Share

Bab 4 Panggilan Ke Ibu Kota

last update Last Updated: 2024-11-18 22:26:06

Tiga hari telah berlalu, Ye Xuanqing masih tetap berada di Kota Shinjing bersama dengan para rombongan pemburu siluman. Saat ini dia tengah duduk di halaman kediaman, Xuanqing tampak sangat santai dan nyaman berada di kota kecil tersebut.

"Adipati!"

Satu panggilan dari Fen Rou membuat Xuanqing menolehkan kepalanya. "Ada apa?" Tanyanya dengan nada yang datar.

Fen Rou mendekat, dia memberi salam terlebih dahulu dengan menangkupkan kedua tangan lalu membungkukkan badannya. Itu sudah menjadi tradisi yang dilakukan secara turun-temurun, lebih-lebih lagi Fen Rou adalah bawahan Keluarga Ye.

"Saya sudah mendengar dari para pelayan di kediaman ini. Kabarnya anda memanggil perempuan itu dengan sebutan istri. Apa itu benar Adipati?" Tanya Fen Rou yang terkesan menyelidik.

Xuanqing menatapnya datar, dia tidak merasa bersalah atas tindakannya. "Itu benar," jawabnya.

"Tapi kenapa Adipati? Bukankah anda sudah melakukan kebohongan besar di sini. Bagaimana anda akan menjelaskan ini pada Tuan Besar, dan apa yang akan anda katakan dihadapan Kaisar?" cecar Fen Rou yang sebenarnya sangat khawatir pada sang Adipati Muda.

"Singkat saja Fen Rou, semua yang aku lakukan disini untuk kepentingan pribadi. Perihal bagaimana aku menjelaskan pada ayah dan juga Kaisar itu akan menjadi tanggungjawab ku. Tugas mu dan yang lain hanya mengikuti apa yang aku katakan," jelas Xuanqing dengan tegas.

"Tapi Adipati —"

"Cukup Fen Rou! Tutup saja mulutmu, dan jaga agar tidak ada yang curiga atas perbuatan ku. Juga jangan sampai Jinsi tahu kalau aku adalah pemburu siluman," imbuh Xuanqing lagi.

Kening Fen Rou berkerut dalam, untuk apalagi kebohongan yang disiapkan sang Adipati itu sebenarnya.

"Adipati, apa perempuan yang anda bawa itu adalah orang yang berbahaya bagi pemburu siluman. Jadi anda menyembunyikan identitas itu?" Tanya Fen Rou lagi.

"Entahlah, ku rasa tidak. Tapi perempuan mana yang akan tenang jika tinggal bersama dengan pemburu siluman seperti ku?" Xuanqing malah balik bertanya.

Fen Rou paham akan hal itu, setiap perempuan pasti akan merasa cemas jika anggota keluarga mereka merupakan seorang pemburu siluman. Di seluruh daratan timur, keselamatan pemburu siluman memang tidak bisa dipastikan.

Setiap kali ada serangan siluman atau iblis, para pemburu siluman itu pasti akan dipanggil untuk menangani krisis. Hanya saja siapa yang akan bertanggungjawab atas nyawa mereka?

Kekaisaran Sheng memang memberikan gaji yang cukup besar bagi para pemburu siluman. Jika pun mereka mati, keluarga pasti akan mendapatkan kompensasi yang cukup besar. Tapi tetap saja nyawa seseorang jauh lebih penting dari uang.

"Aku membutuhkan Jung Jinsi agar bisa tinggal lebih lama di sini. Lagi pula selama berada di Ibu Kota, aku merasa sesak. Ibu Suri selalu menempatkan para mata-mata di sekitarku," ucap Xuanqing dengan jujur.

Fen Rou bisa sedikit memahami apa yang sebenarnya direncanakan oleh Adipati Muda. Dia hanya mengangguk patuh sebagai bentuk dukungan penuh.

"Saya mengerti Adipati," balasnya.

Di saat yang sama Jinsi dibantu dengan pelayan tengah berjalan-jalan. Setiap pagi perempuan itu memang dianjurkan untuk berjalan-jalan agar dia bisa bergerak sendiri. Itu akan membantu membuatnya pulih dengan cepat.

