Home / Romansa / Re-Wedding (Indonesia) / Bab 4. Rumah Ayah

Share

Bab 4. Rumah Ayah

Author: FebyNelson
last update Huling Na-update: 2020-12-08 18:49:17

Begitu mereka sampai di rumah Ayah, Dewangga langsung menyambut anaknya dan tentu saja juga menantunya.

Waktu siang hampir sore ini, terbilang cukup pas. Tapi, Saka tentu saja sebenarnya tidak ingin terlalu lama disini.

Tujuannya hanya makan siang dan pulang. Kalau seperti ini, tamatlah riwayatnya.

Ia dan Rani pasti akan diminta untuk menginap semalam.

"Ayah kok makin kurus sih! Apa Rani harus kirimin makanan juga ke Ayah?"

Dewangga hanya terkekeh. Nada anaknya ini sungguh mirip sekali dengan almarhumah istrinya, Wanda.

"Boleh juga. Ayah ga tau kalau kamu udah pinter masak sekarang."

Pintar memasak? Mbok yang masak kok.

Saka hanya bisa diam sambil mengunyah makanannya pelan-pelan.

Rani langsung menyingkap rambutnya ke belakang.

"Kan Rani harus bisa masak biar suami betah di rumah, Yah."

Saka langsung tersedak.

"Lho, lho. Saka makannya pelan-pelan. Rani tahu kok makanannya enak tapi jangan buru-buru."

Saka hanya mengambil minuman yang telah diambilkan oleh Rani dan meneguknya pelan-pelan.

"Saka seperti ga makan setahun, ya. Padahal kan di rumah juga makan makanan kamu. Kayak takut kehabisan saja."

Dewangga dan kata-katanya yang memiliki ketajaman setajam pisau asah.

Rani yang diam kali ini, tepukannya dipunggung Saka pun berkurang.

Ia tersadar bahwa bahkan Saka tidak pernah menyentuh makanan di rumah.

Ia pun melihat ke arah Saka.

Apa Saka malu ya kalau makan sama Rani? Kalau begitu besok-besok Rani bawakan bekal untuk ke kantor aja, ya?

Rani langsung terkekeh lagi setelah pikiran-pikiran berlari-lari di otaknya.

"Kan Ayah sendiri yang bilang Rani sudah pinter masak, makanya Saka selalu ketagihan sama masakan Rani."

Saka langsung menatap Rani.

Gila, ya?

Saka tidak habis pikir dengan Rani dan ucapannya barusan.

Ia saja tidak pernah makan masakan Rani sebelumnya dan perlu ia tegaskan lagi, ini adalah masakan Mbok, kok.

Soal rasa, ya enak. Walaupun Rani bantu atau apapun itu, tetap saja resep dan masakan Mbok.

"Semoga kamu selalu makan masakan istri kamu seperti ini ya. Masakan istri adalah satu-satunya makanan yang dimakan oleh seorang suami. Karena apapun rasanya, bentuknya, dan lauknya tidak mempengaruhi rasa cinta istri saat memasaknya."

Saka hanya bisa diam dan tetap lanjut memakan makanan di depannya ini.

Ia tidak berniat membalas ucapan Dewangga atau membanggakan istrinya.

Ia hanya ingin pulang secepatnya dari sini.

"Ah ya. Apa kalian menunda kehamilan?"

Rasanya, Saka tidak berselera lagi untuk makan.

Sudahlah telat makan dan sekarang ia tidak bisa makan.

Berapa keburukan yang harus ia dapatkan dalam sehari?

"Maksud Ayah?"

Kepolosan Rani bisa membuat Saka mendapatkan masalah.

Saka harap gadis ini tidak menjawab yang aneh-aneh.

"Kapan Ayah punya cucu dari kamu? Anak Ayah cuma kamu. Ayah ga bisa dapat cucu dari yang lain."

Rani berpikir sebentar.

Ia bahkan belum pernah berbuat apapun. Bagaimana ia bisa memberikan Ayahnya cucu?

