"Kenapa?" Luna sontak menjawab dengan spontan.
Danny hanya mengalihkan wajahnya. "Untuk menghormatinya Luna. Kamu boleh bertanya tentang semua di sini tetapi tidak untuk Bayu. Bisa jadi lebih baik kamu tidak tahu."
Setelah berkata demikian Danny kemudian pergi. Di saat itulah Luna melihat Bayu di ujung lorong. Dia tidak berekspresi apapun, namun tidak pula membuatnya takut. Bayu terkesan seperti hantu yang terjebak di sini. Namun penyebab mengapa dia sampai terjebak Luna tidak tahu.
Luna masih penasaran dengan perkataan Danny soal menghormati seseorang. Apakah benar bungkam dan diam adalah cara agar Bayu bisa tenang. Dia merasa Bayu membawanya ke batu nisan tersebut juga memiliki alasan. Jenny pun sudah memberi petunjuk. Lantas kepada siapa dia harus bertanya. Apakah dia harus menemui Asih kembali? Memikirkannya saja sudah membuat bulu kuduk Luna berdiri. Alhasil dia memilih untuk mandi.
Selesai mandi dan merias diri dan berpakaian. Seperti halnya mahasis
Luna berjalan melintasi jalan. Dia janjian untuk bertemu Galang di UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) gedung tempat segala macam pertemuan kegiatan kemahasiswaan. Sebelumnya Luna sendiri jarang ke sana. Hanya beberapa kali lewat saja. Karena dia merasa malu berhadapan dengan mahasiswa lain apalagi senior.Gedung-gedung di kampusnya sudah cukup tua. Menurut sejarah bangunan terlama di sini dibangun sejak jaman Belanda. Sempat memang beberapa kali dia melihat hantu-hantu Belanda lewat. Tetapi mereka tidak menganggu Luna. Terkadang hantu Belanda cenderung lebih pasif dan diam dibandingkan dengan hantu lokal yang usil.Tibalah Luna di lokasi. Dia masuk ke gedung tersebut. Awalnya dia ragu, bukan karena banyak mahasiswa yang tidak dia kenal di sana. Melainkan karena bau gedung tersebut menyengat. Ada bau harus melati juga obat-obatan. Jika ada semacam bau-bauan yang tidak pada tempatnya berhati-hatilah. Bisa jadi itu adalah bau para mahkluk tak kasat mata."Permisi, saya
"Mau diantar sampai dalam?" tanya Galang. Dia mengantar Luna sampai ke depan halaman perpustakaan kampus."Ga usah!" tolaknya. "Kakak juga bilang ada keperluan lain bukan?""Baiklah," ucap Galang. "Kalau memang kamu sudah selesai bilang ya! Siapa tahu kita bisa pulang bareng nanti."Luna mengangguk. Kemudian Galang pergi meninggalkan Luna. Dia kembali ke sekretarian BEM tempatnya berada. Luna langsung menaiki tangga menuju bagian dalam perpustakaan. Pertama-tama dia mengambil kunci loker dari petugas untuk meletakan semua barang bawaannya terkecuali laptop, dompet dan handphone. Kemudian dia meletakan kartu mahasiswanya di alat pindai untuk registrasi identitas. Setelah itu dia masuk.Menurut kabar dari Ayu mereka berada di lantai teratas gedung perpustakaan. Luna sendiri belum pernah ke sana. Dia akhirnya menaiki tangga yang cukup panjang menuju lantai paling atas. Kemudian mencari-cari ruangan tempat kedua sahabatnya berada. Luna sampai di depan pintu r
Mereka berlima berada di ruang santai. Danny dan Galang berdiri, sementara Luna, Chriestie dan Sarah duduk di bangku masing-masing. Di kejauhan Luna melihat Bayu sedang berdiri memperhatikan mereka semua. Sepertinya hantu Bayu pun penasaran dengan obrolan mereka."Sejauh mana yang sudah kamu dengar?" tanya Chriestie. Mukanya terlihat was-was. Seperti takut sesuatu terbongkar."Tentang Bayu! Tentang sajen juga," ucap Luna jujur.Galang akhirnya angkat bicara. "Danny menemukan sajen lagi di pinggir rumah. Karena itu aku dan dia datang untuk mengeceknya. Ternyata benar. Sajen yang sama percis dengan yang ditemukan Luna berada di sana."Aku tetap berkeyakinan kalau semua ada hubungannya dengan Luna!" ucap Chriestie. Semua mata memandang kepada Chriestie.Galang jelas terlihat kesal mendengarnya. "Aku sudah bilang bahwa dia tidak ada hubungannya!""Tapi kamu ga bisa menampik Galang kalau ketika Luna datang lagi-lagi suasana kosan jadi aneh bukan?
