Share

SEBUAH TAWARAN

Syma menatap kartu nama yang saat ini berada digenggamannya. Segala macam pertimbangan ada didalam benaknya.

Syma ingat bagaimana ketika Ersad tiba-tiba memberikan kartu nama itu sebelum pergi.

Saat itu ... Syma menatap Ersad penuh dengan pertanyaan. "Bagaimana caranya?"

"Jadilah simpananku, maka aku akan membuatmu mendapatkan hak asuh atas anakmu !"

Syma tercengang mendengarnya. Mulutnya terbuka hendak mengutarakan penolakan. Namun Ersad menghentikannya.

"Itupun jika kau setuju. Aku rasa ... kau butuh waktu untuk mempertimbangkannya. Ini kartu namaku, datanglah jika kau tertarik," ucap Ersad menyerahkan lembaran kartu yang bertuliskan alamatnya.

Karena begitu terkejut, Syma hanya bisa menerima sembari menatap kepergian Ersad dari kejauhan.

Dan sekarang ... Syma benar-benar bingung. Tawaran Ersad cukup menggiurkan baginya. Namun Syma juga tidak ingin menghancurkan rumah tangga orang lain. Dia bukanlah wanita seperti itu.

("Tidak !

Aku akan mencari cara lain. Aku tidak boleh egois. Jika aku menerima tawaran pria itu, akan ada wanita yang tersakiti. Cukuplah rumah tanggaku saja yang hancur. Orang lain tidak boleh merasakannya.

Ya Robb ... berikanlah sebuah petunjuk padaku, agar aku bisa merebut kembali anakku,")

Syma memantapkan hatinya agar menolak tawaran itu. Dia pun membuang kartu nama itu disebuah kotak kecil sebagai tempat pembuangan sampah.

Sudah hampir satu Minggu Syma tidak bertemu dengan putrinya. Rasa rindu didalam dirinya kian memuncak dan tidak terbendung lagi.

Kini Syma tidak bisa menahannya lagi. Dia pun nekat menemui Revan untuk mengijinkannya menemui Zea walau hanya sebentar.

Langkah kakinya begitu terburu-buru. Seolah tidak ada hari lain lagi untuk menemui putrinya. Dalam perjalanan pun hanya ada sosok Zea dan tawanya yang membuat Syma semakin merindukan anaknya.

Hanya menempuh waktu beberap menit, Syma telah sampai ditempat tinggalnya dulu bersama suami dan anaknya. Dia berdiri didepan pintu dan langsung mengetuknya. Sesaat ... tidak ada jawaban, lalu Syma mencobanya lagi berkali-kali, sampai akhirnya handle pintu bergerak. Namun Syma terkejut, dia pikir Revan yang keluar membukakan pintu untuknya, tapi ternyata dia salah.

Ternyata yang membuka pintu adalah Mia. Sama seperti Syma, Mia pun tidak kalah kaget melihat kehadirannya.

"Mia? apa yang kau lakukan disini?" tanya Syma menatapnya curiga.

Seketika saja, Mia langsung gelagapan. Dia sendiri bingung jawaban apa yang harus dia katakan.

"Sayang, siapa yang datang?" Suara Revan tiba-tiba membuat rasa sesak kembali dirasakan Syma.

"Sayang ..." lirih Syma menatap Mia tidak percaya. Terlihat senyuman penuh ironi menghiasi wajah Syma. Sementara Mia terlihat begitu tegang.

"Oh ... kau rupanya. Mau apalagi kau datang kemari?" tanya Revan dengan ketus. Lalu tangannya menyentuh bahu Mia, sengaja menunjukkan kemesraan mereka.

Syma hanya menatap tangan yang dulu biasa menyentuhnya itu, kini beralih menyentuh wanita lain. Begitu sakit ... teramat sesak. Syma tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa dia masih belum rela menghadapi kenyataan pahit bahwa mereka telah bercerai.

"Kalian ..." Suara Syma tercekat. Namun Revan langsung mengerti dan menjelaskan padanya.

"Ya. Kami telah menikah dua hari yang lalu. Apa kau datang untuk mengucapkan selamat."

Ribuan pisau seakan kembali menghujam nya. Air mata telah mengepul dipelupuk mata. Hanya dengan sekali kedipan, air mata itu sudah pasti akan meluncur deras.

"Apa ini Mia? tega sekali kamu melakukan ini padaku ! Aku pikir kau adalah teman yang baik untukku.

Tapi apa yang kau lakukan dibelakangku, teganya kau merebut suamiku. APA SALAHKU PADAMU !!" ucap Syma nyaris histeris. Tangannya secara reflex langsung mendorong Mia. Namun herannya Mia langsung tersungkur kebelakang, padahal dia tidak mendorongnya dengan keras.

"APA YANG KAU LAKUKAN !!" Revan membentak Syma dengan murkanya.

Syma sendiri kaget. Dia tidak bermaksud menyakiti Mia.

"Bunda?"

