SESAL SANG MANTAN

SESAL SANG MANTAN

last updateLast Updated : 2025-03-16
By:  Dian ApririaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
44Chapters
964views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Katanya gaji habis untuk cicilan rumah. Rupanya semua hanya alasan demi membahagiakan sang selingkuhan! Kita lihat siapa yang akan menyesal setelah bercerai!

View More

Chapter 1

1. Mendadak Dicampakkan

"Suamimu mana, Ranti? Belum pulang juga jam segini?" Bu Ine bertanya sambil memandang bergantian ke arah jam dinding dan pintu depan.

Ranti yang tadinya menyibukkan diri dengan draft novel di laptop akhirnya menjawab letih,

"Belum, Bu. Sudah kutanya pulang jam berapa tapi katanya masih ada lembur."

Biasanya ia mengetik di dalam kamar, tetapi karena sambil menunggu sang suami pulang, maka diboyongnya laptop kesayangan ke ruang tamu.

"Duh, Irwan ini kok semakin hari lemburnya semakin malam saja. Kalau sakit gimana?" gerutu sang ibu mertua seraya mengentakkan kaki lalu kembali masuk ke kamar.

Ranti menghela napas panjang. Kejadian serupa ini telah berulang di hampir setiap malam belakangan. Ya, suaminya pulang selalu terlambat dan ibu mertua seolah menyalahkan Ranti atas hal itu.

Segera ia meraih ponsel dan kembali mengirim pesan pertanyaan yang sama soal posisi di mana dan mau pulang jam berapa. Chat itu sejak tadi belum dijawab meskipun sudah terbaca. Namun, tentu saja ia tak bisa mengatakan hal itu kepada Bu Ine. Bisa-bisa akan membuat beliau semakin cemas.

Deru mobil yang masuk ke halaman rumah akhirnya membuat Ranti spontan bernapas lega.

"Ya Allah, syukurlah Mas Irwan sudah pulang," ujar Ranti buru-buru bangkit untuk menyambut pria yang telah dua tahun menjadi suaminya itu.

"Irwan! Kamu kok pulang malam lagi, sih? Lembur kok setiap hari!" Sebelum Ranti sempat berkata apa pun, Bu Ine rupanya sudah berada di situ juga dan langsung mengomeli putranya.

"Siapa yang lembur, Bu?" tanya Irwan sambil keningnya berkerut dan menatap ke arah Ranti..

Ah, tatapannya itu bak pisau tajam yang menyakitkan. Terasa sekali ada pandangan menusuk yang seolah berkata Ranti sudah tak diinginkan.

Sesak di dada hanya bisa ia tahan sebab bagaimanapun Irwan adalah suami yang dipilihnya sendiri atas alasan cinta yang tumbuh di antara mereka. Bila kini kondisi rumah tangga mereka tak semanis yang diimpikan, maka itu sudah konsekwensi dari sebuah keputusan.

"Loh, kata Ranti kamu lembur lagi. Gimana, sih? Kalau nggak lembur memangnya kamu ke mana saja semalam ini baru pulang?" Bu Ine semakin marah ditambah bingung dengan jawaban Irwan.

Ah, padahal Ranti sudah rela berbohong demi menjaga keadaan. Kalau begini kan Bu Ine jadi semakin banyak kepikiran. Namun, rupanya kebijakan Ranti malah disalah-artikan.

"Kamu jangan menutup-nutupi keadaan rumah tangga kita, Ranti. Kita ini sudah tidak bisa hidup berdua terus tanpa ada rasa kecocokan!" Tanpa diduga, Irwan membuat sebuah pernyataan yang mengejutkan bukan hanya untuk Bu Ine saja, tetapi tentunya untuk Ranti juga.

"Ap-apa Mas Irwan bilang? Ketidakcocokan apa, Mas?" Serta merta Ranti mendekat dan mengguncang lengan kekar yang dulu senantiasa siap merengkuhnya dengan penuh sayang.

Betapa sesak dada Ranti kala Irwan justru menyentakkan lengan agar lepas dari genggaman.

Sementara Bu Ine hanya mematung dengan mulut sedikit terbuka, sepertinya bingung hendak bereaksi apa. Keterkejutan membayang di mata tua wanita separuh baya yang telah hidup menjanda sejak lama itu.

"Jangan sok tidak menyadari semuanya, Ranti. Kita sudah tidak seperti suami istri. Kamu tidak bisa lagi membuatku nyaman tapi terus saja berpura-pura semuanya baik saja. Aku capek, tahu!" Telunjuk Irwan kini menuding ke arah istrinya.

Wajah penuh amarah itu kemudian berpaling tak mau menatap mata Ranti yang telah berkaca-kaca. Entah, mungkin tak kuat melihat genangan yang sudah memenuhi pelupuknya, atau justru tak sudi lagi menyaksikan tangis sang istri.

