampir tiap bulannya dalam tiap tahun hingga detik ini, kalau bukan karena uang mungkin Rama tidak akan pernah menghirup udara luar lagi.
Namun ulahnya tidak berhenti sampai disitu, Rama tidak pernah jaran (kapok).
"Sampai bilo ang mode iko nak, yo ndak talok di den mancaliak ulah ang ko doh, dari dulu hinggo kini, ndak takana dek ang, aturan alun ka mati enek ang lai, ang buek gaek tu mati capek,beko aden santalai dek ang."
(Sampai kapan kamu seperti ini nak, Bunda udah nggak sanggup lagi melihat tingkahku, dari dulu sampai sekarang, kamu ingat, harusnya nenekmu belum meninggal, tapi karena ulahmu Nenek mu keburu meninggal, bisa jadi sebentar lagi bunda ).
Sang Bunda terus terisak karena nggak habis pikir oleh tingkah Rama.
"Enek maningga dek lah tuo,jan Bundo sangkuik an lo jo kasus patang lai, nn jaleh lah salasainyo mah."
( Nenek meninggal kan karena udah tua, nggak perlu bunda sangkut pautkan dengan kasus kemaren yang jelaskan sudah selesai.)
"Lah salasai a dek ang?, Malu Bundo dek ang nak, mambana Bundo ka ang a, barubahlah ang nak, bisuak kok mati bundo jo sia ang ka bagantuang lai, iyo kok adoh taruih pitih awak, iyo kok nyo agiah taruih dek Tuhan awak kayo, kok indak ka joa ang hiduik,co tanyo den ka ang lu a,ndak buliah wak takabua do nak, sadarlah ang lai, awak ndak kakayo salamonyo do, kalau Allah menghendaki awak jatuah kini ko tingga mambaliak an talapak tangan se dek Allah nyo nak,jadi a lo nan ka ang sombongkan di dunia ko,baa lo nasib anak cucu ang bisuak ko hahh?"
( Selesai apa mu? Bunda malu dengan ulah mu nak, Bunda mohon berubah lah nak, suatu saat kalau Bunda meninggal bagaimana nasib mu, Iya kalau kita selalu ada uang Iya kalau kita selalu kaya, kalau nggak bagaimana hidupmu Coba tanya dirimu, kita nggak boleh takabur, sadarlah nak, kalau Allah menghendaki kita jatuh, Allah tinggal membalikkan telapak tangan Nya, jadi selama hidup tidak ada yang perlu kamu sombongkan, bagaimana pula nasib anak cucumu kelak? ).
"Kenapa pula itu Bunda pikirkan kan, masalahnya sudah selesai."
Rama sudah kenyang, padahal baru dua sendok makanan dipiring iya sentuh, kemudian berdiri, tiba-tiba...
"Kama ang lai, mpak tu a, jo taratik se sampai kini ndak ngarati ang doh,lai tahu ang nak, lah bara umua ang, ang tu lah patuik jadi abak urang, duduak lah ang lu, Bundo alun salasai ngecek jo ang lai."
( Mau kemana, tuh kan cara beretika aja nggak ngerti sampai sekarang apa kamu tahu umur kamu tu udah berapa, kamu tu udah pantas jadi bapak orang duduklah dulu bunda belum selesai bicara ).
Rama kembali duduk, siap jadi pendengar.
"Ustad Marzuki Cokro pemilik pesantren Al-Kautsar yang di indaruang ( Indarung salah satu nama daerah dikota Padang yang terkenal dengan pabrik semen Indarung yang berada di daerah itu juga ), beliau mamintak kito samo-samo hadir ka panti asuhan Sanjaya beko sore untuk acara manyambuik bulan puasa jo( bersama ) anak-anak di panti."
"Bundo surang se lah pai, kan ado sikaih!"
( Bunda aja sendiri ,lagian kan ada si Ikas ).
"Beliau minta Bundo baok keluarga, baa tu malu lo jalan jo Bundo, ndak lo tiok hari ang jalan jo bundo doh mah, sakali satahunnyo nak, duo hari lai urang puaso."
