Share

Masih Menggantung

Author: YuRa
last update Last Updated: 2025-05-04 20:23:25

“Apa Esti sudah mengurus perceraian?” tanya Dewi tiba-tiba, nadanya datar tapi menusuk.

Haris menggeleng pelan. “Belum.”

“Mungkin Esti malas mengurusnya,” lanjut Dewi, “atau... mungkin juga dia sengaja. Dia ingin menggantung pernikahanmu dengan Indah. Supaya nggak bisa dicatat negara. Biar kamu dan Indah tetap dalam bayang-bayang.”

Haris terdiam. Kalimat itu seperti membangunkan kecemasan yang selama ini ia abaikan. Ia tahu Esti bukan tipe perempuan yang melakukan sesuatu secara gegabah. Tapi... menggantung pernikahan? Bisa jadi itu bentuk perlawanan paling sunyi dari istri sahnya.

“Lalu bagaimana nasib anak yang dikandung Indah?” tanya Haris lirih, suaranya nyaris putus.

Dewi hanya mengangkat bahu. “Itu risiko yang kamu pilih, Haris. Kamu yang bawa Indah ke jalan ini, kamu juga yang harus pikirkan bagaimana dia dan anaknya akan hidup. Jangan harap semuanya bisa beres hanya dengan niat baik.”

“Tapi aku ingin mengurus semuanya. Bertanggung jawab.”

“Dengan status nggak jelas? Kamu pikir
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Saat Seseorang Pergi

    Hari ini Haris menemani Indah periksa kehamilan, disebuah rumah yang ada di daerah mereka. Haris dan Indah sedang menunggu di ruang tunggu poli kebidanan. Tanpa sengaja, Haris melihat ke arah poli anak. Ia melihat Ais yang tertidur dipangkuan Esti.Haris terdiam. Jantungnya berdetak lebih cepat saat melihat Ais tertidur di pangkuan Esti, putri kecilnya yang sudah berminggu-minggu tidak ia temui. Rambut Ais sedikit berantakan, pipinya merah karena demam, dan tubuh mungilnya terlihat lemas.Ia ingin berdiri, ingin mendekat, ingin menyentuh kepala anaknya, tapi tangan Indah menggenggam erat lengannya, seolah tahu apa yang ada di dalam pikirannya."Aisyah Farhana," suara perawat memanggil. Esti pelan-pelan membangunkan Ais, membisikkan sesuatu di telinganya sambil membelai pipinya. Lalu ia berdiri dengan tubuh letih dan langkah perlahan, ia memapah Ais masuk ke ruang periksa.Dan di momen itulah pandangan mereka bersinggungan.Esti melihat Haris. Matanya menangkap sosok yang dulu ia cinta

    Last Updated : 2025-05-06
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Butuh Waktu

    “Ayah jangan pergi dulu,” ucap Ais lirih sambil menggenggam tangan Haris erat.Haris terdiam. Ia menoleh ke arah Esti yang sedang membereskan sisa peralatan musik. Esti hanya mengangguk pelan, memberi isyarat bahwa ia tak keberatan.“Ayah temani ya sampai Ais tidur,” bisik Haris sambil menggendong Ais ke kamar.Kamar kecil itu hangat dan rapi. Dindingnya penuh dengan gambar dan coretan tangan Ais, gambar keluarga, rumah, pelangi, dan boneka kelinci favoritnya. Haris duduk di tepi ranjang, sementara Ais meringkuk di dalam selimut.“Ayah, kenapa Ayah jarang ke sini?”tanya Ais dengan polos, matanya menatap langit-langit.Pertanyaan itu seperti duri kecil yang menusuk hati Haris.“Maaf ya, Sayang... Ayah sibuk.”“Sama Tante Indah?”Haris tak menjawab langsung. Ia hanya mengelus kepala Ais dan mencium keningnya.“Ais tahu nggak? Ayah kangen banget sama Ais. Tiap malam Ayah mikirin kamu.”Ais tersenyum kecil. “Ais juga kangen Ayah. Tapi Ibu bilang, kalau Ayah sayang, Ayah pasti datang.”Kal