Tapi, tidak mungkin kan ia berkata seperti itu? Semua ini persoalan keluarga yang ia bangun dengan Saka. Mungkin Saka terlalu segan dan mereka juga masih sangat muda untuk mempunyai anak.

Rani pikir Saka pasti mencegah hal itu terjadi daripada mereka belum siap.

"Kami ga pernah nunda-nunda kok, Yah. Pokoknya Ayah tunggu aja. Ayah ingin cucu laki-laki apa perempuan?"

Saka langsung menoleh ke arah Rani.

Gadis ini benar-benar gila. Tingkat halusinasi dan kesadarannya terlalu berbanding kebalik.

"Oh? Bisa direquest gitu, ya? Ayah maunya laki-laki donk. Biar bisa jadi lawan debat."

Lawan debat? Dia pikir ini cucu atau pemerintah?

Saka bisa ikut gila kalau di sini terlalu lama.

"Bisa, ntar pokoknya Rani sama Saka bawa cucu laki-laki khusus buat eyang Dewangga."

Dewangga tertawa kecil.

"Baik, Ayah tunggu kabar baiknya."

Rani ikut tersenyum lucu dan mereka pun melanjutkan acara makan-makan mereka.

Tidak lupa setelah itu, Rani menyiapkan sop buah dengan sirup melon yang Ayahnya inginkan.

Rani selalu membuat itu untuk pemanis mulut dan hidangan penutup.

"Kalian menginap ya malam ini. Pakai kamar biasa. Besok pagi baru pulang."

Rani sih senang-senang saja. Pada dasarnya ini rumah lamanya yang lebih megah tiga sampai empat kali dari pada rumahnya ketika menjadi istri Saka.

Sedangkan Saka, walaupun ia sudah menginap di sini sekitar enam sampai tujuh kali, tapi ia tetap tidak nyaman di sini.

Kalau Dewangga sudah berkata-kata, tidak ada lagi yang bisa ia katakan.

Ia hanya akan menuruti dalam diam, memangnya apa lagi yang bisa ia perbuat?

"Ayah pasti kangen banget ya sama Rani. Sini Rani peluk dulu."

Rani pun memeluk Ayahnya.

"Uh, Ayahnya Rani."

Dewangga menikmati pelukan dari belakangnya, ia masih duduk tapi Rani memeluk kepalanya saja.

"Kamu jarang pulang ke sini sih, sesekali main lagi donk. Masa mesti Ayah suruh terus. Lupa ya sama Ayah karena udah punya suami?"

Saka langsung melirik kedua manusia yang ada di depannya ini.

Saka dari tadi diam, lho. Terus kenapa Saka kena terus?

Ia pun lanjut meminum sop buahnya kembali. Pura-pura tidak mendengar.

"Iya nih, Rani lupa sama Ayah. Abisnya, setiap hari dikasih pemandangan laki-laki seganteng Saka, gimana Rani ga lupa?"

Saka langsung menatap Rani.

Kenapa dia dibawa-bawa terus sih dalam percakapan dua orang ini?

"Oh gitu? Jadi kamu udah lupa sama Ayah? Gitu?"

Rani langsung menempelkan wajahnya ke samping wajah Ayahnya.

"Mana bisa sih, Yah. Rani emang sayang Saka, tapi Rani juga sayang Ayah. Ayah kan laki-laki pertamanya Rani. Rajanya Rani, lho. Kalo Saka kan pangerannya Rani."

Bagaimana bisa Rani memakai istilah seperti itu? Memangnya Rani masih bocah kelas lima SD? Jadi sekarang mereka lagi main kerajaan-kerajaan?

Rani putri dari raja Dewangga gitu. Lalu ayahnya Saka adalah penasihat raja sekaligus tangan kanan raja?

"Oh, gitu. Pengandaiannya boleh juga. Yasudah, kalian ke atas gih. Bersih-bersih dulu, nanti baru ke bawah lagi."

