“Kyara!” Panggilan yang penuh harapan itu terdengar. Membuatnya menghentikan langkah sembari berbalik, dan melihat sosok paru baya yang sedang berjalan dengan setelan jas rapi ke arahnya. Kerutan di wajah pria itu tampak terlihat dengan jelas seakan ia sedang memikirkan hal yang berat.
Kyara menanti sosok paru baya itu mengahampirinya. Kyara hanya menatap pria yang berstatus sebagai ayah pemilik tubuh ini. Jika, Kyara memikirkan bagaimana gadis ini diabaikan, dan perilaku begitu buruk hatinya begitu sakit dan penuh kebencian.
“Apakah kamu ingin menemui tunanganmu?” tanya tuan Bram lembut.
Tidak perasaan spesial atau simpanti yang Kyara rasakan saat menatap mata teduh sang Ayah. Mata itu dulu selalu menatap gadis ini dengan tatapan penuh kebencian.
“Hn, seperti yang Anda lihat.” Kyara berpikir tak perlu berbasa-basi dengan orang ini sudah jelas bahwa ia tak pernah menginginkan putri kecilnya yang begitu berharga.
Mereka diam sejenak, Kyara masih menanti apa yang akan pria tua ini katakan kepadanya.
“Kyara, apa tidak ada maaf untuk Ayah?” Bram menatap putri kecilnya dengan tatapan yang penuh penyesalan. Kyara membenci perasaan sesak yang tiba-tiba melanda hatinya. Apakah ini perasaan dari pemilik tubuh sebelumnya. Ia juga bisa merasakan hal tersebut, jantungnya seakan diremas-remas, begitu sakit dan ngilu.
“Oh, jadi Anda sudah menyadarinya, dan apakah aku tidak salah dengar, Ayah? Apakah Anda tidak sadar diri, ke mana Anda selama 19 tahun ini? Apakah Anda pernah sekali saja menanyakan kabarku, tidak ‘kan, jadi untuk apa lagi Anda minta maaf itu semua sudah berakhir Kyara yang dulu sudah mati!”
Hatinya ngilu mendengar pernyataan sang putri. Ia memang salah dalam hal ini karena telah menelantarkan putrinya yang begitu berharga.
Kyara mengusap jejak air mata yang tiba-tiba jatuh di pipi mulusnya. Kyara tak lagi memakai riasan gelap di wajahnya, Bram sendiri tahu jika sang putri sering diperlakukan tak adil oleh putri tirinya. Namun, ia selalu tak memperhatikan hal tersebut. Bahkan ia tahu jika Kyara adalah gadis yang cantik dan baik hati, tapi sekali lagi egonya tak membuat ia melirik sang putri.
“Maaf.” Hanya kata ini yang keluar dari bibir pria itu. Penyesalan selalu datang terlambat, dan hal itu yang Bram rasakan sekarang. Kenapa ia membenci putri yang kecilnya karena ia berpikir bahwa penyebab kematian sang istri adalah ulah putrinya. Padahal dia telah berjanji kepada mendiang istrinya untuk menjaga sang putri, tapi nyatanya ia menelantarkan putrinya itu.
“Ck, yang benar saja.” Kyara memutar bola matanya jengah. Benci dengan semua perlakuan tidak adil yang gadis ini rasakan. Seperti halnya dirinya di masa lalu, selalu diabaikan oleh kedua orang tuanya. Hanya sang Kakek yang selalu memberikannya kasih sayang yang tak ia dapatkan dari orang tuanya karena semua kasih sayang itu tercurah hanya untuk adiknya semata.
“Kyara, apa tidak ada yang bisa Ayah lakukan untuk menebus dosa-dosa, Ayah?”
Suara Bram kembali terdengar yang membuat Kyara menghentikan langkahnya. Kemudian, berbalik. Ia menatap sang ayah sejenak, lalu berkata, “Ada, itu pun jika Anda ingin melakukannya?” tanya Kyara dengan sorot mata tenang. Ia tak menunjukkan emosi sedikipun. Namun, sebenarnya ia bersorak dia akan bertaruh apakah tua bangka di depannya ini akan melakukannya atau tidak.