    Last Updated : 2025-05-07
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Pakaian Biduan

    “Bu, lihatlah pakaian Tante Indah. Terlalu ketat, nggak punya malu ya?” kata Mei anak pertama Esti.Esti yang sedang asyik memainkan ponselnya langsung menoleh ke arah Mei. Ia tampak mengernyitkan dahi.“Ada apa, Mei?” tanya Esti, ia tidak begitu mendengar yang dibicarakan oleh Mei.“Itu lho Bu, Tante Indah pakai kaos ketat terus celana yang pendek sekali. Kayak orang mau senam aerobik di studio saja. Apa dia nggak risih ya?”“Masa sih?” “Benar, Bu. Padahal dulu Tante Indah nggak kayak gitu lho.”Esti penasaran dengan ucapan Mei, ia pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke ruang studio yang letaknya di sebelah rumahnya.Suasana studio tampak ramai, semua kru ada disini. Studio ini cukup luas, untuk latihan dan menyimpan peralatan musik, juga sound sistem sebuah orgen tunggal. Indah dan para kru sedang latihan bernyanyi. Besok mereka ada jadwal manggung di acara pernikahan. “Eh, Mbak Esti,” sapa Indah dengan suara serak-serak basah. Ia tersenyum dan mendekati Esti kemudian m

    Last Updated : 2025-02-28
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Menghina Orang Tua

    Drtt…drtt… Terdengar suara ponsel Haris berdering. Esti masih belum bisa tidur, ia diam pura-pura tidur, ingin tahu bagaimana reaksi Haris. Haris bangun dan meraih ponselnya, ia menatap ke arah Esti. Ia berpikiran kalau Esti sudah tidur.Sebuah pesan yang masuk ke ponsel Haris, dengan perlahan ia membuka pesan itu. Jantungnya berdetak dengan kencang membaca pesan itu. Kemudian ia merebahkan tubuhnya lagi di sebelah Esti. Ia tampak bimbang setelah membaca pesan itu. Esti tahu kalau Haris gelisah karena Haris tidak bisa diam tubuhnya. Beberapa kali Haris membalikkan badannya. “Apa yang kamu pikirkan Mas? Apakah ada sesuatu yang kamu sembunyikan?” kata Esti dalam hati. Ia masih mengamati apa yang akan dilakukan oleh Haris.Sementara itu, Haris sudah berniat untuk keluar rumah, menemui orang yang mengirim pesan padanya. Haris hendak bangun, tapi ia mengurungkan niatnya, karena Esti membalikkan badan dan memeluk Haris dari belakang.“Aduh kenapa Esti malah memelukku?” Haris menjadi kesal

    Last Updated : 2025-02-28
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Tentang Pakaian

    “Santi…” Winda tidak melanjutkan ucapannya.“Santi kenapa?” selidik Esti.“Santi kecentilan menggoda Rendi,” kata Winda dengan pelan.Esti tersenyum ke arah Irfan, rupanya Irfan juga tersenyum mendengar ucapan Winda.“Oalah, masalah laki-laki ya?” Irfan tertawa kecil, membuat Winda memerah pipinya karena malu.“Aku nggak menggoda Rendi, Rendi yang datang mendekati mejaku. Ia menanyakan tugas kelompok,” kilah Santi.“Winda, kalau kamu kesal masalah itu, jangan dikaitkan dengan orang tua Santi. Itu sangat menyakiti hati Santi. Kamu mau kalau orang tuamu dihina oleh orang lain?” Esti mulai berbicara dengan lembut.Winda menggelengkan kepalanya. Esti pun berbicara panjang lebar untuk mendamaikan Santi dan Winda. Bagaimanapun juga mereka berdua adalah remaja yang sedang puber dan mencari jati diri, jadi sedikit permasalahan saja akan membuat mereka ribut. Apalagi kalau masalah asmara.“Jangan diulangi lagi ya, Winda? Jangan menghina orang tua teman-temanmu.” Esti mengingatkan Winda,” dan