Rani pun langsung mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Saka duluan gih. Rani siapin yang lain dulu."

Tanpa basa-basi Saka hanya menganggukkan kepalanya ke arah Rani dan Dewangga dan naik menuju kamar Rani yang dulu.

Kamar yang bernuansa merah muda, Saka tidak pernah lupa akan pajangan boneka setiap sudut kamar itu, dari bentuk hati hingga kelinci.

Rani memang penggemar boneka kelinci.

Rani pernah bercerita sendiri yang entah kenapa Saka masih mengingatnya bahwa ia menganggap kelinci adalah binatang kesukaannya, dan dirinya sendiri pun mirip dengan kelinci.

Teori yang entah dari mana entah Rani mendapatkannya.

"Saka selalu diam seperti itu sama kamu?"

Rani bingung, kenapa Ayahnya bertanya seperti itu?

"Engga kok, Saka banyak ngomong kalo sama Rani. Pas sama Ayah aja tuh jadi malu."

Dewangga menyipitkan matanya.

"Kok Ayah?"

Rani pun menaikkan bahunya.

"Ah udah ah, Rani mau ke atas dulu siapin bajunya Saka. Ayah mandi juga gih, bau asem."

"Sembarangan."

Rani langsung lari sambil cekikikan.

Hanya dengan Rani lah sikap tegas, kasar dan wibawa Dewangga hilang.

Hanya tergantikan Ayah yang menyayangi anaknya.

Tidak ada salahnya, bukan?

Rani adalah satu-satunya harta yang yang ia punya di dunia ini.

Begitu Rani sampai kamarnya, ia langsung mengeluarkan dua pakaian tidur yang memang sengaja dipersiapkan disini khusus Saka, kalau soal barangnya sih jangan ditanya. Barang-barangnya masih banyak di sini. Hanya sebagian saja yang ia bawa ke rumahnya.

Karena jika ada yang kurang toh tinggal balik kesini sebentar dan mengambilnya atau bahkan tinggal beli lagi.

Hanya saja Rani sedikit rempong saat memilih-milih barang-barangnya. Jadi, hanya barang favorite dan yang sering ia pakai saja yang ia bawa ke rumahnya itu.

Bayangkan saja, Rani bertapa seminggu di depan lemarinya untuk apa saja yang harus ia bawa, sampai si Mbok yang menyarankan saran yang di atas.

"Bawa seperlunya aja, Ran. Toh, nanti tinggal balik kesini kalau ada apa-apa."

Untung saja Rani punya Mbok. Kalau tidak ada Mbok, mau jadi apa Rani nanti? Bisa-bisa ia tidak jadi pindah.

Pokoknya, Mbok itu termasuk titisan yang dikirim Tuhan untuk menerangi jalan pikiran Rani yang tidak ada jalannya.

Rani sayang Mbok.

Pokoknya, Rani sayang sama semua orang yang ada di sekeliling Rani.

Begitu semuanya sudah selesai, Saka selesai mandi, dan Rani pun juga.

Mereka kembali nonton bersama sekitar satu jam lebih dan balik ke kamar mereka masing-masing.

Melihat Saka yang langsung menuju ke tempat tidur. Rani pun langsung mematikan lampu dan bersiap-siap untuk tidur juga.

Tapi sudah sepuluh menit ia berpindah-pindah posisi, ia tetap tidak bisa tidur.

Ia menatap Saka yang di sampingnya.

Tentu saja punggung Saka.

Untung saja Saka tidur menghadap kanan.

Rani pernah membaca kalau tidur menghadap itu baik, mengurangi beban jantung.

Ia pun mengambil posisi telentang.

"Saka...Saka udah tidur belum?"

Dalam hati Saka ingin mengumpat.

Bagaimana bisa ia tidur kalau Rani sangat lasak seperti ini.

Namun, Saka tidak menjawab.