Mereka semua menatap kearah Zea yang menangis melihat ibunya. Syma langsung mencoba untuk mendekati Zea, namun tangannya langsung ditarik kasar oleh Revan sehingga langkahnya terhenti.

"Jangan coba-coba mendekati putriku !" Sarkas Revan memperingati Syma.

"Lepaskan aku, mas ! biarkan aku melihat Zea. Aku sangat merindukannya.

Zea ... kemarilah nak ..." Syma memberontak sembari menatap penuh haru kearah Zea. Zea sendiri hanya bisa menangis sambil memanggil-manggil ibunya. Namun Revan dengan kejamnya menyeret Syma keluar sehingga tidak ada celah sedikitpun bagi Syma bisa melihat anaknya.

"APA YANG KAU LAKUKAN ! BIARKAN AKU MELIHAT PUTRIKU !!

AKU INI IBUNYA ... LIHATLAH DIA MENANGIS, DIA INGIN MENEMUIKU, MAS. TOLONG BIARKAN AKU MENEMUI ZEA ... AKU MOHON ..."

"Pergi dari sini !! sudah aku bilang jangan pernah kembali lagi."

"Kau manusia kejam !! lihatlah putrimu menangis histeris didalam sana. DIA INGIN MELIHATKU ! BIARKAN KAMI BERTEMU SEBENTAR SAJA ...

DIMANA HATI NURANIMU MAS? BAGAIMANA BISA ORANG YANG HANYA MEMENTINGKAN EGONYA SENDIRI, BISA MENJAGA PUTRINYA DENGAN BAIK." Syma terus berteriak dan memohon agar Revan mengasihannya. Namun sayangnya hati Revan tidak melunak sedikitpun.

Bahkan dengan kasarnya dia menutup pintu. Tidak memperdulikan teriakan dan tangisan Syma yang terus berusaha agar bisa menemui putrinya.

"KAU MEMANG KEJAM REVAN !! AKU BERSUMPAH AKAN MEREBUT KEMBALI ANAKKU.

ZEA SAYANG ... BUNDA AKAN SEGERA MENJEMPUTMU. JANGAN MENANGIS LAGI NAK ..."

Syma segera pergi dari sana. Air matanya terus mengalir deras, tubuhnya bergetar karena isaknya. Syma tidak pernah menduga bahwa Revan akan bersikap sekejam ini.

Hanya karena sebuah kesalahpahaman. Revan tega menceraikannya. Bahkan memisahkan Syma dari anaknya. "Dosa apa yang telah aku lakukan, Ya Robb? Kenapa kau menghukumku seberat ini. Bagaimana bisa aku bertahan hidup tanpa anakku. Berikan padaku keajaiban agar aku bisa bertemu dengan putriku lagi ..."

Ketika sampai disebuah taman,

Syma terduduk lemas. Membiarkan derasnya air hujan mengguyur tubuhnya. Air matanya telah larut bersamaan dengan air hujan yang menerpanya. Hanya tubuhnya yang masih bergetar, menandakan bahwa dia masih menangis dengan pilunya.

Lalu tiba-tiba saja Syma teringat dengan tawaran Ersad padanya malam itu.

Syma segera bangkit.

Lalu berjalan dengan terburu-buru untuk mencari keberadaan kartu nama pria itu. Berharap petugas kebersihan belum sampai ke tempatnya.

*****

Sementara itu ...

Kegelisahan menyelimuti pikiran Ersad saat ini. Bayangan Syma selalu terngiang dikepalanya. Segala sesuatu tentang Syma seakan mengalihkan dunianya.

Syma yang tidak kunjung datang untuk menemuinya semakin membuat Ersad merasa tidak tenang. Bawah sadarnya sangat ingin wanita itu datang dan menerima tawarannya.

Argghhhh

Bodoh !

Bagaimana bisa aku memikirkan wanita lain, Sementara istriku sedang sekarat dirumah sakit.

"Tuan, keadaan nyonya masih belum ada perkembangan. Sepertinya anda harus lebih bersabar lagi," ucap Kevin yang menjadi asisten kepercayaan Ersad.

Ersad menghela nafas beratnya. Sudah dua tahun ini Erika mengalami koma. Dan tidak menunjukan tanda-tanda perkembangan nya untuk membaik. Ersad nyaris menyerah. Segala cara telah dia lakukan untuk membuat Erika bangun, namun semuanya sia-sia. Sampai saat ini Erika tetap setia memejamkan matanya.

"Tuan, ada yang ingin menemui anda." Suara Kevin yang membuat Ersad menatapnya. Ada sedikit rasa senang didalam dirinya yang menyangka bahwa orang itu adalah Syma.

Tanpa bertanya lagi, Ersad langsung menyuruh Kevin untuk memerintahkan orang itu agar masuk kedalam ruangannya. Sembari membetulkan sedikit penampilannya agar tetap terlihat menarik.

To be continue.....

PERTANYAANNYA :

SIAPA KIRA-KIRA TAMU YANG DATANG MENEMUI ERSAD?

JAWAB DI KOLOM KOMENTAR YA GUYS 😘👍😁

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status