    Last Updated : 2025-02-28
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Ghibah

    “Biasa, Mas. Toni sedang buntu, butuh suntikan dana untuk bertahan hidup,” kata Indah menggoda Toni.“Jangan buka kartu dong, kan ketahuan kalau dompetku melompong.” Toni mengimbangi ucapan Indah, supaya Haris tidak curiga. Haris hanya tersenyum melihat kru dan biduannya yang saling mengeluarkan celetukan.“Bukannya manggung kemarin sudah dapat?” tanya Haris.“Namanya juga manusia, Bos. Banyak kebutuhan dan keinginan,” sahut Toni. Belum sempat Haris menjawab, ada seseorang memanggilnya.“Ayah!” teriak Ais yang berlari mendekati Haris.“Iya, sayang,” sambut Haris sambil memeluk tubuh anak bungsunya itu.“Ayo, Yah, Ais mau nunjukin sesuatu,” ajak Ais sambil menarik tangan ayahnya.“Oke.” Haris pun mengikuti langkah kaki Ais untuk masuk menuju rumah mereka.Indah tampak kesal, belum sempat ia menggoda Haris, malah Haris pergi. Toni tersenyum melihat Indah yang kecewa.“Cie…cie, ada yang kecewa,” bisik Toni menggoda Indah.Sementara itu, di dalam rumah ada Esti dan Mei yang sedang sibuk d

    Last Updated : 2025-02-28
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Jangan Main Api

    “Apa yang kamu bicarakan dengan Indah?” tanya Haris ketika mereka sedang duduk santai di ruang keluarga menemani Ais yang asyik bermain.Esti yang dari tadi matanya tertuju ke layar televisi langsung menoleh ke arah Haris dengan penuh tanda tanya.“Kok Mas tahu kalau aku ngobrol dengan Indah? Oh, Indah mengadu sama kamu ya? Ngomong apa aja? Sesuai dengan yang aku bicarakan dengannya atau ada yang dikurangi dan ditambahi?’ Esti langsung memberondong Haris dengan beberapa pertanyaan yang membuat Haris kaget dan gugup.“E-enggak, Indah nggak ngomong apa-apa sama aku,” jawab Haris dengan gugup.“Aduh, kok aku nggak kepikiran kalau Esti bakal mencecarku dengan banyak pertanyaan,” kata Haris dalam hati menyadari kebodohannya.“Jujur saja, Mas. Jangan bohong! Indah mengadu padamu kan? Terus kamu lebih percaya sama aku atau Indah?”“Sudahlah, nggak usah dibahas.” Haris berusaha mengalihkan pembicaraan.“Enggak bisa, Mas yang memulainya. Harus diselesaikan, apa yang Indah bicarakan? Kapan Inda

    Last Updated : 2025-02-28
  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Pikirkan Anak Istrimu

    “Ibu nggak menuduh Indah, tapi Ibu bicara berdasarkan kenyataan. Ada hubungan apa kamu dengan Indah, kok kamu sangat membelanya?” sahut Siti dengan nada yang agak tinggi.Haris kaget, ia baru menyadari kalau ia sudah salah berbicara.“Sialan, kok aku sampai keceplosan seperti itu ya?” kata Haris dalam hati, menyadari kebodohan yang sudah ia lakukan.“Haris, jangan bermain api. Sedekat apa hubunganmu dengan Indah?” tanya Dewi.“Sebatas pemilik dan biduannya saja, nggak lebih. Aku hanya kasihan melihat Indah selalu menjadi bahan cemoohan. Dia itu mencari nafkah untuk menghidupi anaknya. Apa salah kalau aku mempekerjakan dia? Apalagi sejak dia bergabung, orgen tunggal ku jadi sering dapat jadwal manggung. Dia itu membawa hoki.” Haris berkata panjang lebar.“Hati-hati Mas, berawal dari kasihan, kemudian saling curhat dan akhirnya menjadi nyaman. Rumah tangga pun dipertaruhkan.” Erlin mengingatkan Haris.Haris menjadi kesal, karena kedatangannya kesini untuk mengunjungi ibunya, tapi malah