“Apa itu? Kamu mau Emas, Berlian, mobil baru, rumah baru, villa?” tanya tuan Bram menawarkan semua kemewahannya. Namun, sayang sekali itu tidak berpengaruh kepada Kyara saat ini. “Ck, simpan saja harta tidak bergunamu, aku ingin Anda ....” Kyara menjedah sejenak. Kyara kembali menatap Bram dengan senyum misteriusnya.
“Ingin apa?” tanya Bram tidak sabaran. Ia sangat berharap bahwa ia dapat mengabulkan keinginan putrinya itu dengan demikian dirinya dapat menebus kesalahannya kepada sang putri.
“Aku ingin Anda mengusir Alexa dari sini,” jawab Kyara tenang. Ia menelisik perubahan emosi sang Ayah. Apakah ia akan mengusir putri tirinya itu atauka tidak. Jika, ia tak melakukannya maka pria ini benar-benar tak pantas untuk disebut sebagai seorang ayah.
“A-apa kamu sudah gila! Dasar anak sialan, dia itu saudara—” Kyara memang sudah menebak hal ini bahwa pria tua yang mengaku telah menyesal kembali memaki putri kecilnya. Hal ini, membuag hati Kyara sakit mendengarnya. Segitu tidak berhargakah dirinya.
“Ha ha ha!” Tawanya pecah, ia menatap pria paru baya itu dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tak ingin menangis hanya saja air mata itu keluar tanpa diminta. Berapa kuat mental gadis ini? Diperlakukan dengan tidak adil selama bertahun-tahun oleh orang yang harusnya sebagai pelindung dan tempat gadis itu berkeluh kesah.
“Jika Alexa yang menyuruhmu mengusirku, pasti Anda akan melaksanakannya dengan senang hati ‘kan? Tanpa mencacinya seperti Anda mencaciku. Sudahlah, aku ingin pergi saja dan ketika aku menikah aku tidak akan pernah melihat Anda walau sekalipun, urus saja anak kesayangmu itu.”
Kyara mengusap wajahnya yang telah basahi oleh air mata, kemudian berbalik pergi. Betapa sakitnya hati pemilik sebelumnya yang selalu diabaikan entah kenapa Kyara merasakannya juga betapa menderitanya Kyara. Memikirkam ini Kyara mengigit bibir bagian dalamnya menahan isak yang akan keluar. Dia kecewa terhadap sikap ayah Kyara yang sangat berlebihan.
“Ti-tidak mungkin,” jawab Bram mengelak. Dia sempat tersentak melihat mata putri kecilnya yang berkaca-kaca, dan penuh keputusasaan, melihat hal tersebut seperti ada ribuan jarum yang menusuk ulu hatinya.
Bram yang tersadar Kyara telah berbalik untuk pergi langsung mengejarnya, dan menahan pergelangan tangan Kyara yang membuat gadis itu tersentak. Kemudian, Kyara mencoba melepaskan cekalan sang ayah dari tangannya. Ia mentap manik teduh pria itu, lalu menunggu apa yang ia ingin katakan.
“Baik, Ayah akan mengusirnya setelah pernikahan mereka, Ayah tidak akan pernah memfasilitasinya lagi!” Bram berucap sungguh-sungguh lalu mentap wajah putri kecilnya yang sedikit terkejut. Dia tidak tahu apa yang putrinya itu pikirkan, ia berharap bahwa putrinya mau memaafkan dirinya. Dirinya tak masalah memutus hubungan dengan mereka karena merekalah yang membuat putri kecilnya begitu menderita sejak dulu.
“Itu terlalu lama, saya ingin Anda mengusirnya dan tidak mengakuinya lagi sebagai anak di hari pertunangannya, bagaimana?”
Kyara berucap pelan saat sekian lama terdiam. Ia menatap wajah sang Ayah yang menatapnya tanpa berkedip.
“Baiklah Ayah sanggupi, tapi kamu telah memaafkan Ayah bukan?” Bram kembali mentap putri kecilnya dengan penuh harapan yang terpancar dari balik mata teduhnya.
“Iya.”
Bram langsung saja merengkuh tubuh putri kecilnya. Hatinya mendadak ngilu saat menyadari putrinya yang begitu kurus. Padahal dia tetap memberikan gadis ini uang saku, tapi sang istri yang selalu mengontrol uang saku sang putri. Apakah ia tak memberikan Kyara uang saku? Bram merasa marah akan hal itu, nanti ia akan memberikan pelajaran kepada wanita itu.
