"AKU MENCINTAIMU," kata Riki. Wanita yang memakai hijab warna navy itu menghentikan ayunan kakinya. Kedua bulat mata Ani pun menyorot ke wajah Riki dengan tatapan yang begitu serius, seolah-olah sedang menghadap ujian sekolah. Namun, jalanan tampak ramai sekali oleh kendaraan yang berlalu lalang. Bahkan, suara yang dilemparkan oleh Riki pun menjadi samar-samar. Untung saja, wanita yang ada di sampingnya masih mempunyai pendengaran bagus.
Memang, tidak ada hal romantis dalam pengungkapan rasa yang terkandung di hati Riki untuk wanita harapannya. Bahkan, kentut kendaraan menjadikan mereka menutup hidung. Sial, kata Riki, wanita itu hanya tersenyum. Dia sudah terbiasa dengan kentut kendaraan yang seperti roket membom dirinya hingga menutup hidung, itu semua sudah biasa terjadi di jalanan. Ani semakin memandang wajah Riki, mulut yang dimilikinya pun tidak bisa berkata-kata. Namun, bulat matanya seolah-olah ingin melemparkan kode cinta kepada lelaki yang ada di
CUCU KAKEK SAMAD YANG PALING BESAR ITU BINGUNG. Badannya serasa remuk dihantam orang. Namun, dia sendiri tidak tahu apa penyebabnya. Bulat mata yang dimiliki oleh Nur memandang langit-langit kamar. Indah. Sangat indah langit-langit kamar dijadikan tempat untuk kedua cicak saling berhadapan. Mungkin, mereka saling mencurahkan isi hatinya atau saling mengobati kerinduan antarpasangan hewan. Beda sekali dengan Nur yang masih mengalami serangan makhluk astral—Nek Kusmiati.Nur kalah oleh serangan Nek Kusmiati yang berulang kali untuk bisa masuk ke dalam tubuhnya. Makhluk itu terus mengawasi dari celah-celah yang ada. Keadaan di dalam kamar menjadi hening ketika Nur membukakan mata. Bahkan, Kakek Samad pun seperti patung yang menempel di keramik.Kesendirian membuat wanita yang terbaring di ranjang itu menjadi sering melamun. Namun, Nek Kusmiati kasihan kepadanya yang sering menyendiri. Makhluk itu mencoba untuk masuk dan memakai tubu
SANGAT TERASA OLEH KAKEK SAMAD, rumah yang ditempati cucunya sudah tidak suram lagi. Suasana di ruangan tempat dia duduk pun menjadi nyaman sekali, tidak ada suara-suara dari atas asbes yang suka membuat bulu kuduk merinding. Lelaki itu merasa berhasil dengan apa yang telah dibuatnya. Bulat mata yang dia miliki menyapu ke setiap sudut-sudut ruangan tempat istirahat menyandarkan punggung di kursi. Dia melihat di tembok ada cikcak yang menunggu kedatangan nyamuk untuk dicaploknya. Lelaki itu tersenyum. Lelaki itu tak bisa lagi untuk berkata-kata, selain menikmati malam yang menurutnya beda sekali dengan kemarin-kemarin."Kek, kenapa senyum terus?" Tiba-tiba saja, Ani mengangetkan kakeknya itu."Duh." Kakek Samad memandang cucu terakhirnya.Ani tidak ingin tahu lebih lanjut dengan apa yang sedang dipikirkan oleh kakeknya itu. Dia pun mengayunkan kakinya menuju kamar untuk istirahat. Gerak tubuhnya pun terl
SETELAH LAMA, TIDAK MELIHAT MANTAN KAKAK IPAR. Akhirnya, bulat mata yang dimiliki oleh Ani tidak sengaja melihat Diki berjalan di depan halaman rumahnya. Wanita itu melihat dari jendela yang gordennya dibuka. Jahat, katanya, lalu dia menutupkan kembali gorden yang tadi dibuka. Ani pun tidak habis pikir dengan mantan kakak iparnya itu, jauh-jauh merantau hanya untuk membawa wanita lain ke kampungnya. Malahan, lelaki itu yang mengakibatkan kakaknya seperti mendung. Dan masih untung, kakaknya sudah masuk ke dalam rumah. Jadi, Ani sangat bersyukur karena tak ingin melihat kakaknya bisa memandang lelaki yang menurutnya sudah bejat itu.Selama tiga puluh menit, Ani menyapu dan mengepel rumah. Entah, dia sendiri merasa aneh dengan waktu yang menurutnya lama banget untuk hal seperti itu. Bahkan, lelaki yang dari tadi duduk di kursi beranda sampai pantanya terasa panas menempel terus dengan kursi."Maaf, ya. Kamu, harus menunggu lama!" An
TIBA-TIBA SAJA, ADA SEORANG LELAKI YANG MENANYAKAN ANI. Kakek Samad yang menerima pertanyaan itu malah diam memandang wajah lelaki itu. Mengingat-ingat. Menebak-nebak. Sampai-sampai, Kakek Samad menggaruk-garuk kepala untuk bisa mengingatnya. Namun, ingatan tentang lelaki itu tak kunjung tiba. Entahlah.Kakek Samad menyuruh lelaki berbadan tegap itu untuk menunggu di beranda. Seorang lelaki itu mengeluarkan ponselnya yang berada di saku celana. Tangan kanannya langsung menjelajahi layar ponsel yang dia pegang. Entahlah, dia itu mau main apa. Namun, ada yang berbeda ketika dia tersenyum-senyum sendirian sambil memandang layar ponsel, seolah-olah lelaki itu sedang gila.Di dalam rumah, Kakek Samad mengetuk-ngetuk kayu jati yang menjadi penutup lawang kamar Ani. Wanita yang ada di dalam kamar itu sedang mengaji, alunan bacaan Al-Qur'an pun terdengar oleh Kakek Samad. Bagus, kata hati Kakek Samad. Lelaki tua itu pun tidak mengetuk la
