공유

Fokus Ke Anak

작가: YuRa
last update 최신 업데이트: 2025-06-05 21:30:17

"Apakah Esti memaafkanmu?" Fahmi menatap langsung ke matanya.

"Aku nggak tahu…" jawab Haris lirih. "Dia kelihatan tenang. Tapi dingin. Susah ditebak.”

"Itu dia. Kalaupun dia sudah memaafkan kamu, bukan berarti dia mau kembali ke hidup yang sama. Mungkin dia sudah berdamai dengan sakitnya. Tapi bukan berarti dia mau jatuh ke lubang yang sama."

Haris terdiam. Lalu mengangguk pelan.

"Jadi aku harus gimana?"

"Fokus ke anak-anakmu dulu. Buktikan kamu ayah yang bisa mereka percaya lagi. Bukan dengan kata-kata, tapi dengan waktu, perhatian, konsistensi. Syukur-syukur nanti, kalau Esti lihat kamu beneran berubah... mungkin pintu itu kebuka sedikit.”

Fahmi menepuk pundak Haris.

"Tapi kalau kamu buru-buru berharap cinta dari Esti lagi, kamu akan jatuh kecewa. Sembuhkan dulu hubunganmu sebagai ayah. Baru pikirkan hubunganmu sebagai suami."

Haris menatap keluar jendela. Jalanan sore itu ramai, tapi hatinya perlahan menemukan arahnya. Ia siap menempuh jalan panjang itu, meski harus sendiri, dan ta
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터
댓글 (2)
goodnovel comment avatar
Diana Susanti
hahaha............ maka pikiran nya si indah senang mau indehoi haris minta karena habis di kirimi video atau foto laknat alias telanjang,,, ternyata malah di talak,,,,
goodnovel comment avatar
Dyah Wiryastini
Tumben tegasss
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Merasa Jadi Korban

    Sore itu, rumah Bu Ratna terasa sunyi. Biasanya Haikal menangis atau Indah sibuk mengomel. Tapi sejak kepergian Haris tadi siang, suasana jadi berbeda. Ada yang runtuh, bukan hanya hubungan, tapi juga harga diri dan harapan.Indah duduk di kamar, memeluk Haikal tanpa suara. Matanya sembab, wajahnya kusut, dan pikirannya kacau. Tangannya menggenggam ponsel, menatap pesan terakhir Haris yang singkat: "Kita selesai. Maaf.""Dia benar-benar pergi..." gumam Indah lirih.Bu Ratna masuk pelan, membawa segelas susu hangat."Minum dulu, Nak," ujarnya lembut.Indah tak menjawab. Ia hanya menatap kosong."Ibu nggak nyalahin kamu, Indah. Tapi kamu harus kuat. Sekarang kamu harus pikirin Haikal. Jangan terus berharap sama Haris.""Aku bodoh ya, Bu?""Kamu salah pilih jalan. Tapi bukan berarti hidupmu selesai."Pak Burhan yang mendengar dari ruang tamu hanya menghela napas panjang. Ia tahu, sejak awal ia sudah menentang hubungan Indah dan Haris, tapi kini segalanya sudah telanjur."Apa kata tetangg

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Fokus Ke Anak

    "Apakah Esti memaafkanmu?" Fahmi menatap langsung ke matanya."Aku nggak tahu…" jawab Haris lirih. "Dia kelihatan tenang. Tapi dingin. Susah ditebak.”"Itu dia. Kalaupun dia sudah memaafkan kamu, bukan berarti dia mau kembali ke hidup yang sama. Mungkin dia sudah berdamai dengan sakitnya. Tapi bukan berarti dia mau jatuh ke lubang yang sama."Haris terdiam. Lalu mengangguk pelan."Jadi aku harus gimana?""Fokus ke anak-anakmu dulu. Buktikan kamu ayah yang bisa mereka percaya lagi. Bukan dengan kata-kata, tapi dengan waktu, perhatian, konsistensi. Syukur-syukur nanti, kalau Esti lihat kamu beneran berubah... mungkin pintu itu kebuka sedikit.”Fahmi menepuk pundak Haris."Tapi kalau kamu buru-buru berharap cinta dari Esti lagi, kamu akan jatuh kecewa. Sembuhkan dulu hubunganmu sebagai ayah. Baru pikirkan hubunganmu sebagai suami."Haris menatap keluar jendela. Jalanan sore itu ramai, tapi hatinya perlahan menemukan arahnya. Ia siap menempuh jalan panjang itu, meski harus sendiri, dan ta

