Share

Orang Orang Baru

Author: Otty A
last update Last Updated: 2023-10-11 19:56:32

"Vania, ngapain kamu di sini?" Dafa menjaga jaraknya dengan Vania agar tidak terlalu dekat.

"Lagi makan es krim lah. Oh ya Mas ke sini sama siapa?" 

"Mau tahu aja kamu!" Dafa menjawab dengan ketus lalu pergi menjauhi Vania. 

Vania sejak dulu menjadi penggemar Dafa, berulang kali Vania menyatakan cinta. Tapi Dafa menolaknya.

Dafa melihat ke kanan dan kiri. Ia mencari dimana keberadaan Senja. 

Saat itu Senja tengah bermain ayunan bersama kedua anaknya. "Syukurlah! Senja tidak melihat Vania dan aku berduaan tadi. Kalau tidak, Senja pasti akan cemburu."

Dafa kembali lagi ke meja kasir dan mulai memesan es krim lagi. Ia membeli dua es krim rasa coklat strawberry dan dua lagi rasa coklat dengan taburan kacang almond di atasnya.

"Es krim datang!" Dafa membawa nampan berisi empat mangkuk es krim.

"Hore!" Shanum dan Salsa kegirangan.

"Ayo kita duduk di sebelah sana!" Dafa menunjuk sebuah saung yang ada di bawah pohon Eboni.

Anak anak dengan semangat berlarian ke arah saung. Sesampainya di sana, mereka makan es krim dengan lahap.

"Seneng nggak Om ajak ke sini?" tanya Dafa.

"Seneng banget!" seru Shanum.

"Besok kita ke sini lagi ya Om?" tanya Salsa.

"Ya sayang."

Semua orang berbincang sambil menikmati es krim. Suasana terasa sangat menyenangkan.

Usai menyantap es krim, mereka kembali pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan pulang, si kembar bermain dengan seru. Saling menggelitik satu sama lain, hingga suara tawa mereka terdengar cukup kencang. Dan tanpa disadari, ikat rambut milik Shanum terlepas dan jatuh ke bawah mobil. 

"Sayang kalau bercanda, suaranya jangan kencang kencang dong! Nanti Om Dafa nggak bisa konsentrasi menyetir," Senja mengingatkan kedua anaknya.

"Iya Mama sayang!" Si kembar menjawab dengan kompak.

Dafa melirik Shanum dan tersenyum kepadanya.

"Kamu emang wanita yang paling hebat, yang pernah aku temui. Saat bersama kamu, aku merasa jadi lelaki yang paling sempurna," tutur Dafa.

"Ah Mas ini bisa aja! Aku itu nggak istimewa. Aku biasa saja, Mas."

"Kamu normal, kamu memiliki dua orang anak perempuan yang cantik. Dan aku bisa menjadi Ayah bagi mereka."

Ucapan Dafa, secara tidak sengaja didengar oleh Shanum dan Salsa.

"Om Dafa, mau jadi Ayah kita?" Shanum jadi penasaran.

"Iya sayang. Kalian seneng nggak kalau Om jadi Ayah kalian?" 

"Seneng sekali!" 

Kedua anak kecil yang masih sangat polos ini, tak begitu paham mengenai hubungan Ibunya dengan si lelaki bernama Dafa. Mereka hanya mengira jika Dafa hanyalah sebatas teman saja untuk Senja.

Tanpa terasa, mereka sudah sampai di rumah. Senja dan kedua anaknya turun dari mobil. 

"Mas, nggak ikutan turun?"

"Mas mau ke rumah Ibu. Mau bicarain soal pernikahan kita. Kita nggak mungkin hidup tanpa ikatan tali pernikahan. Iya kan?" 

"Iya Mas," sahut Senja sambil tersenyum.

"Oh iya, ini uang buat kamu. Kalian makan yang bener ya. Kalau nggak sempat beli gas, nggak usah masak. Beli aja makanan matang. Di sini ada banyak warung. Kalau malas keluar, kamu pesan online saja." Dafa mengeluarkan dompet dan mengambil sepuluh lembar uang seratus ribuan. Ia menyerahkan uang itu kepada Senja.

