Share

Bab 6

Penulis: NARA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-29 09:55:26

"Maaf, untuk apa kamu minta maaf padaku Wi?" tanyaku, menimpali ucapan Dewi yang terasa tabu bagiku.

Bukannya menjawab pertanyaanku, Dewi malah mengukir senyum, senyum yang membuatku semakin bingung dan curiga.

"Tidak ada apa-apa, Mbak, tadi aku lupa mau ngomong apa," jawabnya dengan nada yang terdengar tidak terlalu meyakinkan. Kalimatnya seakan-akan berusaha menghindari pertanyaan yang kutanyakan, namun aku memilih untuk tidak terlalu memikirkannya.

Melihat tingkah adik iparku yang agak aneh, aku hanya bisa menggelengkan kepala. "Kamu ini, Wi, jangan main-main ya," ujarku sambil tersenyum kecil.

Namun dalam hati, aku merasa ada yang janggal, ada sesuatu yang tidak beres, tapi aku tidak ingin terlalu banyak bertanya karena rasanya Dewi sedang tidak ingin membicarakannya.

"Oh ya, Mbak, soal cerita Mbak tadi. Jangan diambil pusing, abaikan saja. Mungkin orang itu tidak tahu kalau Mbak istri dari Mas Deri," kata Dewi, mencoba memberi nasihat yang terdengar bijaksana.

Aku terdiam sejenak, mencerna kata-katanya. Ya, mungkin saja ibu-ibu yang menanyakan hal konyol padaku tadi tidak tahu siapa aku.

Mungkin mereka hanya sekadar ingin tahu, atau mungkin hanya ingin berbasa-basi.

Namun kata-kata Dewi membuatku sedikit merasa lebih tenang, meskipun perasaan tidak enak itu masih ada.

"Lebih baik Mbak teruskan perjalanan, nanti kemalaman sampai rumah," Dewi menyarankan, yang aku rasa cukup bijaksana.

Aku mengangguk dan berkata. "Baiklah, dan ya, kapan-kapan kamu main ke rumah ya, jangan lebaran doang mainnya." Ucapku.

"Insya Allah, Mbak. Aku balik dulu ya," Dewi menjawab, lalu menyalakan motornya dan pergi.

Aku menyaksikan kepergiannya dengan mata yang masih terasa penuh tanda tanya. Ada sesuatu yang tak bisa kutangkap dari sikap Dewi, sesuatu yang membuatku merasa seakan-akan dia menyembunyikan sesuatu dariku.

Setelah Dewi pergi, aku menyuruh supir mobil yang menemaniku untuk melanjutkan perjalanan pulang. Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih empat jam dari rumah mertua menuju rumahku. "Mas, jalan lagi ya." pintaku, mencoba mengalihkan pikiranku dari semua yang terjadi hari ini, terutama pertanyaan dan ibu-ibu tadi.

"Iya, Mbak." jawab supir, lalu mobil mulai melaju perlahan.

Aku masih merenung, membiarkan pikiranku melayang ke arah kejadian yang baru saja terjadi. Aku hampir saja melupakan sesuatu yang penting, yaitu tentang ibu-ibu yang membicarakan Mas Deri tadi. Kenapa aku merasa ada yang aneh dengan sikap mereka? Tapi aku merasa tidak perlu terlalu mempermasalahkan hal itu sekarang.

"Ya Allah, aku lupa," gumamku, merasa cemas. Aku lupa bercerita pada Dewi tentang ibu-ibu yang membicarakan Mas Deri. "Nanti saja kalau sudah di rumah, aku telepon Dewi," ujarku dalam hati, mencoba mengingatkan diriku untuk segera memberitahukan Dewi tentang kejadian itu setelah sampai di rumah.

Perjalanan pun terasa lama, tapi akhirnya setelah hampir empat jam, aku tiba di rumah.

Alhamdulillah, Lili tidak rewel sepanjang perjalanan, membuat hatiku sedikit lega.

Sesampainya di rumah, aku melihat Lili langsung berlari ke sana kemari, bermain meskipun sudah malam.

Aku tersenyum melihatnya, namun perasaan cemas yang menggelayuti hatiku belum juga hilang.

Tiba-tiba, ibuku datang masuk ke rumah, tahu jika aku baru saja pulang. Memang, rumah kami bersebelahan, sehingga ibuku sering datang jika aku baru saja tiba di rumah.

"Diana, kenapa kamu pulang? Katanya mau sampai tujuh hari di sana?" tanya ibuku dengan nada ingin tahu.

Karena memang izinku padanya akan lama berada di rumah mertuaku, hingga aku tidak mengijinkan ibu yang ingin ikut ke rumah mertua, karena memang esok hari ibu harus cuci darah, hal rutin yang harus dilakukannya beberapa bulan terakhir.