( Beliau minta Bunda bawa keluarga, kenapa, kamu malu jalan bareng Bunda, kan nggak tiap hari kamu jalan bareng Bunda, hanya sekali setahun, karena kan dua hari lagi puasa ).
"A a lo ka dimaluan, jam bara acarae Bun?"
( Ngapain malu, jam berapa acaranya Bun).
"Siap Ashar sampai salasai."
"Jam bara lo salasai nyo?" ( Jam berapa selesainya ).
"Kemungkinan sampai Isya, nyo beko ado ceramah agama sabanta diselingi dengan snack, sekalian sholat Maghrib dan makan malam bareng anak-anak panti, ang harus ikuik, apo kecek urang beko salamo ko kama pai Bundo surang taruihnyo paliang sikaih ( Sikas) nan jo Bundo kama ka pai, nan anak surang ndak pernah nampak batang hiduang e dek urang.
( Kemungkinan sampai isha, nanti ada ceramah agama sambil menikmati hidangan Snack sekalian sholat Maghrib dan makan malam bersama anak-anak panti. Dan kami juga harus ikut, selama ini yang dilihat orang kemana-mana tuh selalu Bundo dengan Ikas padahal yang anak sebenarnya itu kamu masa nggak pernah nampak batang hidungnya).
"Bundo atur se lah." ( yaudah bunda atur aja)
Sambil kembali menyantap sarapannya begitu juga dengan sang bunda yang diam-diam tersenyum penuh makna.
Rama malas berdebat panjang lebar jadi mau tak mau dia harus mengikuti keinginan Bundo nya.
Menjelang Ashar Rama berserta Bundo telah tiba di panti asuhan Bundo Sanjaya milik keluarga Rama.
Semua penghuni panti begitu antusias menyambut kedatangan pemilik sekaligus donatur rutin untuk panti tersebut.
Rama kemudian bersama Bundo turun dari mobil, semua menyambut kedatangan mereka.
Rama yang datang menggunakan kemeja koko warna putih dan peci hitam sesuai perintah Bundo terlihat sangat bersahaja, siapa yang akan menduga kalau aslinya tidak sesuai yang terlihat.
Bundo pun demikian dengan balutan syar'i dan jilbab dalam nya dengan warna peach krim senada seakan menyiratkan kelembutan hati seorang Bundo.
Acarapun dimulai, semua sudah berkumpul di Musholla, saat ini Rama dan Bundo terpisah, Rama berada di shaf pria dan Bundo di shaf wanita
Usai sholat berjamaah, acarapun dimulai dari penyambutan hingga acara berdoa bersama penyambutan bulan suci Ramadhan dan menjelang Maghrib pun kembali diakhiri dengan sholat berjamaah.
Setelah selesai membagi rata bingkisan, sembako dan amplop yang berisi uang kepada anak-anak panti Rama dan Bundo pun berpamitan.
Rama sempat berbincang lama dengan ustadz Marzuki setelah akhirnya sambil melangkah keluar dari musholla, setibanya dipintu hendak memakai sandalnya, diseberang sana Rama melihat Bundo tengah asyik berbincang dengan seorang wanita berhijab.
Rama masih fokus dengan pandangannya sambil melangkah perlahan ia mendekat.
"Ndeehh, rancak paja ko lai, perasaan tadi kok ndak nampak, manga lo kapulang baru sobok ko aa?"
( Mak, cantik sekali, perasaan tadi nggak ada, malah mau pulang baru nongol )
Rama bergumam.
"Nak, kenalkan ini Rama anak Bundo."
Tiba-tiba Bundo langsung aja memperkenalkan keduanya.
Refleks Rama menyodorkan tangan yang hanya dibalas dengan penyatuan telapak tangan oleh Azize.
"Rama"
"Azize" Jawab gadis itu.
"Nak zize, kapan-kapan main kerumah ya, biar Bundo ada kawan." Basa basi Bundo ke gadis berhijab itu.
"InshaAllah Bundo."jawab Azize dengan santun.
"Jadi sekarang kuliahnya sudah semester berapa?"
"Mau semester V Bundo."
"Tuh kan Rama, si zize se lah ka semester limo lo santa lai." ( Tuh an, Zize aja bentar lagi mau semester lima)
Rama hanya tersenyum malas berkomentar.