    Last Updated : 2025-03-04

Latest chapter

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Butuh Waktu

    “Ayah jangan pergi dulu,” ucap Ais lirih sambil menggenggam tangan Haris erat.Haris terdiam. Ia menoleh ke arah Esti yang sedang membereskan sisa peralatan musik. Esti hanya mengangguk pelan, memberi isyarat bahwa ia tak keberatan.“Ayah temani ya sampai Ais tidur,” bisik Haris sambil menggendong Ais ke kamar.Kamar kecil itu hangat dan rapi. Dindingnya penuh dengan gambar dan coretan tangan Ais, gambar keluarga, rumah, pelangi, dan boneka kelinci favoritnya. Haris duduk di tepi ranjang, sementara Ais meringkuk di dalam selimut.“Ayah, kenapa Ayah jarang ke sini?”tanya Ais dengan polos, matanya menatap langit-langit.Pertanyaan itu seperti duri kecil yang menusuk hati Haris.“Maaf ya, Sayang... Ayah sibuk.”“Sama Tante Indah?”Haris tak menjawab langsung. Ia hanya mengelus kepala Ais dan mencium keningnya.“Ais tahu nggak? Ayah kangen banget sama Ais. Tiap malam Ayah mikirin kamu.”Ais tersenyum kecil. “Ais juga kangen Ayah. Tapi Ibu bilang, kalau Ayah sayang, Ayah pasti datang.”Kal

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Saat Seseorang Pergi

    Hari ini Haris menemani Indah periksa kehamilan, disebuah rumah yang ada di daerah mereka. Haris dan Indah sedang menunggu di ruang tunggu poli kebidanan. Tanpa sengaja, Haris melihat ke arah poli anak. Ia melihat Ais yang tertidur dipangkuan Esti.Haris terdiam. Jantungnya berdetak lebih cepat saat melihat Ais tertidur di pangkuan Esti, putri kecilnya yang sudah berminggu-minggu tidak ia temui. Rambut Ais sedikit berantakan, pipinya merah karena demam, dan tubuh mungilnya terlihat lemas.Ia ingin berdiri, ingin mendekat, ingin menyentuh kepala anaknya, tapi tangan Indah menggenggam erat lengannya, seolah tahu apa yang ada di dalam pikirannya."Aisyah Farhana," suara perawat memanggil. Esti pelan-pelan membangunkan Ais, membisikkan sesuatu di telinganya sambil membelai pipinya. Lalu ia berdiri dengan tubuh letih dan langkah perlahan, ia memapah Ais masuk ke ruang periksa.Dan di momen itulah pandangan mereka bersinggungan.Esti melihat Haris. Matanya menangkap sosok yang dulu ia cinta

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Masih Menggantung

    “Apa Esti sudah mengurus perceraian?” tanya Dewi tiba-tiba, nadanya datar tapi menusuk.Haris menggeleng pelan. “Belum.”“Mungkin Esti malas mengurusnya,” lanjut Dewi, “atau... mungkin juga dia sengaja. Dia ingin menggantung pernikahanmu dengan Indah. Supaya nggak bisa dicatat negara. Biar kamu dan Indah tetap dalam bayang-bayang.”Haris terdiam. Kalimat itu seperti membangunkan kecemasan yang selama ini ia abaikan. Ia tahu Esti bukan tipe perempuan yang melakukan sesuatu secara gegabah. Tapi... menggantung pernikahan? Bisa jadi itu bentuk perlawanan paling sunyi dari istri sahnya.“Lalu bagaimana nasib anak yang dikandung Indah?” tanya Haris lirih, suaranya nyaris putus.Dewi hanya mengangkat bahu. “Itu risiko yang kamu pilih, Haris. Kamu yang bawa Indah ke jalan ini, kamu juga yang harus pikirkan bagaimana dia dan anaknya akan hidup. Jangan harap semuanya bisa beres hanya dengan niat baik.”“Tapi aku ingin mengurus semuanya. Bertanggung jawab.”“Dengan status nggak jelas? Kamu pikir