"Uang apa ini, Mas?" Senja canggung menerima uang milik Dafa.

"Uang buat jajan anak anak. Besok Mas ke sini lagi. Malam ini, Mas harus nginep dulu di rumah Ibu. Kalau nggak ada halangan, dua atau tiga hari lagi kita resmikan pernikahan kita." Dafa mengatakan hal ini sambil menatap dalam.

Senja pun mengangguk mantap. Dafa melambaikan tangan dan berpamitan. Mobil Dafa dengan cepat menghilang dari pandangan Senja.

"Sayang, ayo kita masuk ke dalam," ucap Senja kepada kedua anaknya yang saat ini tengah asyik bermain di bawah pohon ceri.

Shanum dan Salsa mengikuti ucapan sang Ibu. Mereka masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ke kamar. 

"Aku mau nonton kartun," tutur Salsa.

"Iya, ayo kita nonton," sahut Shanum.

Senja melihat raut kebahagiaan yang terpancar dari kedua wajah anak kembarnya.

"Setelah sekian lama, Shanum dan Senja bisa tersenyum dan bebas melakukan apapun yang mereka inginkan. Terima kasih ya Mas. Karena kebaikan hatimu, kami bisa sebahagia ini sekarang," ucap Senja bermonolog dalam hati sambil melamunkan Dafa.

"DRrt!" Ponsel milik Senja berbunyi.

Senja meraih ponselnya dari tas, dan melihat ada sebuah pesan teks singkat yang masuk ke ponselnya. Isi pesan itu, membuat Senja mengerutkan keningnya.

"Dasar pelac*r!"

Sepenggal kata umpatan dari nomor tidak dikenal, membuat Senja shock.

"Siapa ini? Kenapa mengolok olok aku seperti ini?" Senja mencoba untuk menghubungi si pemilik nomor.

Namun hingga berkali kali Senja mencoba untuk menelepon, si pemilik nomor tidak mau menjawab panggilan yang masuk.

"Kenapa dia mau mengangkat telepon dariku? Siapa dia ini?" Senja penasaran.

Tak selang berapa lama, nomor asing itu kembali mengirimkan sebuah pesan.

"Tenang pelac*r, aku bukanlah musuhmu. Aku ada di pihakmu!"

Kalimat yang baru saja masuk ke ponsel Senja, benar benar membuat Senja frustasi.

"Apa apaan ini! Kenapa dia terus mengirimkan pesan dengan kata kata yang tidak pantas?" 

Sedetik kemudian, terdengar suara ketukan pintu. 

"Paket!" seorang lelaki menggunakan jaket warna hijau berteriak di depan rumah Senja.

Senja membuka pintu rumah, ia terkejut melihat kurir pengantar paket yang membawa sebuah kotak berukuran lumayan besar.

"Paketnya Bu!" 

"Tapi saya nggak pesan paket!"

"Ibu namanya Senja Maharani kan?"

"Iya, tapi saya nggak merasa pesan apa apa!" 

"Ini kiriman dari Pak Dafa!"

Setelah mengatakan nama Dafa, Senja baru mau menerima paket besar tersebut.

Senja meletakkan paket itu di atas meja tamu. Dan kurir yang mengantar paket sudah pergi dari rumahnya.

"Paket apa ini?" Senja membuka paket tersebut. Setelah dibuka, ternyata isi paket itu adalah buket bunga mawar dan sekotak coklat. 

Dan ada sebuah kertas yang berisi tulisan terselip di dalam kotak coklat. "Terima kasih sudah mau menjadi bagian terpenting dalam hidupku."

Senja tersenyum melihat pemberian Dafa, tapi handphonenya kembali mendapatkan sebuah pesan teks singkat.

"Pelac*r, aku akan membantumu supaya cepat menikah dengan pujaan hatimu itu!"

"Pasti hanya orang iseng." Kali ini Senja mengabaikan pesan singkat yang masuk.

"PranG!" Suara kaca yang dilempari menggunakan batu, terdengar oleh Senja.