"Apa yang kamu lakukan di sini Luna?" tanya Galang."Aku mengikuti seseorang," ucap Luna. Dia melihat tatapan teman-temannya dengan takut. Rasa trauma mulai menghantuinya. Dulu pun kejadian seperti ini ditemuinya."Siapa?" tanya Danny. Dia berjongkok meneliti nampan tersebut. Luna melihat urat-urat di tangan dan leher Danny menegang di bawah sinar lampu. Jelas sekali lelaki tersebut sedang marah."Dia mengenakan hoodie berwarna gelap," tanggapnya.Tidak lama kemudian Sarah dan Chriestie berlari entah dari mana. Mereka terlihat kebingungan dan bertanya-tanya. Mereka kemudian melihat nampan sajen yang terletak di tanah."Apa ini?" tanya Sarah.Danny menunjuk Luna. "Dia menemukan sajen. Entah bagaimana."Luna sadar, kini Danny terlihat menaruh rasa curiga kepadanya. Tentu saja itu membuatnya sedih. Danny adalah senior yang dia percaya selain Galang.Chriestie menatap Luna dengan tatapan menghakimi. "Alasan apa lagi yang akan kamu
Gadis yang dipanggil Indah itu menoleh. Matanya besar, bulu matanya lentik, postur tubuhnya tinggi. Ketika Luna melihatnya dia benar-benar mirip dengan Farel sebagai versi wanita. Tentu saja karena Indah adalah saudara kembar dari mantan pacarnya tersebut. Ketika melihat Luna wajah cantik yang sedari tadi tersenyum, kini cemberut. Dari sorot matanya terlihat kemarahan. Seakan-akan dia bertemu dengan seseorang yang paling dibencinya seumur hidup. "Ngapain kamu di sini!" hardiknya. "Mau buat masalah lagi?" "Aku-!" Luna mundur sedikit demi sedikit. Gadis itu memang spontan menyebut temannya tersebut. Dia tidak menyangka kehadirannya akan membuat Indah menjadi marah. Sedih sekali rasanya ketika tahu mereka adalah teman dekat namun kini berjauhan satu sama lain. "Jangan pernah muncul lagi di depan aku!" ucapnya. "Kamu ga kapok apa? Kehadiran orang seperti kamu hanya akan membuat orang-orang sekitarmu sial!" Suara Indah yang lantang membuat orang-or
Ratna dan Ayu duduk di depan Luna. Dia masih mengenakan baju tidur dan belum mandi. Memang Luna tidak berniat ke kampus hari ini. Pertemuan dengan Indah sanagt mengganggunya. Ada rasa trauma di sana. Kini dia harus menghadapi kedua sahabat satu jurusannya itu. Mencoba menjelaskan semuanya."Kami menunggu Luna!" ucap Ratna."Benar, bisa jelaskan kepada kami berdua?" pinta Ayu. "Kita teman bukan?"Luna menunduk sejenak. Kemudian dia berkata, "sejujurnya aku takut ceritaku akan membuat kalian menjauh."Ratna dan Ayu berpandangan satu sama lain. Kemudian mereka menatap Luna. Luna melihat kekecewaan di mata kedua temannya tersebut."Kamu pikir kami akan meninggalkanmu begitu? Memang kami sahabat macam apa?" ucap Ratna."Tapi-!" Kerongkongan Luna serasa kering. Dia masih ragu jika kedua temannya itu akan tetap berada di sampingnya. Bukankah selama ini pun teman satu kosannya berkata demikian? Namun di mana mereka sekarang? Mereka seolah menjauh. "
"Asih?" tanya Luna.Namun Jenny diam tidak menjawab. Akhirnya Luna merebahkan diri di kasur. Tanpa sadar dia tertidur.Luna terbangun di sebuah ruangan gelap. Dia dikelilingi cahaya api pilar yang terang. Namun suasananya terasa amat mencekam. Dia melihat dirinya mengenakan gaun putih. Rambutnya panjang terutai. Dia tahu ini adalah mimpi. akhirnya dia bangkit berdiri. Terdengar suara jeritan entah dari mana."Aggghhhhhh-!"Gadis itu bergidik ngeri. Karena entah mengapa suaranya seperti seseorang yang sedang tersiksa. Dia melihat sekeliling ruangan sekali lagi. Semua dindingnya terbuat dari batu. Namun ketika dia memperhatikan lebih jelas, Luna terpekik. Dindingnya terbuat dari tengkorak kepala manusia.Karena panik Luna berlari. Dalam kepalanya dia hanya ingin menemukan jalan keluar. Suasana di sini dingin. Padahal dia sadar ini adalah mimpi. Namun dia pun tidak mengetahui, di mana dia sebenarnya. Hingga akhirnya Luna menemukan sebuah pintu besar.
Esoknya Luna janjian dengan Danny sepulang sekolah. Dia menunggu seniornya tersebut di taman kampus. Tiba-tiba saja seseorang duduk di sebelahnya. Luna yang awalnya berfikir itu Danny terkejut, karena orang yang duduk di sebelahnya bukanlah dia.Dia adalah mahasiswa misterius yang kerap kali ditemui Luna. Namun kini rambutnya dicat hitam. Auranya masih menyeramkan. Dia tahu ada mahkluk yang mengikuti mahasiswa itu. Namun dia belum bisa melihat jelas. Yang dia tahu kekuatan mahkuk di belakangnya bukanlah sembarangan."Apa kamu menganggap ini takdir?" tanyanya tiba-tiba.Luna langsung menengok. "Apa maksudnya?""Kita?" ucapnya. Dia menunjukan senyum misteriusnya."Aku tidak mengenalmu, kita juga baru bertemu beberapa kali. Aku akan lebih setuju jika kamu menganggap ini semua kebetulan," ucap Luna."Benarkah?" tanyanya. Dia meletakan telapak tangannya yang besar di dagu. Melihat Luna dengan tatapan aneh. Senyumnya jahil, tetapi matanya terlihat