Entah mengapa Rani merasa Saka masih terjaga, walaupun ternyata Saka sudah tertidur, ia hanya ingin bercerita dengan pria yang berbaring di sebelahnya ini.

"Kata-kata Ayah tentang cucu tadi..."

Saka langsung membuka matanya kembali dengan posisi yang sama.

Ia hanya sedikit terkejut ketika Rani ternyata ingin membahas soal itu.

"Kita kan ga buru-buru, mungkin Saka masih pengin habisin waktu berdua sama Rani tanpa anak-anak dulu, kan? Rani bisa ngerti kok, Saka."

Rani mendekatkan kepalanya ke dekat punggung Saka.

"Jadi, kita bisa jalanin hubungan ini dengan pelan-pelan."

Tidak ada suara lagi setelah perkataan itu. Saka yakin kalau Rani sudah terlelap.

Pelan-pelan?

Saka malah ingin semua drama ini selesai. Ia tidak ingin dijadikan mainan lagi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Glow Peridote
wkwkwk kocak bgt ini saka
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Re-Wedding (Indonesia)   Bab 37. kok gitu?

    "Hadapin aja. Lu harus berterus terang. Dan lagi, om Yudis ga mungkin ga tahu persoalan ini. Dia pasti tahu anaknya nikah atas suruhan atasannya."Rani memegang kepalanya, mengapa rumit sekali."Ran, Rani. Lu denger gua. Omongan Saka ada benarnya. Pernikahan kalian ini memang ada ya walaupun atas omongan Om, tapi keluarga kalian sudah menyatu. Lu ga mungkin cuma pikirin perasaan lu sendiri dan yang lu tahu cuma tentang ayah lu sendiri. Itu egois."Aca memang benar-benar penasihat bagi kehidupan Rani, kurang apa lagi Aca menjadi sahabat dari seorang Rani?"Seenggaknya, lu harus selesain baik-baik sama tante Sekar. Bagaimanapun mereka pernah menjadi sosok keluarga yang baik. Lu juga harus mentingin perasaan mereka."Ia pun mengangguk-anggukkan kepalanya.Sejujurnya, ini juga yang Rani takuti dari sejak Saka mengajak dirinya menghadap orang tuanya.Masalahnya, Sekar memang sudah ia anggap seperti ibu sendiri.Sosok ibu yang ada di dalam hidupny

  • Re-Wedding (Indonesia)   Bab 36. Jika hanya

    Setiap kali Saka ke rumah sakit untuk mengunjungi Rani, pasti ada Airlangga, aca dan juga Irsyad di sana.Ada apa sih? Mengapa mereka selalu bersama?Sudah begitu, tak ada satu pun dari mereka yang keluar untuk membiarkan Saka dan Rani berbicara hanya berdua.Sebenarnya, mereka ini punya masalah apa?Ataukah terbalik, Saka yang punya masalah apa?Ah, entahlah.Situasi semakin sulit untuk mereka berkomunikasi. Saka sesekali melihat hanya dari luar.Terkadang ia melihat Aca yang tertidur sambil menjaga Rani atau Airlangga yang menyuapi potongan jeruk kepada Rani yang notabenenya masih menjadi istrinya.Rani hanya sekitar tiga hari di rumah sakit, hari ini mereka akan berberes untuk pulang.Seperti biasa, mereka berkelompok.Saka pun memberanikan diri untuk masuk dan hadir di tengah-tengah mereka membawa keheningan dan seakan-akan dirinya adalah ancaman bagi mereka. Padahal, mereka menatap Saka dengan kecaman."Ngapain ka