"Adipati, perempuan itu?" Fen Rou berujar ketika melihat Jinsi berjalan mendekat ke arah mereka.

Xuanqing memberikan tatapan tajam pada Fen Rou. "Panggil dia Nyonya Muda. Ingat Fen Rou, Jinsi adalah istri Ye Xuanqing!" Tegasnya.

Fen Rou langsung mengangguk patuh, dia tidak berani menatap ke arah Xuanqing atau Jinsi. Penasehat itu hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Pelan-pelan Jinsi," ucap Xuanqing dengan lembut.

Pria itu juga menyambut baik kedatangan Jinsi yang masih berjalan dengan tertatih-tatih. Tangannya dengan sigap mengambil alih untuk membantu Jinsi berjalan.

"Xuanqing maaf mengganggu mu," ucap Jinsi pelan. Dia juga ragu-ragu melihat ke arah pelayan dan juga Fen Rou yang ada didekatnya.

Merasa kalau Jinsi tidak terlalu nyaman, Xuanqing pun paham. Dia segera memberi kode pada pelayan dan juga Fen Rou agar mereka sedikit menyingkir untuk memberi ruang padanya dan Jinsi.

"Ada apa istriku, kau membutuhkan sesuatu?" Tanya Xuanqing sembari menggandeng tangan Jinsi agar duduk di sebuah kursi yang tadi sempat dia duduki.

Jinsi menggeleng pelan, matanya begitu berbinar ketika melihat Xuanqing. "Tidak ada, hanya saja aku tidak banyak mengenal orang disini. Jujur, aku merasa kurang nyaman jadi aku datang padamu untuk bertanya beberapa hal."

"Katakan saja apa yang ingin kau tanyakan, kau bisa langsung bertanya padaku." Xuanqing berusaha tenang, padahal dia sudah cukup was-was ketika Jinsi berniat mengajukan pertanyaan.

"Aku tidak mengingat apapun tentang diriku kecuali nama. Jadi karena kau bilang kita suami-istri, ku pikir kau adalah orang yang paling mengenalku dengan baik di kediaman ini. Xuanqing, bisakah kau menceritakan tentang diriku?" tanya Jinsi dengan penuh harap.

Xuanqing menegang sejenak, ini adalah hal yang paling dia takutkan sejak kemarin. Meski begitu dia segera memasang wajah yang penuh kasih dan juga tenang.

"Ah rupanya itu yang ingin kau tahu, dengar istriku. Kau adalah perempuan paling cantik yang aku nikahi dari keluarga bangsawan di Kota Heyan. Kedua orang tuamu adalah pedagang rempah-rempah, dan kau mengikuti ku ke tempat ini sebagai pendamping hidup serta menantu perempuan Keluarga Ye."

Jinsi diam dia berusaha mencerna kata-kata Xuanqing dengan baik. Perempuan sebaik itu harus menelan mentah-mentah segala ucapan yang keluar dari mulut Xuanqing, meski itu ucapan yang diragukan kebenarannya.

"Apa kau ingin tahu hal lain lagi istriku?" tanya Xuanqing hati-hati.

"Untuk sementara ini tidak ada," balas Jinsi dengan senyuman manis.

Xuanqing mengangguk paham, disaat yang sama dari arah pintu masuk kediaman datang seorang pria yang Xuanqing cukup percaya datang dengan tergesa-gesa.

"Salam, Adipati Muda!" pria berhanfu hitam itu segera membungkukkan badannya memberi salam.

Xuanqing menerimanya dengan anggukan kepala. "Ya, ada apa Ming Tian?" tanyanya.

"Adipati, ada perintah dari kekaisaran. Saat ini anda diminta segera menghadap Ibu Suri," ucap pria bernama Ming Tian yang merupakan tangan kanan Xuanqing itu.

Sang Adipati mengeraskan rahangnya menahan diri untuk tidak meluapkan emosinya hari ini. Terutama didepan Jinsi yang tidak tahu apa-apa. Xuanqing kira, mengirimkan utusan untuk menyampaikan bahwa perburuan siluman di Gunung Jiaguan telah selesai akan menuntaskan pekerjaan. Nyatanya Xuanqing masih saja dikejar-kejar untuk menjelaskan sendiri apa yang terjadi di gunung yang merupakan pemukiman siluman terluas itu.