Kyara yang mendapatkan pelukan tiba-tiba dari sang Ayah mendadak kaku. Namun, sedetik kemudian tubuhnya mulai rileks karena baru kali ini ia mendapatkan pelukan hangat seorang ayah yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya.
‘Ini hanya permulaan untuk menghancurkan kalian semua. Kau tenang saja Kyara aku akan membalas rasa sakitmu sesegera mungkin,' ujar Kyara dalam hati. Dirinya telah bertekad untuk menghancurkan mereka semua.
“Baiklah Ayah. Kalau begitu Kyara pergi dulu.” Kyara melepaskan pelukannya dengan gerakan perlahan kemudian menatap Bram yang juga menatapnya lembut. Pandangannya telah berubah yang dulunya jijik sekarang berubah menjadi tatapan yang begitu Kyara rindukan.
“Hm, hati-hati ya, Sayang. Apakah kau ingin menggunakan mobil? Ini kuncinya.” Bram memberikan kunci mobil bermerk audy yang membuat Kyara diam sejenak sebelum mengambilnya.
“Terima kasih Ayah. Kyara pergi dulu,” ucap Kyara santai kemudian melenggang pergi meninggalkan Bram yang tersenyum kecil melihat kepergian Kyara.
Seharusnya sejak dulu ia melakukan ini. Bukan hanya memberikan kehidupan yang layak kepada putri tirinya. Namun, dia juga harus berlaku adil dengan mereka semua. Setelah itu, Bram kembali ke ruang kerjanya untuk mengambil berkas yang tertinggal.
Setelah mendapatkan kejutan yang sangat membahagiakan Al tak henti - hentinya tersenyum walaupun hanya senyum tipis yang membuat semua karyawan meleleh karenanya. "Feb, jam berapa saya akan bertemu dengan dia?" tanya Al dengan menekan kata dia pada ucapannya. "Saat jam makan siang," jawab Febian sekertaris sekaligus tangan kanan Al. "Baiklah, kau sudah menemukan bukti-bukti yang akan menyudutkannya?" tanya Al lagi dengan seringaian yang tersunging di bibir tipisnya. "Sudah, saya pastikan dia tidak bisa berkutik," tutur Febian ikut tersenyum. 'Tunggu dan lihat saja, ini sangat menyenangkan.' *** Di sebuah kamar nan mewah terlihat seorang wanita yang sedang memerah menatap layar monitor komputer. Entah apa yang dia lihat sehingga menimbulkan fantasi aneh di sekitarnya. "Ah, ya ampun Al kau membuatku bergairah," ujar wanita itu yang tak lain dan tak bukan adalah Tessa saudari kandung dari Kyara. Tessa menatap layar monitor komputer yang menampakkan tubuh atletis Al yang dibalut ja
Al mengeram frustasi akibat apa yang dia alami. Lama berdiam diri mengontrol emosinya benda pipih di sampinya yang tadi sempat ia lempar kini berdering. Langsung saja Al mengambil benda pipih persegi empat itu untuk mejawab telepon yang masuk. "Iya, apa kau sudah mendapatkan kabarnya?" tanya Al to the point. "Ck, kenapa kerja kalian tidak ada yang becus." Setelah mengatakan hal itu Al mematikan telephone sepihak. Mengacak rambutnya frustasi karena tidak bisa mendapatkan kabar tentang sang istri. Sementara itu, ada tatapan khawatir yang menatapnya dari kejauhan. Jam sudah menunjukkan 11 : 57 dan Al belum beranjak dari sofa itu. Seketika lampu padam tidak ada penerangan di ruangan itu. Al mencoba mencari ponselnya sebagai penerangan. Belum lagi Al mengambil ponselnya di depan sana sudah ada cahaya temaran dari arah dapur. Di tengah ruangan lilin kecil menyala satu persatu hingga membentuk kata 'Happy Berstday Al' melihat hal itu Al baru paham belum lagi Al sempat tertegun. Semua lampu