Akhirnya setelah berbincang-bincang Rama dan Bundo pamit.
Diperjalanan, Rama pun bertanya tentang Azize ke Bundo nyo.
"Azize anak baik, Soleha, santun, namonyo se (namanya juga) anak pak ustadz , nampak tadikan salaman se dk buliah jabatan tangan doh kecuali sesama mukhrim."
"Dimanyo kuliah Bun?"
"Kalau ndak salah di Unand (Universitas Andalas) katonyo.
Bundo hanya melirik paham melihat sikap Rama yang sepertinya tertarik dengan gadis muslimah itu.
"Seperti apa tertutupnya cewek itu, akan ku buat dia luluh." Gumam Rama sombong.
Buat para readers dimanapun berada, kecuali Sumbar, author mohon maaf , ini kan ceritanya author ambil setting dan judul dari ranah Minang.
Jadi mohon maaf kalau readers agak sedikit repot dengan bahasa yang author gunakan, tapi jangan khawatir bahasa minang nya hanya di bab I ini aja kok, kalau pun nanti ada di bab berikutnya author pasti kasih terjemahannya š.
Jangan lupa feedback-nya, biar author makin semangatšŖš„°
"Jadi selama ini bang Rama belum jadi menikah Abi?" Tanya Azize dengan sembraut sumringah setibanya di rumah mereka. "Hei, sepertinya kamu senang mendengar Rama tidak jadi menikah hah?" Goda Umi Marwa. "Azize jadi teringat waktu Mega datang ke sini Umi, dia mengancam kita semua kalau akan menghancurkan keluarga kita. Bang Rama pasti membenci keluarga kita sekarang dengan sikap yang kita tunjukkan untuknya." "Yaa mau gimana lagi, kamu juga waktu itu udah keburu berangkat, coba aja nggak jadi ke Mesir mungkin kalian sekarang sudah menikah. Lagian belum tentu Rama bersedia menikah dengan Rama." Keluarga itu sempat terdiam sesaat dengan penuturan dan penyesalan yang diungkapkan gadis itu. Namun semua sudah terjadi dan tidak akan bisa dirubah lagi. "Biarlah semua berjalan semestinya, Allah pasti punya rencana yang lebih indah untuk nak Rama, begitu juga denganmu nak, jodoh tidak akan kemana." Sambung Uztadz berikutnya. "Aamiin." Obr
Rama baru saja sampai, sebuah kota kecil yang penuh kenangan. Dia ingat tiga tahun lalu sering menghabiskan waktu bersama para wanitanya disini. Namun sekarang berbeda, para wanita itu tidak ada lagi yang berani muncul didepannya setelah Rama memutuskan meninggalkan mereka dan meminta agar jangan pernah menemuinya lagi.Banyak diantara mereka yang tidak terima dengan perlakuan Rama, terutama Mega. Mega sempat mendatangi kediaman keluarga Rama pada saat itu justru mendapat peringatan keras dari rumah tersebut. Jika dia terus bersikeras maka pihak Rama tidak segan-segan untuk menyeretnya ke jeruji.Hingga suatu hari Mega datang menemui Azize dirumahnya. Mega sempat mengancam gadis itu apabila dirinya tidak bisa mendapatkan Rama maka dia akan bunuh diri atau Azize juga tidak bisa memilikinya.Azize tersenyum, namun dihatinya tidak rela jika Rama menikahi Mega. Azize ikhlas walau berat kemudian memutuskan untuk meninggalkan tanah air dan mengikuti program pertukaran