"Ini masalah tempo hari?" tanya Xuanqing merujuk pada pemburuan siluman. Dia tidak bisa bicara terbuka dihadapan Jinsi saat ini.

Ming Tian yang sudah tahu situasinya pun mengangguk membenarkan. Sang tangan kanan tentu mengikuti alur sandiwara Xuanqing dengan baik.

"Benar Adipati," jawabnya.

Xuanqing menghela nafas berat, "Hah! Aku memang tidak bisa menghindar dari masalah selamanya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 112 Kekhawatiran sang Kepala Keluarga Ye

    Jung Jinsi dan Jing Qian berdiri menghadap sang Tuan Besar keluarga Ye, Ye Qingyu. Pria yang tak lagi muda itu berulagkali menghela nafas panjang. Sang Tuan Besar memang tengah duduk dengan the hiaju yang mengepul hangat dicangkirnya.“Jinsi, aku tahu niatmu baik. Tapi aku juga tidak mungkin mengizinkan mu pergi tanpa pengawasan disaat seperti ini.” Ye Qingyu berkata dengan tenang, namun jelas ada nada kekhawatiran yang dai sembunyikan.“Tuan Besar, apa anda lupa jika aku bukan manusia? Aku siluman rubah ekor sembilan, kekuatan ku cukup untuk melindungi diri,” jawab Jung Jinsi yang jelas keras kepala.“Aku tahu bagaimana kekuatan mu sebagai siluman, tapi aku mengatakan ini bukan bermaksud meremehkan kekuatan mu. Aku mengatakan ini karena aku tahu, akan jadi seperti apa putraku jika perempuan yang dia cintai pergi tanpa pengawasan di saat genting seperti in. lagi pula yang akan kau temui adalah siluman mimpi buruk Lu Sangyun.” Ye Qingyu menatap dalam-dalam ke arah Jung Jinsi dan Jing Q

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 111 Segel Darah

    Ye Xuanqing berjalan dengan langkah yang lebar-lebar saat dia meninggalkan paviliun angin timur, tempat ibu suri diasingkan. Begitu dia keluar, sang Adipati langsung menghela nafas panjang. Tampak sekali lelah setelah mengintrogasi Ibu Suri, Zhao Weini. "Bagaimana Adipati? anda dapatkan sesuatu?" tanya Ming Tian yang lekas berdiri dan menghampiri rekan kultivasinya. Ye Xuanqing diam sejenak, dia mengeraskan rahangnya. Menahan emosi yang membuncah dalam dadanya. "Wanita tua itu jelas masih memiliki rahasia lain dalam rencananya, dan kali ini masalahnya melebar ke mana-mana. Ibu Suri tidak hanya menargetkan Kaisar Zhao Yun Taek!" desis Ye Xuanqing. Kemudian sebuah cahaya muncul di udara dan mendekat ke arah sang Adipati Muda. Ye Xuanqing tahu kalau itu adalah jimat pengirim pesan yang ditujukan padanya. Tanpa banyak bicara Adipati itu langsung menengadahkan tangannya, bersiap menerima jimat tersebut. Ketika cahaya mengenai telapak tangan Ye Xuanqing, seketika ada gu

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 110 Interogasi Ibu Suri

    Gerbang istana dibuka perlahan, Ye Xuanqing bersama dengan Ming Tian dan Fen Rou masuk ke dalam istana sembari menunggang kuda. Barulah saat berada di halam istana, mereka turun dari kuda masing-masing dan menyerahkannya pada penjaga yang ada.Tugas utama sang adipati muda hari ini adalah melihat dan mengintrogasi sendiri Ibu Suri, Zhao Weini. Wanita tua itu sudah terlalu lama diam, dan kekaisaran perlu jawabannya untuk memeberikan hukuman dan menyelesaikan masalah dengan tuntas.“Kita langsung pergi ke paviliun angin timur, Ibu Suri diasingkan di sana saat ini adipati.” Ming Tian berujar pelan, dia memang tahu kondisi terkini dari sang pelaku utama kerusuhan di kekaisaran itu.Ye Xuanqing melirik sekilas ke arah Ming Tian yang memang berjalan dibelakangnya lalu mengangguk. “Ya, kita langsung pergi ke sana sekarang.”Namun baru saja hendak berbelok di koridor, sosok Putri Daiyan sudah muncul. Perempuan itu masih ditemani oleh dua pelayan muda dibelakangnya.“Adipati Ye!” panggil Zhao