"Lili rewel, Bu, jadi Mas Deri meminta aku untuk pulang saja. Ibu mertuaku juga mengijinkan aku pulang," jawabku, mencoba menjelaskan situasi.

Ibu hanya mengangguk, seolah tidak merasa perlu menanyakan lebih lanjut.

"Ibu istirahat saja, besok ibu kan mau ke rumah sakit. Apa ibu mau tidur di sini?" tawarku, menawarkan ibu untuk tidur di rumahku agar lebih nyaman.

Ibu mengangguk, lalu berjalan menuju kamar yang biasa ia tempati ketika menginap di rumahku.

Setelah ibu masuk ke dalam kamar, aku pun berjalan menuju pintu untuk menguncinya.

Namun, tiba-tiba suara pesan masuk dari handphoneku membuatku terkejut.

Aku segera membuka pesan itu, berharap itu adalah pesan dari Mas Deri, karena aku belum mengabari Mas Deri jika sudah sampai di rumah.

Tapi, ternyata pesan itu datang dari nomor yang tidak dikenal. Isi pesan itu langsung membuat tubuhku gemetar.

[Diana, sebenarnya Deri sudah menikah dengan perempuan lain di belakang kamu, dan dari pernikahan itu mereka sudah punya anak satu.]

Pesan tersebut membuatku terpaku. Jantungku berdegup kencang, dan tubuhku terasa lemas. Aku kembali membaca pesan itu, mencoba memahami maksudnya. Tanganku gemetar, dan handphone yang kupegang jatuh begitu saja ke lantai, membuat suara yang keras menggema di seluruh rumah.

Bersambung.......

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SETELAH PENGKHIANATAN (TERNYATA AKU DIMADU)   Bab 36

    Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke kampung halaman Mas Deri, setelah mendengar kabar duka atas kepergianya, setelah sekali lama aku tidak mendengar kabarnya. Perjalanan menuju kampung halaman Mas Deri kali ini adalah perjalanan yang penuh dengan campuran perasaan. Meski sudah cukup lama aku tidak mendengar kabar darinya, kabar duka atas kepergiannya membuatku merasa harus hadir di sana. Mas Deri bukanlah orang asing bagiku, dia adalah mantan suami, ayah dari Lili, dan seseorang yang pernah aku cintai. Meskipun hubungan kami sudah berakhir, kenangan bersama Mas Deri tetap ada, dan aku merasa bahwa aku perlu memberikan penghormatan terakhir padanya. Aku juga memutuskan untuk membawa Lili, meskipun awalnya dia enggan ikut. Lili masih cukup kecil dan mungkin tidak sepenuhnya mengerti mengapa kami harus pergi ke kampung halaman Mas Deri, tapi aku merasa penting baginya untuk hadir. Apalagi, meskipun hubungan kami tidak lagi bersama, Mas Deri tetaplah ayahnya. Tidak ada ala

  • SETELAH PENGKHIANATAN (TERNYATA AKU DIMADU)   Bab 35

    Hari ini adalah tepat dua tahun yang lalu, aku dan Mas Deri memutuskan untuk berpisah. Sejak saat itu, hidupku berubah drastis, namun aku merasa cukup bahagia dan puas menjalani kehidupan sebagai orang tua tunggal untuk putriku, Lili. Dalam waktu dua tahun ini, aku telah belajar untuk menjadi lebih mandiri dan kuat, meskipun tentunya ada banyak tantangan yang harus kuhadapi. Aku merasa cukup bangga melihat putriku tumbuh menjadi seorang anak yang ceria, cerdas, dan penuh semangat.Hari ini juga menjadi hari yang penuh makna, karena Lili akhirnya memulai perjalanan barunya di sekolah dasar. Ini adalah langkah besar dalam hidupnya. Aku tahu betapa pentingnya momen ini, dan meskipun perasaan campur aduk melanda hatiku, aku merasa sangat bersemangat untuk mengantarnya ke sekolah untuk pertama kalinya. Sebagai orang tua tunggal, aku merasa bahwa aku tidak boleh melewatkan momen-momen penting dalam kehidupan Lili. Sebelum kami berangkat, aku memastikan untuk memberikan dukungan penuh a