Sesak yang membekap di dada Ranti bertambah nyeri mendengar kalimat demi kalimat yang dilontarkan oleh suaminya sendiri. Ya Tuhan, ia rasanya tak kuat lagi ....

"Kamu bicara apa, sih, Irwan? Ada apa dengan kalian?" Bu Ine kembali bertanya karena ia masih sangat bingung dengan apa yang terjadi dengan pernikahan putranya itu.

Selama ini mereka memang serumah, tetapi yang dilihat oleh Bu Ine hanya luarnya saja. Di matanya kehidupan mereka baik-baik saja selain fakta bahwa belakangan ini Irwan terus-menerus pulang larut malam.

"Jelaskan pada Ibu apa yang terjadi, Irwan?" Kembali Bu Ine menanyai putranya dengan suara yang bergetar.

Ranti dan Irwan memang tak pernah beradu mulut ataupun bertengkar di hadapan Bu Ine. Ranti selama ini berusaha menjaga perselisihan hanya di dalam kamar hingga tak ada yang ikut mengetahui. Baginya, permasalahan rumah tangga adalah hanya urusan internal dua orang suami-istri.

Alasan lainnya adalah karena ia tahu bahwa Bu Ine memiliki riwayat tensi tinggi. Akan rentan terkena risiko stroke bila sampai mendengar hal yang mengangetkan. Itu sebabnya Ranti tak pernah menampakkan duka dalam kehidupan pernikahannya dengan putra Bu Ine.

Akan tetapi, entah kenapa Irwan malah mengatakan semua itu di hadapan ibunya sendiri malam itu. Apa sudah sebegitu tak kuatnya menahan diri? Sebegitu enggannya dia mempertahankan rumah tangga mereka ini?

"Irwan mau cerai, Bu. Irwan udah bosan hidup serumah dengan istri yang nggak sedap dipandang lagi. Cukup! Udah nggak ada lagi cinta di antara kami."

Malam itu langit cerah berbintang di luar tetapi dalam hati Ranti seolah sedang tersambar petir yang menggelegar. Kalimat pamungkas dari Irwan barusan membuat tubuh Ranti luruh ke lantai dan tak dapat lagi menahan sesenggukan.

"Ap-apa? Irwan, berhenti kamu!" Terdengar seruan Bu Ine memanggili Irwan tetapi tak dihiraukan.

Dari bias pandangan Ranti tersebab genangan air mata, ia melihat pria yang barusan mengucapkan talak itu bergegas ke kamar diikuti oleh ibunya.

Tenaga Ranti hilang tak bersisa. Lututnya terasa lemas dan tak ada daya hendak berdiri untuk membantah semuanya, tetapi memangnya mau membantah apa? Membantah fakta bahwa ia baru saja dicampakkan oleh pria yang selama ini begitu dicintainya?

Dan apa tadi Irwan bilang? Sudah tidak ada cinta di antara mereka? Padahal di tiap jengkal hati Ranti masih utuh hanya untuk Irwan.

Irwan yang kehilangan cintanya pada Ranti, tapi justru Ranti yang dipersalahkan. Sungguh, ini gila!

Dan kesadaran itu pun sontak menguatkan tubuh Ranti. Tidak! Dirinya bukan wanita lemah. Akan ia buktikan dirinya bisa tetap bertahan tanpa suami tak bertanggung jawab seperti Irwan!

“Mau berpisah? Oke, Mas. Aku siap!” Ranti berucap penuh tekad. Seorang Ranti Pradipta tak akan oleng hanya karena ditinggalkan pria sepertinya!

Gegas Ranti berdiri dan menyusul ke kamar. Dilihatnya di situ Bu Ine menangisi putranya yang tengah mengepak baju tanpa peduli.

Sekoper miliknya telah penuh baju-baju dan dikemas lalu diseret keluar tanpa melihat ke arah Ranti sama sekali. Sesak. Dada Ranti kembali serasa dihujani ribuan paku yang menancap satu-satu, semakin dalam dan mencipta nyeri yang tak terperi.

"Kamu tinggal tanda tangani surat cerai yang segera datang nanti. Aku yang akan mengurus semuanya," ucapnya saat tubuh jangkung itu melewati Ranti yang kini memegang erat daun pintu.

Sekuat tenaga Ranti bertahan tetap berdiri sambil berharap lantai yang serasa bergoyang tak membuatnya roboh saat itu.

11 September itu adalah hari ternahas dalam hidupnya. Tapi sekaligus juga titik balik perubahan dari seorang Ranti, istri yang dikatai buluk oleh Irwan menjadi Miranti Pradibta yang sukses dan cantik rupawan!

bersambung ....

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
44 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status