Senja dengan buru buru keluar dari rumah. Dari kejauhan, terlihat seorang lelaki mengenakan topi baseball sedang berdiri menatap ke arah Senja.

"Siapa dia? Apakah dia yang barusan mengirimkan pesan teks itu?" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ranjang Panas Istri Kedua   Ending

    Bagas menyodorkan selembar tissue ke arah Senja. Senja pun lantas melihat ke arah Bagas."Jangan menangis. Aku ada di sini. Entah kau mau menerimanya atau tidak, tapi aku akan tetap ada di dekatmu." Bagas bicara sembari menatap Senja, lekat lekat.Senja melihat ke arah Ethan yang tertidur lelap dalam dekapan Bagas."Dia sudah tertidur, kau juga sebaiknya pergi tidur. Jaga kesehatanmu. Anak anak membutuhkan dirimu. Aku pun sama!" seru Bagas.Mendengar hal ini, perasaan Senja jadi tak karuan. Antara senang dan juga ragu, bercampur jadi satu dalam benaknya.Senja pergi keluar dari kamar anaknya. Ia tidur di kamarnya sendiri.*****Malam ini, Lily duduk terdiam menatap ke arah pintu keluar penjara. Ia sedang meratapi nasibnya.Suasana terasa begitu sepi. Tak ada suara yang terdengar. Polisi yang bertugas untuk menjaga penjara, semuanya sedang tertidur pulas. Narapidana lain juga tampak tertidur pulas."Bisa bisanya mereka tidur senyenyak itu!" Lily menatap benci ke arah para Polisi. Wani

  • Ranjang Panas Istri Kedua   Wasiat Suami

    Setelah hampir tiga jam mereka menunggu di depan ruangan operasi, akhirnya Dokter keluar."Bagaimana keadaan Dafa?" Ayu bertanya dengan wajah panik."Kami minta maaf. Kami telah melakukan yang terbaik untuk pasien. Tapi kondisi pasien, masih tak ada perubahan dan semakin memburuk."Senja melongo hingga terjatuh ke lantai. Ayu pun sama kagetnya dengan Senja. Dunianya seakan berhenti ketika mendengar penjelasan dari Dokter."Mama. Senja. Kalian harus kuat!" Bagas mencoba untuk menenangkan mereka berdua."Pak Bagas, harapan hidup pasien sangat tipis. Alat bantu bernafas, jika tidak begitu membantu. Jadi semua peralatan medis yang menunjang kehidupan pasien, akan kami lepas.""Tidak!" Ayu berteriak."Jangan! Berapapun biayanya akan aku bayar! Jangan lepas selang infus atau apapun dari tubuh Dafa. Aku yakin, Dafa akan sehat! Dia akan kembali pulih!" Ayu melanjutkan ucapannya."Baik Bu. Tenanglah. Anda harus kuat dan tabah. Semuanya hanya bisa kita pasrahkan kepada sang pemberi kehidupan."

  • Ranjang Panas Istri Kedua   Jalan Buntu

    Willy baru saja sampai di kantor polisi. Ia bahkan belum memarkirkan mobilnya, tapi seorang kawannya yang berprofesi sebagai seorang Polisi sudah mendatangi dirinya."Pak! Lily ditangkap!""Saya tahu itu! Makanya saya datang ke sini. Kenapa hal ini bisa terjadi? Apa kamu nggak bisa mengatur bawahan kamu?" Willy bicara sembari menyetir pelan dan memarkirkan mobil miliknya.Willy keluar dari mobil. "Saya bisa apa Pak? Mereka mengikuti Lily dan menangkap basah Lily melakukan tindakan pidana." Willy tak banyak bicara. Ia menyerahkan sejumlah uang kepada teman Polisinya tersebut."Ambil uang itu. Mintalah berapapun yang kamu inginkan. Tapi pastikan Lily lolos dari kasus hukum!" "Saya tidak berani berjanji. Tapi saya akan mengusahakannya.""Ingat! Awak media jangan sampai memberitakan mengenai masalah ini!""Sampai sekarang, kami tak mengizinkan awak media masuk ke sini.""Kalau kamu gagal membela anak saya, maka saya akan temui kolega saya yang jabatannya jauh di atas kamu! Dan saya aka