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Pesan Dari Indah

    Supermarket sore itu cukup ramai. Esti berjalan menyusuri lorong-lorong rak dengan tenang, satu per satu mencentang daftar belanjaan di ponselnya. Ia berhenti di bagian susu dan bahan kue, lalu melanjutkan ke bagian kebutuhan harian.Ia sempat berhenti lebih lama di rak minyak goreng, berpikir keras karena harga yang naik. Saat itulah, tanpa sengaja troli yang ia dorong menabrak troli lain dari arah berlawanan."Maaf..." kata Esti sambil reflek menunduk sopan.Tapi ketika ia menegakkan kepala, napasnya sedikit tercekat.Di depannya berdiri seorang perempuan paruh baya yang tampak sedikit kaget, Bu Ratna, ibunya Indah.Untuk beberapa detik, keduanya saling menatap dalam diam. Esti mencoba tersenyum kecil, sopan. Tapi hatinya berdegup lebih cepat. Matanya sempat melirik ke dalam troli Bu Ratna, ada beberapa diapers, susu formula bayi, dan perlengkapan lain yang jelas bukan untuk orang dewasa."Oh... Esti." Bu Ratna membuka suara lebih dulu, nadanya datar, tapi tidak menyerang."Iya, Bu.

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Takut Kecewa Lagi

    Pagi itu langit cerah, embun masih menempel di dedaunan. Esti berdiri di dapur sambil merapikan roti isi dan potongan buah ke dalam tiga kotak bekal. Sesekali ia menoleh ke arah jam dinding, memastikan semuanya tidak terlambat."Ais, jangan lupa tempat minummu!" teriaknya ke ruang tengah."Iya, Bu!" sahut Ais riang.Mei yang sudah berpakaian rapi duduk di kursi, mengenakan headset, tampak cuek namun sesekali melirik bekalnya dengan cepat. Ia tidak berkata apa-apa, tapi diam-diam memperhatikan sang Ibu yang tak pernah lalai menyiapkan semuanya.Tiba-tiba, suara mobil terdengar berhenti di depan rumah. Deru mesinnya dikenali Ais seketika. Ia langsung melesat ke pintu depan, membuka lebar-lebar dan berteriak penuh semangat."Ayah?! Mau mengantar Ais ke sekolah ya?"Di depan pagar, Haris berdiri sambil tersenyum, mengenakan pakaian kerja dan sepatu yang masih bersih. Di tangannya tergenggam kunci mobil."Iya, mau antar Ais dan Mbak Mei juga."Mei yang mendengar dari ruang tengah langsung

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Pembalasan Yang Sempurna

    Langit sudah mulai berwarna jingga ketika Esti melirik jam tangan. Ais masih berceloteh dengan Erlin, sementara Mei duduk tenang di sisi sofa, lebih banyak diam tapi tak lagi terlihat enggan."Kita pulang ya," ujar Esti pelan, cukup untuk didengar anak-anak. Ais langsung memekik kecewa."Yah, padahal Ais masih mau main!"Esti tersenyum sambil mengelus rambut putrinya. "Lain kali kita ke sini lagi."Haris bangkit berdiri. "Aku antar sampai mobil," katanya ragu-ragu, menatap Esti sejenak, lalu beralih pada anak-anak.Mei berdiri duluan. Tak ada pelukan, tapi ia tidak menjauh saat Haris berdiri di dekatnya. Sebuah kemajuan kecil yang dirasakan semua orang di ruangan, meski tak ada yang mengucapkannya.Ais langsung memeluk Haris. "Ayah, lain kali ikut ke mall, ya!""Insya Allah," jawab Haris, suaranya parau. Ia mengelus kepala Ais dengan lembut, seolah menanamkan semua rasa rindunya ke dalam gerakan itu.Di depan rumah, angin sore berembus ringan. Langit perlahan berubah gelap. Haris memb

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Menyambung Kembali

    Di ruang tengah yang sedikit lengang, Haris duduk di ujung sofa, tubuhnya sedikit condong ke depan, mencoba menyamakan tinggi mata dengan Mei yang duduk di karpet sambil tetap menatap ponselnya. Ais sudah berlari ke dapur mencari ibunya, menyisakan keheningan canggung antara ayah dan anak sulungnya.Haris menghela napas pelan. "Mei… kabarmu baik?" suaranya pelan, seperti takut mengejutkan.Mei tidak langsung menjawab. Hanya ada desisan halus dari gesekan jari di layar ponsel."Kamu… udah kelas berapa sekarang?" tanya Haris lagi, mencoba yang lebih ringan. Mei mengangkat bahu tanpa menoleh. "Delapan."Sebenarnya ia tahu kalau Mei kelas delapan, ia hanya ingin mendengar suara Mei. Satu kata, tapi cukup untuk membuat dada Haris menghangat. Ia tersenyum kecil, seolah baru diberi hadiah langka. Selama ini, Mei bahkan tak mau menatapnya."Kelas delapan, ya. Bentar lagi kelas sembilan, terus SMA."Mei tak menjawab. Tapi kali ini, ia menghentikan sejenak gerakan jarinya di layar. Sebuah isyar

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status