  • Re-Wedding (Indonesia)   Bab 35. Hukumnya

    Rani mengecek ke dokter kandungan persoalan anaknya, ia takut karena sempat tidak makan, bagaimana jika anaknya ini menjadi sangat lemah?Tidak lebih tidak kurang, pemeriksaan USG pun diberitahu kurang lebih sama seperti perawat kemarin oleh dokter khusus kandungan tentunya pada hari ini.Perawat kemarin memang banyak membantu dokter kandungan.Dokter itu juga menunjukkan di manajanin itu berada dan menjelaskan apa yang harus ia lakukan. Seperti hidup sehat, tidak stress dan disarankan ikut senam kehamilan.Begitu setelah selesai ke dokter kandungan, tentunya masih di rumah sakit yang sama, ia pun bersama-sama dengan Aca menukarkan resep vitamin yang diberikan dokter. Kurang lebih ada tiga atau empat vitamin yang diberikan.Rani akan berjuang menelan semua vitamin itu demi anak yang mungkin hanya satu-satunya akan dia punya.Sungguh, ia sudah tidak berniat untuk berbuat apapun selain membesarkan dan merawat anaknya.Ia akan mencintai anakny

  • Re-Wedding (Indonesia)   Bab 34. Tidak perlu

    Disaat aku tidak perlu dicintai denganmu lagi, itulah saat dimana kau mencintaiku, dan semuanya sudah terlambat.Baru saja beberapa menut yang lalu Rani sadar dan ia tidak mau sama sekali mengarah dan melihat Saka.Lalu mereka pun didatangi dokter beserta perawat di sampingnya.Rani yakin betul bahwa tidak akan ada yang terjadi pada dirinya, setelah ini mungkin ia akan pergi seperti biasa. Toh, tiket bukan hal yang sulit dibeli baginya.Tapi semuanya berbeda saat ia mendengarkan perkataan dokter yang berada di depannya ini."Selamat ya Bu, Pak. Ibu Maharani sesang mengandung empat minggu. Sebentar lagi akan menjadi Ayah dan Ibu nih, delapan bulan lagi bukan waktu yang lama, kok."Ucap dokter yang langsung memberi selamat kepada keduanya.Riang sekali dokter itu, bahkan langsung menyalami Saka yang tegak begitu dokter itu ke bilik kamar mereka.Pria itu munafik sekali, bukan?Seakan-akan tampa

  • Re-Wedding (Indonesia)   Bab 33. Alasan

    Betapa paniknya Saka, ketika ia bangun, ia tidak melihat Rani lagi di sampingnya.Ia pun menuruni tangga dengan keadaan acak-acakan, ia dengan cepat menanyai semua orang keberadaan Rani.Pasalnya, ia baru sadar bahwa kamar gadis itu rapih sekali, rapih dalam kondisi bahwa tidak ada apa-apa lagi di dalamnya. Barangnya sedikit sekali.Belum lagi memang beberapa barang di atas meja memang ada yang hilang, Saka memang sangat detail sekali.Ia bisa mengalahkan Sherlock Holmes jika dalam hal seperti itu.Setelah ia mendengar perkataan dari Dewangga, ia pun seperti tersambar geledek di malam? Pagi? Subuh? Entahlah!Sial, ini bahkan baru pukul tiga dini hari!"Rani akan pergi ke London, ia akan transit ke Malaysia dan lanjut ke London. Pesawatnya pukul empat lewat dua puluh limat menit. Pesawat dari Malaysia ke London pukul sembilan."Ia pun langsung pergi secepat mungkin, ia hanya memiliki waktu sekitar s

  • Re-Wedding (Indonesia)   Bab 32. bertemu?

    Disinilah Saka berdiri.Ia menatap rumah? Rumah yang seperti istana itu tepat di depannya.Mau tidak mau, suka tidak suka.Ia sudah mempersiapkan segalanya.Ia memang harus menemui calon mantan mertuanya atau apapun itu nantinya, semua tergantung padanya.Ah, entahlah, yang jelas ia sudah siap bertemu pada hari ini.Ia sudah memikirkan cukup lama dan matang untuk hal yang akan ia perbuat setelah ini.Ia pun masuk, kali ini ia tidak membuat janji atau apapun itu dengan Dewangga.Karena, ia datang sebagai menantu, ya memang masih menantu untuk saat ini.Begitu ia masuk pun ia langsung di arahkan ke ruang kerja Dewangga,Pria tua itu sudah menanti kedatangan Saka sejak beberapa minggu yang lalu.Raysaka pun tunduk hormat saat melihat Dewangga berada di pandangannya.Ayah dari gadis manja itu pun memberikan kode untuk duduk kepadanya.Bahkan mere

  • Re-Wedding (Indonesia)   Bab 31. selesai?