  • Ranjang Panas Istri Kedua   Darah Terpercik

    Bagas akhirnya melepaskan Lily. Ia berjalan menjauh. Sementara itu, Irwan sudah memanggil ambulans.Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk menunggu, mobil ambulans sudah terdengar. Dafa dan Senja masuk ke dalam mobil ambulans. Begitu juga dengan Bagas. Tangan Bagas terus mengeluarkan darah. Darah juga merembes dari dada Dafa."Maafkan aku. Gara gara aku, kalian berdua jadi terluka." "Tidak ini bukanlah salahmu!" sahut Dafa.Setelah mengatakan hal ini, Dafa pingsan tak sadarkan diri.****Mobil ambulans akhirnya sampai di rumah sakit. Dafa dibawa ke ruangan ICU. Bagas dibawa ke UGD. Semuanya sedang mendapatkan perawatan medis.Sementara itu, Irwan menghubungi rekan kerjanya yang lain untuk membantunya mengamankan lokasi serta membantunya membawa mobil milik para korban dan tersangka.Irwan tak lupa menghubungi Ayu dan mengabarkan kejadian buruk ini."Apa! Dimana? Kenapa bisa seperti itu!" Ayu berteriak karena kaget ketika Irwan menceritakan kronologi yang terjadi."Mereka sudah dibaw

  • Ranjang Panas Istri Kedua   Terkapar Tak Berdaya

    Kelima lelaki yang berdiri di hadapan Senja, mulai melepas pakaian mereka lalu disusul dengan celana yang mereka kenakan. Kelimanya menyeringai dan tertawa tak jelas melihat Senja yang ketakutan.Sementara itu, Bagas masih ada di luar. Saat ia mengendap masuk ke dalam, seseorang berdiri di belakangnya."PRak!" Lelaki asing itu memukul Bagas menggunakan kayu.Bagas memegangi kepalanya. Ia meringis kesakitan sembari menoleh ke belakang dan menatap wajah si pria."Siapa kau!" si pria berteriak dengan marah."Hai ada penyusup di sini!" si pria memanggil teman temannya yang ada di dalam gudang.Lily yang ada di dalam gudang dan mendengar teriakan si pria, segera keluar dari gudang, untuk memeriksa apa yang terjadi.Namun Bagas tak kalah cekatan dengan si pria. Belum satu orang pun datang ke tempat itu, Bagas meraih balik kayu dari tangan si pria. Ia mengayunkan balik kayu ke kepala si pria."BRak! PRak!" Si pria mengaduh kesakitan. Bagas mengambil pisau kecil yang menyembul di dekat saku

  • Ranjang Panas Istri Kedua   Gudang Tua

    Dari kejauhan, Bagas yang baru saja keluar dari rumah sakit sesuai menjenguk temannya, terperanjat melihat Lily dan beberapa laki laki yang berdiri menghadap ke arah sebuah mobil."Apa yang mereka lakukan? Kenapa Lily ada di sini? Pasti ada yang tidak beres!" Bagas bicara dalam hati. Ia bersembunyi di balik dinding dan mengamati pembicaraan mereka dengan seksama."Cepat bawa dia ke gudang tembakau kita yang ada di perbatasan kota!" Lily memerintahkan anak buahnya."Siapa yang akan dia bawa ke sana?" Bagas bicara dalam hati.Dua orang lelaki masuk ke dalam mobil. Mereka memindahkan tubuh Senja ke kursi belakang kemudi. "Kami berangkat sekarang!" Dua anak buahnya pamit."Aku akan menyusul!" Lily menjawab.Mobil hitam melaju tepat di hadapan Bagas. Bagas melongo kaget karena ia tersadar jika mobil yang baru saja lewat adalah milik Dafa."Apakah yang di dalam mobil adalah Senja?" Bagas pun berinisiatif untuk mengikuti mobil itu.Ia masuk ke dalam mobil dan dengan lihai mengikuti mobil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status