BOS ALEK MEMIKIRKAN WANITA PEMBAWA BAKI. Dia menyandarkan punggung ke kursi sambil pikirannya melayang kepada kejadian tadi di rumah Ani. Hatinya mendadak ada rasa yang mau timbul ke permukaan dan itu terasa sangat cepat. Entahlah, apa ini cinta pada pandangan pertama? Pikiran lelaki yang berhidung mancung itu bertanya-tanya.Sudah matang sekali Bos Alek untuk mencari pendamping yang mau bersamanya sampai akhir hayat. Dia tidak mengerti dengan hidupnya yang mana harta sudah banyak, tetapi wanita baik belum datang juga untuknya. Di ruangan tengah rumahnya, dia merasa iri kepada cecak yang sedang berduaan saling memandang. Bahkan, saling berbagi makanan, romantis. Beda sekali dengannya yang sedang sendirian sambil menggaruk-garuk kepala mengingat wanita cantik pembawa baki itu.Suara tokek yang nyaring menerobos masuk telinga lelaki berhidung mancung itu pun membuatnya sangat kesal. Wajahnya memerah, dia merasakan sudah diganggu ol
SEWAKTU PAGI DATANG, Ani memberitahukan kepada kakaknya tentang sebuah pesan dari Bos Alek. Nur tersenyum-senyum mendengarkan ceritanya. Dia tidak menyangka bahwa lelaki berhidung mancung itu benar-benar memperhatikannya. Ani juga tersenyum ketika sesudah menceritakan semua pesan itu kepada kakaknya. Kemudian, dia melemparkan candaan kepada kakaknya untuk bisa membuka hati lagi untuk orang lain.Nur tidak ingin penasaran dengan cerita yang dilemparkan kepadanya. Dia biasa saja. Tidak terlalu mengharapkan cinta akan datang secepat kilat. Hati wanita itu sangat hati-hati untuk memilih lelaki yang layak dicintai lagi. Namun, Ani yang sudah berpakaian seragam kerja pun masih belum berhenti melemparkan candaan kepada kakaknya. Kedua tangan kakaknya pun menutup muka, malu.Tidak bisa dipungkiri cinta akan datang di mana saja, kapan saja, semua itu bisa muncul seketika. Bahkan, hati sedang galau pun akan ada cinta yang datang untuk bisa
BERBAGAI MACAM CARA SUDAH DILAKUKAN, tetapi Riki belum mendapatkan jawaban cinta dari Ani. Lelaki itu menjadi gundah gulana menunggu jawaban apa yang akan diterima. Saban harinya, berharap dan berharap akan mendapatkan suatu jawaban yang indah. Namun, malah sebaliknya. Jawaban tak kunjung datang kepada dirinya.Konter tempat bekerja Ani pun ramai oleh para pembeli. Lelaki itu berdiri di luar sambil bulat matanya memandang Ani yang sedang bekerja. Dia hanya bisa memandang tak bisa untuk masuk. Pembeli-pembeli itu tampak sekali memilih-milih ponsel. Ada juga seorang lelaki yang memperhatikan Ani terus, mungkin itu teman kerjanya atau owner konter tersebut.Semut yang menempel di tangan Riki pun merasakan keanehan. Kenapa tak masuk ke dalam, kata semut. Lelaki itu masih berdiri di luar konter. Semut merasakan kekesalannya kepada pemilik tubuh yang dia singgahi ini. Lelaki ini pengecut, kata semut lagi. Riki memutuskan berjalan untuk
NUR MELIHAT DIKI MEMBONCENG ISTRI BARUNYA. Dia menatap lelaki itu dengan serius di beranda rumahnya. Tak bisa dihiraukan lagi, setiap orang yang mau bepergian selalu lewat depan rumahnya. Oleh karena itu, dia tak sengaja bisa menatap kembali dengan mata telanjang lelaki yang telah menghancurkan hatinya. Hatinya pun masih merasakan sakit yang masih terpendam. Namun, dia sendiri tak bisa untuk terus mengharapkan lelaki yang tak mempunyai rasa tanggungjawab (pengkhianat) kepada dirinya.Diki pun tak terlihat melirik sedetik pun ke rumah yang ditempati Nur. Entahlah, apa yang ada di dalam pikirannya? Sampai lelaki itu tak melirik sedetik pun. Apa dia malu? Ataukah sudah tak ingat lagi kepada wanita yang pernah ada di hatinya? Nur pun mengelus dada lalu mengucapkan kalimat istighfar. Kemudian, wanita itu merasa beruntung masih mempunyai kakek dan nenek. Nur beruntung banget karena sewaktu diserang oleh makluk astral pun hanya keluarga tercintanya saja yang sela