    Sederhananya, kau adalah apa yang aku tulis, dan aku hanyalah apa yang tak pernah kau baca.Semakin dibayangkan semakin miris rasanya.Setelah tiga hari berturut-turut Rani pergi sepagi mungkin tanpa bertemu Saka dan pulang tanpa menyapa pria itu.Sempat sekali ia pulang terlebih dahulu dan pria itu tampak memberitahu keberadaannya."Aku pulang."Masih ingat betul Rani dengan ucapan pria itu.Dulu mana pernah pria itu mengucapkan kata yang bersikap memberitahu dan menganggap keberadaan Rani.Ia lah yang harus bersemangat sendirian, menerima kedatangan dengan rasa hangat di hati dan melayani dengan rasa cinta.Rani menghela napasnya untuk kesekian kalinya.Jika memang benar satu helaan napas bisa mengurangi umur manusia tiga detik, mungkin umurnya sudah tak lama lagi.Pada hari ini, akan menjadi puncak dari semuanya.Ia pun menyuruh Mbok memasak dan memberi tahu bahwa ia akan pulang sebelum makan malam.I

  • Re-Wedding (Indonesia)   Bab 30. perasaan

    Dewangga tidak pernah membayangkan situasi ini akan terjadi, ia pikir, seorang Raysaka akan berujung mencintai putrinya. Karena ia tahu bagaimana cara Raysaka menjaga dan bahkan menatap putri semata wayangnya. Ia tidak menyangka betapa kerasnya seorang Raysaka melawan kehendak dirinya sendiri.Ia mengelus dahi putrinya, betapa malang anaknya ini. Ia juga turut menyalahkan dirinya.Ia tahu apa yang dimaksud oleh perkataan Rani tadi.Tentu saja itu berarti Rani tahu bahwa semua ini perbuatannya.Untung saja, putrinya ini berhati mulia dan masih berpikiran lurus terhadapnya. Tidak habis pikir bahwa Rani akan menyalahkannya, namun jika itu terjadi, ia akan siap menerima konsekuensi itu. Ia telah merusak kehidupan putrinya, terutama hati anaknya sendiri."Ayah..."Dewangga pun langsung menatap putrinya."Rani sayang sama ayah."Bagaimana pun, Dewangga hanyalah seorang ayah yang menghidupi anaknya sendirian tanpa bantuan istri

  • Re-Wedding (Indonesia)   Bab 29. pokok dari semua ini

    Sepanjang perjalanan Aca mendengarkan Rani yang menangis sambil terisak, tampaknya saki sekali kali ini yang diperbuat oleh Saka.Aca tahu hari ini akan tiba, di saat ia akan menemani temannya hingga nangis tersedu-sedu. Namun ia tidak tahu bahwa hari itu akan datang secepat ini."Udah, Ran. Lu jangan nangisin dia. Dari awal gua udah... Ah, yaudah lah pokoknya ga usah ditangisin orang begitu."Rani hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.Ia masih tidak sanggup membayangkan bahwa ternyata sebegitunyakah tingkah Raysaka kepadanya selama ini.Ia tersadar bahwa, selama ini seorang Raysaka yamg mencintainya dalam diam hanya terjadi di dalam pikirannya.Ia tersadar bahwa selama ini, hanya ada kepura-puraan di dalam diri Saka terhadapnya.Selama ini... Rani memejamkan mata untuk memikirkan semua yang ia sadari.Begitu baru saja sampai rumah, Rani langsung turun dari mobil diikuti oleh Aca tentunya,"Udah, Ca. Gausah, balik aja gih. Rani mau se

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status