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 109 Musuh yang mengetuk pintu

    Cahaya mentari menyelinap lewat celah kisi-kisi jendela, memantul lembut di atas lantai batu giok yang mengilap. Di paviliun utama, aroma teh qianye baru saja dituangkan oleh pelayan.Di kursi kehormatan duduk Ye Qingyu, pemilik wajah tenang namun berwibawa. Pakaiannya sederhana, namun dari cara duduk dan tatapan matanya, jelas bahwa ia adalah seorang yang terbiasa memimpin medan tempur.Di hadapannya duduk Mu Wangyan, Komisaris Perfektur Shinjing. Lelaki itu tampak santun, mengenakan jubah hitam bersulam perak khas pejabat tinggi. Matanya sempit, senyumnya tipis dan tidak pernah benar-benar sampai ke mata.“Sejak kapan komisaris perfektur, Kota Shinjing memiliki hubungan dengan Tuan Besar Ye?” Jung Jinsi yang duduk di sudur paviliun bertanya pada dirinya sambil menyuap buah kering pelan-pelan, seolah tak ikut dalam pembicaraan. Namun dari matanya yang terfokus dan telinganya yang tajam, ia sudah waspada sejak pria itu masuk. Ada semacam tirai tipis yang menghalangi dirinya, sehingga

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 108 Penghianat Kekaisaran

    Langit di atas Ibukota tampak lebih gelap dari biasanya, meski tak ada badai. Angin yang bertiup terasa membawa aroma darah dan dupa. Di kediaman Ye, suasana terasa tegang. Para pengawal berjaga dua kali lipat, dan paviliun belakang tempat Xuanqing dan Jinsi tinggal dijaga ketat oleh barrier spiritual. Hari ini adalah hari ke-7 pasca serangan yang dilakukan oleh Ye Xuanqing dan Jung Jinsi ke istana. Setelah hari itu, tidak ada tanda-tanda pergerakan apapun. Selain itu Ibu Suri juga bungkam, meski sudah diinterogasi. Di ruang utama, Ye Xuanqing menatap peta yang terbentang di hadapannya. Di sampingnya berdiri Jinsi, masih pucat tapi tekad di matanya tak pernah surut. Di seberang meja berdiri Ming Tian, Fen Rou, dan Jing Qian, masing-masing dengan ekspresi murung. “Ada yang janggal,” gumam Jing Qian, melipat lengannya. “Formasi pemecah jiwa itu terlalu rumit untuk dibuat hanya oleh Ibu Suri dan dua siluman." “Benar,” sahut Ye Xuanqing. “Menurut dokumen yang ditemukan di balik d

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 107 Merusak Formasi Pemecah Jiwa

    Kabut kelabu menyelimuti tembok tinggi istana barat. Di bawah cahaya bulan yang tertutup awan, dua sosok melintas cepat di antara bayangan tembok. Ye Xuanqing mengenakan jubah pemburu berlapis perak, pedang Huoguang miliknya tergantung di pinggangnya. Sementara di sisinya, Jung Jinsi menyatu sempurna dalam gelap, rambut hitam panjangnya disembunyikan di balik penutup kepala hitam. Suara gemerisik langkah mereka nyaris tak terdengar. Mereka menyusup dari gerbang air bawah, melewati lorong rahasia yang hanya diketahui oleh mereka yang pernah hidup di dalam istana. “Sudah lama sejak aku masuk dari jalur ini,” bisik Jung Jinsi pelan, matanya menyipit menatap lengkung lorong batu. "Terakhir kali aku masuk, untuk mencari informasi tentang Ibu Suri. Ye Xuanqing menoleh sekilas. “Dan sekarang kita masuk lagi lewat sini untuk menggagalkan semua rencana wanita tua itu!" "Karena itu, kita harus melakukan yang terbaik. Jangan sampai usaha kita gagal," balas Jung Jinsi dengan wajah y