Arkg! “Kenapa bisa begini!” Seorang pria tampan menggeram frustasi di ruangannya. Pria itu mengamuk karena semua penginvestasi menolak bekerjasama dengan perusahaannya lagi. Jadi, perusahaannya berada dalam masa yang sulit. Tok! Tok! Tok! “Masuk!” seru Daniel. Ya, pria itu adalah Daniel mantan kekasih dari Kyara di masa lalu. Sepertinya Al dan Kyara telah bergerak—Daniel akan mendapatkan hukuman berat karena telah mengkhianati Kyara di masa lalu. Masuklah seorang wanita yang merupakan sekertaris Daniel, seperinya dia ingin melaporkan sesuatu kepada atasannya. “Maaf Pak,” ujar sekertaris Daniel dengan hati-hati karena ia tahu suasana hati bosnya tidak dalam kondisi yang baik. “Iya, ada apa Bella?” tanya Daniel to the point. “Begini Pak, perusahaan TU Company menerima bekerjasama dengan Anda dengan syarat Anda mau bertemu dengan pemimpin dari TU Company,” jelas wanita itu yang bername tag Bella. Bagaikan d
“Alfiano Arga Dinata, CEO INC Group. Pria muda berumur 28 tahun ini sukses membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan.” Tessa membaca profil Al. Ia sudah jatuh cinta pada pria itu pada saat bertemu di mall kemarin.‘Oh, beruntung sekali aku jika bisa bersading dengannya masih muda, tampan dan yang lebih penting sukses. Al tidak ada tandingannya. Apa lagi ANS Grub dalam masa yang sulit saat ini tiba-tiba saham turun drastis walaupun itu perusahaan Kakakku yang bodoh, tapi masa bodohlah aku tidak ingin ambil pusing yang terpenting aku harus bisa menarik perhatian Al,’ pikir Tessa berfantasi sendiri mengenai Al. Pikirannya telah kacau akibat fantasi liar yang ia ciptakan sendiri. Tidak mengetahui bahwa Al sendiri tak terlalu menempatkan dirinya di pandangan Al.Tessa yang sedang berfantasi tentang Al. Sosok tampan itu sekarang malah memandang sosok jelita di sampingnya.Menurut Al, Kyara adalah anugrah terin
“Ada apa ini?” Terdengar sebuah suara bas nan seksi menghentikan pembicaraan mereka.Tessa tertegun menatap sosok tampan di depannya itu.‘Omg! Tampannya, Daniel saja akan kalah dengan ketampanan pria ini. Astaga! Dia ... dia adalah Alviano Arga Dinata dari INC Group. Ternyata aslinya sangatlah tampan,’ ujar Tessa membatin. Netranya menatap Al dengan sangat intens seakan jika ia berkedip, maka Al akan hilang dari pandangannya.“Dady!” teriak Angel yang langsung membuyarkan fantasi Tessa tentang Al. Angel langsung saja memeluk sang dady di hadapan semua orang.Orang-orang yang melihat kedatangan salah satu pengusaha sukses itu lantas memotretnya. Blis camera mengenai sosok mereka tanpa jedah. Tempat itu, semakin ramai sejak kedatangan Al.Al langsung saja mengkode Febian agar membubarkan massa tersebut yang mulai menatap mereka penuh minat.Sedangkan Tessa dibuat terkejut, karena
Bias cahaya matahari tampak malu-malu memasuki kuseng-kuseng jendela sebuah kamar. Di sana dua insan masih terlelap dalam tidurnya. Jam pada dinding kamar sudah menunjukkan pukul setegah tujuh. Namun, masih belum ada tanda-tanda dari kedua insan itu untuk bangun. “Engh ...!” Lenguhan kecil keluar dari bibir sang wanita. Perlahan, tapi pasti matanya mulai mengerjap ‘tuk menyesuaikan cahaya yang masuk di netranya. Pupil mata yang berwarna coklat terang itu menyapa dunia, bulu matanya yang lentik tampak bergerak-gerak tak kala anila menerpanya. Wanita itu bernama Kyara Angela Wijaya—pandangannya menyapu area kamar. Sampai tatapannya jatuh pada seorang pria tampan berkulit putih dan memiliki rambut hitam legam yang sehalus sutra. Kyara menyelusuri wajah suaminya yang tanpah celah itu. Suami? Ya, mereka telah menikah lima tahun lalu. Di mana sebuah insiden berdarah terjadi yang membuat hari bahagia itu menjadi hari yang penuh