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Luka Terlanjur Dalam

    "Gimana keadaan Indah?" tanya Bu Ratna begitu masuk ke ruang rawat, ditemani oleh Pak Burhan yang menyusul di belakang."Sudah membaik, Bu," jawab Haris pelan. Suaranya terdengar letih, seolah ia menyimpan beban yang tak habis-habis.Bu Ratna langsung menghampiri ranjang Indah. Perempuan paruh baya itu duduk di tepi ranjang, lalu mengelus pelan kepala Indah yang sedang tertidur.Tak lama, Indah membuka matanya. Samar-samar ia melihat sosok yang begitu ia kenal."Ibu...?" suaranya lirih, nyaris tercekat.Bu Ratna mengangguk, ekspresinya mencampur antara sayang dan khawatir. “Ibu sudah bilang kamu harus makan. Tapi kamu tetap ngeyel. Kamu nggak kasihan sama bayi dalam kandunganmu?”Indah menunduk, matanya berkaca-kaca, tak sanggup menjawab."Bu, sudahlah," potong Pak Burhan dengan nada tenang tapi tegas. "Indah sudah tahu mana yang benar, mana yang salah. Kalau dia masih memilih yang salah, ya dia juga yang akan merasakan akibatnya."Haris hanya bisa menghela napas panjang. Rasanya ingi

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Nggak Peduli

    Haris menatap Indah dengan tatapan tajam, suasana di kamar terasa semakin tegang. "Seharusnya kamu nggak usah lagi memprovokasi Esti. Esti itu lebih cerdas dari yang kamu kira." Indah mendengus, matanya merah karena menahan emosi. “Oh, Mas membela Esti ya?” suaranya penuh sindiran. “Mas masih mau kembali dengannya?” Haris menghela napas panjang, mencoba meredam gejolak dalam dirinya. “Indah, aku dan Esti belum resmi bercerai. Ingat itu!” Wajah Indah langsung berubah. Matanya membelalak, hatinya mencelos mendengar pernyataan itu. “Mas…” suara Indah melemah, ketakutan mulai menyelimuti hatinya. “Kenapa… kenapa Mas ngomong seperti itu? Jadi Mas masih menganggap Esti istri Mas?” Haris menatapnya dalam-dalam. Ia tidak menjawab dengan cepat. Karena ia sendiri tidak tahu jawabannya. Indah mencengkeram lengan Haris, matanya penuh rasa cemas. “Mas, bilang sama aku kalau Mas nggak akan kembali ke Esti.” Haris diam. Dan bagi Indah, diamnya Haris lebih menyakitkan daripada kata-kata apa p

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Takut Kehilangan

    Malam semakin larut. Indah masih duduk termenung di sudut kamarnya, tidak bergerak, tidak bicara, tidak melakukan apa pun. Ponselnya tergeletak di sampingnya, kosong tanpa pesan, tanpa panggilan. Haris tidak mencarinya. Di luar kamar, Bu Ratna mondar-mandir dengan wajah penuh kekhawatiran. Sejak pulang tadi siang, Indah tidak mau makan, tidak mau bicara. Ibunya sudah mencoba membujuk, tapi anaknya hanya diam, tatapannya kosong seolah jiwanya telah pergi entah ke mana.Tadi ketika sampai di rumah, ia menjatuhkan tubuhnya di sofa. Tangannya gemetar saat membuka ponsel. Tidak ada pesan dari Haris ataupun panggilan. Air matanya kembali jatuh. Air matanya terus mengalir tanpa bisa ia hentikan. Dulu, ia selalu merasa di atas merasa menjadi pusat perhatian, merasa diinginkan. Tapi kini, tidak ada yang tersisa.Indah menatap langit-langit, dadanya terasa begitu sesak. Selama ini, ia hanya tahu cara merebut, tapi tidak tahu cara mempertahankan. Dan kini, semuanya telah terlepas dari genggama