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 106 Bersandar Pada yang Terkasih

    Ye Xuanqing duduk dengan tenang, mengenakan jubah panjang warna arang dengan bordiran awan perak di tepinya. Wajahnya teduh, namun ada gurat berat yang tak tersembunyi di matanya. Di hadapannya, Jung Jinsi duduk dengan tubuh sedikit condong ke depan, menyandarkan dagu di tangannya.“Kau diam sejak bertemu dengan Putri Daiyan," ucap Jinsi pelan, matanya menatap pria itu dengan lembut. “Apa sang Putri Daiyan berkata sesuatu yang tak kau suka?” tanyanya pelan. Ye Xuanqing tak langsung menjawab. Ia menatap cangkir teh yang belum disentuh, lalu menghela napas. “Bukan dia yang jadi masalah. Tapi kabar yang dia bawa.”Jinsi mengangkat satu alis. “Pasti ini sesuatu dari Ibu Suri?” tebaknya dengan wajah yang serius. Ye Xuanqing menoleh padanya, lalu mengangguk samar. "Ibu Suri sudah bertindak terlalu jauh, bahkan sebelum kita bisa menerka apa saja yang dia perbuat.""Apa yang dia lakukan sebenarnya?" Jung Jinsi mendekat, semakin dekat dengan Ye Xuanqing dan menggenggam tangannya erat. "Form

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 105 Benang Merah Tragedi

    "Apa?" Ye Xuanqing masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan. Namun sorot mata Zhao Yun Mei tidak menunjukkan kebohongan, hanya ada keteguhan yang coba dia tunjukkan saat ini. "Seharusnya Zhao Weini, ibu ku hanya selir agung. Tapi karena kematian permaisuri sebelumnya dia menduduki posisi permaisuri itu dengan berat. Kaisar ke-7 mendesak ibu untuk memberi penerus tahta, tapi dia tak kunjung dikaruniai keturunan." Ada jeda yang cukup lama saat Zhao Yun Mei menjelaskan masa lalu keluarga Kekaisaran Sheng. Fakta masa lalu yang dilupakan oleh rakyat, atau justru kabarnya tidak dibiarkan keluar dari dinding istana. "Ibu ku frustasi, dia tertekan dari berbagai sisi. Bahkan pria yang seharusnya menjadi tempatnya bersandar malah memberikan luka dan tekanan yang luar biasa hebat. Karena dibutakan oleh luka dan keserakahan, Ibu akhirnya pergi ke pegunungan barat bertahun-tahun lalu sebelum kakak ku lahir." Mata Ye Xuanqing membulat sempurna mendengar itu semua, Zha

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 104 Konspirasi Manusia & Siluman

    Pagi hari menyapa dengan sinar matahari hangat yang menembus celah pepohonan. Di sebuah tempat perlindungan sederhana dekat mata air yang ada di gunung belakang kediaman keluarga Ye. Ye Xuanqing duduk bersandar di pohon, sementara Jung Jinsi menyeduh teh. Jing Qian tengah memeriksa formasi pelindung di sekitar tempat itu, dan Fen Rou membersihkan bilah belatinya. Ming Tian duduk di atas batu besar, menatap langit dengan ekspresi tenang. "Apa yang kita berlima hadapi semalam pasti sebuah konspirasi besar," ucap Ye Xuanqing membuka percakapan dengan topik yang berat. Namun semuanya langsung mengangguk, tanggap atas apa yang dibicarakan sang Adipati Muda. Ming Tian yang semula menatap langit, perlahan beralih pada rekan kultivasinya. "Dia adalah tangan kanan Hei Lian Hua, dan mereka berada di pihak Ibu Suri. itu semua sudah jelas!" "Tapi aku tidak bisa percaya kalau Lu Sangyun dan Hei Lian Hua sepenuhnya berpihak pada wanita tua itu. Siluman seperti mereka sangat sulit untuk diajak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status