  • SETELAH PENGKHIANATAN (TERNYATA AKU DIMADU)   Bab 34

    Aku tidak menjawab pertanyaan dari Rehan, karena aku sendiri juga terkejut melihat mas Deri. Mas Deri, yang memiliki segalanya, kini aku melihat dia menjadi pemulung.Begitu malang nasibnya. Meskipun aku berusaha keras untuk melupakan segala kenangan bersama Mas Deri, kenyataan yang ada di depanku ini membuat semuanya kembali mengingatkan aku pada masa-masa masih bersama Mas Deri.Jujur setelah Lili ikut bersamaku, kehidupan kami berdua jauh lebih tenang. Namun, di sisi lain, hubungan dengan Mas Deri semakin renggang. Meskipun beberapa kali dia datang ke rumah Rina untuk menemuiku, aku tidak sekali pun memberinya kesempatan untuk berbicara denganku. Aku benar-benar menghindarinya. Begitu juga dengan telepon dan pesan yang seringkali dia kirim, aku memilih untuk tidak membalas. Aku merasa bahwa hubungan kami sudah berakhir, dan aku tak ingin kembali ke masa lalu yang penuh dengan kepedihan itu.Tapi sekarang, melihat Mas Deri yang sudah jauh berubah, aku merasa prihatin.Melihatnya m

  • SETELAH PENGKHIANATAN (TERNYATA AKU DIMADU)   Bab 33

    "Rin, kamu diam saja bisa tidak." ucap Rehan pada sang adik yang hampir saja memberi tahu Diana, tentang pekerjaan aslinya.Tentu saja Rehan berbicara, saat Diana dan juga Lili sedang mencoba permainan lain di wahana permainan yang mereka kunjungi."Mas, ngapain sih di tutup tutupi dari Mbak Diana, cepat atau lambat pasti Mbak Diana tahu kalau Mas ini sebenarnya bukan tukang bangunan, tapi pengusaha properti yang sukses." ucap Rina, dirinya benar-benar heran kenapa sang kakak, yang tidak ingin memberi tahu Diana jika dia adalah seorang pengusaha properti.Namun, Rehan tidak ingin menjawab pertanyaan dari sang adik."Eh malah diam." ujar Rina. "Dan kapan, Mas Rehan mau bilang sama Mbak Diana. Kalau Mas Rehan masih suka sama dia."Rehan menatap pada Rina, setelah mendengar apa yang dikatakannya."Mas jangan bohong, aku tahu Mas tuh masih suka sama Mbak Diana. Dan sekarang saatnya Mas mengungkapkan perasaan Mas pada Mbak Diana, sebelum ada orang lain yang mendekati Mbak Diana." saran Rin

  • SETELAH PENGKHIANATAN (TERNYATA AKU DIMADU)   Bab 32

    "Diana, aku butuh kamu dalam hidupku, Diana," ucap Mas Deri, masih bersujud di depanku. Suaranya penuh dengan kesedihan dan harapan yang begitu mendalam. Aku tidak tahu harus berkata apa, dan lebih memilih untuk diam, seakan membiarkan waktu yang berbicara. Sungguh, aku sudah lelah dengan segala kenangan tentang Mas Deri. Kenangan yang dulu begitu indah, dan berakhir dengan kesedihan.Aku memilih untuk beranjak dari dudukku, meninggalkan Mas Deri yang masih bersujud dengan penuh penyesalan. Saat aku berbalik, pandanganku langsung bertemu dengan Rehan, yang sejak tadi berdiri dengan ekspresi tegas di wajahnya. Rehan sepertinya bisa merasakan kegelisahanku, dan dia tahu betul bahwa kehadiran Mas Deri di sini bukanlah sesuatu yang kuinginkan.Rehan kemudian mendekati Mas Deri, memberikan perintah tegas yang langsung menghentikan suasana canggung itu. "Jangan seperti ini, Der. Mending kamu keluar dari rumah ini," kata Rehan dengan nada yang jelas.Aku merasa sedikit lega, karena Rehan s

  • SETELAH PENGKHIANATAN (TERNYATA AKU DIMADU)   Bab 31

    Rehan yang sedang bermain dengan Lili, kini menatap padaku setelah Rina mengatakan bahwa Mas Deri datang. Kata-kata itu seperti membawa aura tegang dalam suasana yang seharusnya ringan. Tak lama, Rehan bertanya dengan penuh perhatian padaku. "Kamu mau menemuinya?" Sebuah pertanyaan yang sungguh menggugah, namun aku bisa merasakan bahwa Rehan tahu persis apa yang aku rasakan. Dia tahu betapa sakitnya aku karena Mas Deri, tahu betapa dalamnya kecewa yang aku rasakan setelah apa yang terjadi dalam hidupku.Aku menggelengkan kepala menjawab pertanyaan itu dengan tegas. "Aku tidak ingin menemuinya, Re." Aku mencoba terdengar yakin, meskipun sebenarnya di dalam hatiku ada banyak perasaan yang bercampur aduk. Mas Deri adalah bagian dari masa lalu yang sulit untuk dihapus begitu saja, meskipun aku terus berusaha untuk melupakan segalanya.Sungguh, aku benar-benar tidak ingin bertemu dengan Mas Deri lagi. Setelah pengkhianatan yang aku alami, hatiku merasa begitu hancur. Banyak kenangan ind

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status