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Mental Jatuh

    Indah langsung terdiam. Esti menatapnya dengan tatapan penuh kemenangan.“Percuma menikah kalau cuma nikah siri.”Indah mengepalkan tangannya. “Apa urusannya sama kamu?” bentaknya, suaranya sedikit meninggi.Esti mengangkat bahu, tetap tenang. “Kalau memang resmi, kenapa kamu nggak berani jawab? Atau jangan-jangan kamu juga nggak yakin sama status kamu sendiri?”Wajah Indah memerah. “Haris mencintaiku! Itu yang terpenting!”Esti mendekat, lalu berbisik tepat di telinga Indah.“Kalau benar Haris mencintaimu, kenapa kamu masih takut aku akan menghancurkan kalian?”Indah terdiam. Ia tidak punya jawaban untuk itu. Karena jauh di dalam hatinya, ia tahu Esti benar. Semua ini hanya tinggal menunggu waktu.Indah menegang. Wajahnya yang semula penuh percaya diri kini berubah drastis."Ingat, masa depan kalian ada di tanganku. Sekali klik video pernikahan yang kamu kirim itu, hancur masa depan Haris."Esti tersenyum puas, menikmati ekspresi panik yang mulai muncul di wajah Indah.Indah menelan

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Menemui Esti

    Pagi itu, Esti melangkah masuk ke ruang guru dengan tenang, meskipun di dalam hatinya ia tahu ada badai yang sedang berhembus di sekitarnya. Bisik-bisik halus langsung terdengar begitu ia melewati meja-meja rekan kerjanya. Beberapa guru buru-buru mengalihkan pandangan, seolah tak ingin ketahuan sedang membicarakannya. Tapi Esti bukan orang bodoh. Ia tahu gosip tentang rumah tangganya sudah menyebar. Esti pun berjalan menuju ruangannya. Saat ia duduk di mejanya dan membuka buku, seorang guru, Bu Rina, masuk ke ruangannya dan akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. “Bu Esti…” panggilnya dengan suara setengah berbisik. Esti menoleh, menampilkan senyum kecil. “Ya, Bu?” Bu Rina terlihat ragu, tapi akhirnya berkata, “Aku dengar… ada masalah di rumah tanggamu.” Esti tetap tersenyum. “Oh ya? Dari siapa?” Bu Rina tersentak, jelas tidak siap dengan jawaban setenang itu. “Eh… ya, aku cuma dengar dari beberapa teman. Katanya, suamimu sering terlihat dengan perempuan lain.” Esti menu

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Pilihan Ada Konsekuensinya

    Hari ini, suasana di rumah sakit terasa lebih ringan. Setelah beberapa hari dirawat, akhirnya Siti diperbolehkan pulang. Di dalam kamar rawatnya, Esti dan Dewi sibuk merapikan barang-barang. Sementara itu, Ais dan Mei duduk di tepi ranjang, memperhatikan nenek mereka dengan senyum lega. “Nenek sudah sehat, kan?” tanya Ais riang. Siti tersenyum lembut, mengusap kepala cucunya. “Alhamdulillah, sudah lebih baik.” Mei yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara. “Nenek istirahat yang banyak di rumah, ya.” Suaranya tenang, tapi sorot matanya masih menyimpan banyak pikiran. Siti menatap cucunya yang lebih dewasa dari usianya itu dan mengangguk penuh kasih. “Iya, Sayang. Nenek akan jaga kesehatan.” Deni masuk ke ruangan, membawa hasil administrasi rumah sakit. “Semua sudah beres. Kita bisa pulang sekarang,” ujarnya. Esti menoleh ke arah pintu, berharap melihat seseorang masuk. Namun, Harapannya pupus. Haris belum juga muncul. Siti tampaknya menyadari itu. Ia menatap Esti sejenak, l

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status