Tok! Tok! Tok! "Masuk!" Boy pun masuk setelah mendapat perintah untuk masuk. "Ada apa kau kesini sebelum kupanggil?" Pertanyaan yang menekan dan jelas sekali kedatangannya tidak disambut. "Anu bos, aku tidak sengaja mendengar kalau pesantren yang pernah bos dan mendiang datangi dulu kalau pengurusnya adalah seorang uztadzah muda dan sangat cantik. Dan feeling aku jangan-jangan dia adalah wwwa..." Brraakk! Boy yang belum selesai melanjutkan perkataannya tiba-tiba harus membungkam mulutnya karena Rama sepertinya tidak senang dengan berita yang ia sampaikan. Boy tahu semenjak Azize meninggalkannya tiga tahun lalu semenjak itu juga Rama berubah. Perubahannya kali ini sangat diluar nalar. Walau dirinya sudah berhenti dari seluruh hal-hal yang berbaur barang haram dan perempuan, namun membuat Rama berubah menjadi seorang pria yang tempramen. Ditambah lagi semenjak meninggalnya sang Bundo dua tahun yang lalu. Waktu beg
Masih Di Tiga Tahun Yang Lalu.Cuaca sore itu masih terasa terik di kota Padang, Rama berserta keluarga Uztadz Marzuki baru saja tiba di kediaman Rama setelah sebelumnya pesawat yang mereka tumpangi mendarat di bandara Ketaping Sumatera barat."Apa tidak mampir dulu pak Ustad?" Bundo Maryam yang telah menunggu kedatangan mereka dari pagi menawarkan Uztadz dan keluarganya untuk mampir setelah mengantar Rama dengan mobil jeputan mereka."Terimakasih Bundo Maryam, alangkah baiknya jika kami pulang kerumah dulu." Uztadz pun menolak secara halus."Baiklah Uztadz, saya juga nggak akan memaksa kalau begitu ,oh iya terimakasih banyak atas bimbingannya ya pak Uztadz.""Sama-sama bunda Maryam, tidak perlu begitu, anggap saja nak Rama sambil berlibur. Betulkan Rama.?" Sambil tersenyum ke arah Rama.Beberapa waktu kemudian, hampir satu bulan waktu itu berlalu. Azize dan Rama tidak pernah lagi bertemu, berbagai cara dilakukan Rama agar diri
Seminggu pun sudah berlalu, selama itu juga baik Azize dan Rama tidak pernah bertemu. Keduanya berada di tempat terpisah, Azize sibuk mengajari anak-anak mengaji dan belajar hapalan Al-Qur'an.Sementara di asrama lain Rama dengan merdunya melantunkan ayat suci. Uztadz Marzuki lega akhirnya dia berhasil membuat Rama berubah.Sebelumnya Rama sebenarnya sudah bisa membaca Alqur'an, akan tetapi dia sangat jarang membuka ayat suci tersebut, akhirnya dia pun sempat lupa, sungguh ironis memang, dengan mudah karena pengaruh teman-teman yang nggak jelas itu Rama pun melupakan semua tentang ilmu agama yang ia peroleh dari semenjak kecil.Minggu ketiga selama puasa Ramadan , hampir satu bulan mereka di Blitar dan menjalankan ibadah puasa Ramadan disana, semuanya berencana kembali ke Padang mengingat sebentar lagi adalah idul Fitri.Bundo Maryam sudah tidak sabar menunggu kepulangan mereka. Apalagi mendengar kabar dari Uztadz Marzuki kalau Rama sudah banyak per
Sekembalinya dari pesantren Al-Kautsar Blitar, Rama kembali menelepon boy di Padang."Bos, Mega ngamuk."Tanpa to the poin, saat panggilan tersambung tiba-tiba boy langsung melapor soal Mega."Emang dia ngapain?""Dia mencoba datang ke rumah tapi tidak berhasil masuk.""Lalu Bundo dimana?'"Itu dia bos, kebetulan Bundo lagi ke Batusangkar, sebelumnya beliau berpesan keseluruh penghuni rumah terutama para satpam agar tidak mengizinkan siapapun ke rumah kecuali anggota keluarga.""Lalu?" Rama dengan antusias menyimak laporan Boy."Mega datang ke kontrakan gue bos, dan membanting barang-barang gue."Hahaha.""Loh kok tertawa, apanya yang lucu bos?""Masalah sepele gitu aja nggak tertangani, trus kamu bilang apa sama Mega?""Dia ngotot nanyain bos, gue jawab aja nggak tahu, sudah sebulan ini kita nggak ada urusan dan udah punya job masing-masing, gua jawab aja gitu.""Good, emang lu bisa gue andalin, trus gima
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments